3. Kekecewaan

5.8K 186 0
                                    

Lagi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi?

Maisha benar-benar penasaran dengan orang yang setiap pagi meletakkan satu yogurt rasa stroberi dan sandwich stoberi dilaci mejanya. Dua makanan kesukaan Maisha, awalnya dia kira itu dari para sahabatnya tapi ternyata tebakannya salah.

"Ada lagi?" Tanya Lisa.

Ravela terdengar menghela nafas pelan lalu mengambil alih paper bag itu. "Gak usah dimakan."

Tidak sejalan dengan kembarannya Rafila justru menarik paper bag itu dan mengembalikan lagi pada Maisha. Rafila langsung menyela kala melihat Ravela ingin protes.

"Gapapa selama ini masih aman-aman aja kan. Lagian ini makanan kesukaan Maisha."

"Tapi kan ini bahaya."

"Bahaya dari mananya si Vel."

"Udah stop! Jangan berantem." Lerai Lisa jengah dengan perdebatan gadis kembar itu.

"Mungkin aja ini dari fansnya Maisha." Lanjut Lisa.

"Udahlah gue makan aja, lagian gue juga laper." Belum sempat Ravela mencagah kembali, Maisha sudah lebih dulu memasuki sandwich itu kedalam mulutnya.

Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Satu persatu murid yang masih berkeliaran diluar pun memasuki kelas masing-masing, begitu pula dengan 5 inti Alastor itu.

Pandangan Maisha bertemu dengan iris coklat Willy, tapi dengan buru-buru Maisha memutuskannya. Dia masih begitu sebal dengan Willy, bahkan melihat wajahnya saja rasanya sudah begitu memancing amarah yang ada dihatinya.

Pelajaran pun dimulai, para siswa dibuat mendesas kesal karena pagi-pagi harus diberi sarapan matematika sepesial oleh Bu Eli.

🍉🍉🍉

"Maisha." Panggil Sandra dengan begitu lembut.

Maisha yang baru selesai melepaskan sepatunya pun langsung berjalan menghampiri ibunya.

"Assalamualaikum bu." Sapanya sambil mengecup punggung tangan ibunya dengan lembut.

"Waalaikumuasalam."

"Sha." Panggilnya lagi tapi kali ini tidak ada senyum atau nada lembut didalamnya

"Kenapa buk?"

"Ada yang mau kamu ceritain ke ibuk?"

Maisha kalut tidak tau harus menjawab seperti apa, perasaannya sudah tidak enak dan sekarang dia tidak tau harus berbicara seperti apa.

"Gak ada?"

Maisha dengan ragu menggeleng. Aura ibunya kali ini begitu mengintimidasi, padahal ibunya hanya bertanya dengan nada biasa saja.

accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang