32

2.2K 69 16
                                    


"Nak?" Panggil Sandra pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nak?" Panggil Sandra pelan.

"Iya Bu?"

"Kamu ada masalah apa sama Willy?"

Pertanyaan Sandra tersebut secara tidak langsung memudarkan senyum dibibir Maisha. Sudah satu minggu lebih Maisha disini dan Willy pun tidak ada tanda-tanda menyusul, tentu tidak salah jika ibunya menanyakan hal tersebut.

Sandra yang melihat putrinya hanya diam seperti tidak ada usaha untuk menyangkal pun kembali angkat bicara. "Bukan maksud ibu untuk ikut campur, hanya saja kondisi mu yang sekarang tidak baik jika harus memendam semua masalahmu sendiri."

Mendengar perkataan ibunya tersebut dengan nada yang begitu halus membuat Maisha tanpa sadar menitihkan air matanya. Memang benar semuanya terlalu berat jika diemban seorang diri. Maka dari itulah mulai mengalir segala cerita pertengkaran mereka satu minggu yang lalu.

"Sha harus gimana Bu?" Tanyanya ditengah isakan.

"Pulang Sha, bicarain semua secara baik-baik, bagaimana pun nanti keputusan mu kamu harus tetep minta penjelasan Willy." Ucap Sandra masih dengan mengelus punggung Maisha yang berada di pelukannya.

"Bukan maksud ibu buat belain Willy tapi kamu juga salah nak, bukannya kamu sudah kenal Willy lama? Kamu tau kan orang-orang kayak Willy itu gak usah kamu kasih tau mereka udah tau duluan."

Maisha menyergit, kurang paham dengan maksud ucapan ibunya. "Maksud ibu?"

"Tentang kedekatan kamu dan Zaidan belakangan ini, Inget status kamu nak."

"Bukannya kamu benci perselingkuhan dan perceraian? Lalu kenapa sekarang kamu ingin memberikan anak kamu hadiah buruk itu, bahkan disaat dia belum lahir."

"Dulu kamu bilang ibu dan papa egois, apa sekarang sikap kamu dan Willy tidak egois Sha?"

Tubuh Maisha mematung mendengarkan itu semua, benar, kalo begini apa bedanya Maisha dengan Willy. Keduanya sama-sama tidak menjaga jarak dengan sang mantan, bahkan dirinya begitu egois dan ingin berpisah dengan Willy disaat dirinya sendiri tau sesakit apa menjadi anak broken home.

Jika alasan Maisha kembali dekat dengan Zaidan karena Zaidan orang lama dan jauh lebih mengerti tentang dirinya daripada Willly dan mampu dijadikan tempat bersandar, apakah itu juga alasan yang sama Willy masih dekat dengan Clara?

"Jangan saling menyalahkan tapi introspeksi diri masing-masing nak."

Maisha kembali mendongak dan menatap ibunya, apakah dulu ibunya juga merasakan luka yang sama ketika mengetahui papanya berselingkuh? Apakah selama ini Maisha salah menilai ibunya?

Dia yang selalu menilai ibunya wanita naif karena masih bertahan dengan papa padahal sudah disakiti berkali-kali padahal yang sebenarnya ibunya hanya bertahan demi putrinya demi masa depan putrinya demi putrinya tetap hidup enak demi putrinya tetap mendapatkan figur seorang ayah demi segala hal tentang Maisha.

accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang