Kini sudah malam saatnya dia pulang, mengucapkan salam perpisahan pada teman-temannya yang katanya akan pergi ke club malam untuk merayakan kemenangannya tentunya dia tidak akan ikut mengingat ada singa cantik yang siap mereog jika dirinya ketahuan minum.
Motor ninjanya yang hampir kehabisan bahan bakar itu berhenti didepan musholla bernama Al ikhsan.
"Assalamualaikum pak, nunggu lama ya?" Tanyanya pada seorang bapak-bapak berkisaran 60an tahun.
"Waalaikumusalam, gapapa atuh den, kan si aden sudah borong dagangan saya."
Pedagang itu tersenyum dan dibalas senyum tak kalah tulus oleh Willly.
"Udah dibagiin pak?"
"Sudah den." Jawabnya mengacungkan jempol, lalu menyerahkan kantong plastik bening yang berisikan kue putu hangat dengan asap masih mengepul.
"Terima kasih ya pak, kalo gitu saya permisi dulu pak udah ditungguin istri dirumah. Assalamualaikum."
"Waalaikumusalam."
Willy termangu, sesampainya dikamar Maisha sudah terlihat tidur nyenyak dan karena melihat itulah Willy merasa kembali bersalah.
Orang lain bahkan Maisha sendiri bisa melupakan fakta penjebak mereka belum ketahuan sampai saat ini tetapi tidak dengan Willy. Willy sedar semua ini salahnya, andai dia tidak punya musuh, andai dia tidak ceroboh malam itu, andai dia bisa menahan diri, dan masih banyak andai-andai yang lain.
Bohong jika dirinya tidak menyesal, bohong jika Willy tidak menyadari kelakuannya selama ini kurang baik pada Maisha, bagaimana pun Willy hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahannya.
"Beb, bangun." Panggilannya pelan tepat disamping telinga Maisha, takut mengejutkan jika ia membangunkan dengan menguncang tubuh ringkih itu.
Pelan-pelan klopak mata coklat itu terbuka, mengerjap-ngerjab beberapa kali hingga matanya menyesuaikan cahaya kamar yang dibiarkan redup.
"Kenapah?"
"Ini titipannya." Willy menunjuk kue putu diatas nakas, membantu Maisha untuk duduk karena tenaga perempuan itu belum benar-benar terkumpul.
"Sesuai janji masih anget."
"Pulang jam berapa tadi?"
"Sepuluh menit lalu."
Melihat rambut hitam Willy yang basah Maisha pun bertanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
accident
Teen Fiction"Gue hamil." Hanya dengan satu kata itu sudah berhasil memporak-porandakan kehidupan mereka. Maisha Kejora Prahadi tidak pernah berfikir akan mengandung anak dari musuhnya sendiri, orang yang paling dihindari dalam hidupnya tapi kini mau tidak mau M...