Kenapa harus Ela?
Itu yang terus Era tanyakan dalam batinnya tiap waktu. Dibandingkan dirinya, Ela itu tidak pernah bersikap tak baik, dia gadis yang ramah dan bersahabat.
Sudah dua hari semenjak purnama yang membuat Ela tiada. Era jadi tidak punya teman, meskipun mereka yang lain yang juga terjebak di Bay Leaf itu kadang mengajak Era mengobrol atau melakukan sesuatu bersama-sama. Tapi Era benar-benar tidak mood untuk itu semua.
Ada sebuah menara di taman yang letaknya berseberangan dengan rumah Bay Leaf. Letaknya strategis, dan untuk pertama kalinya ia menuju ke sana. Selain letaknya yang strategis, pemandangan dari atasnya begitu presisi. Seolah memang sudah diatur begitu.
Pertama kali naik ke menara itu, Era langsung menyadari sesuatu. Ada sebuah tulisan yang tersembunyi di balik salah satu dinding batunya.
Jalan keluarnya ada di bawah, sampul berwarna merah.
Sejenak Era berpikir. Pikirannya langsung tertuju pada buku yang ia temukan dengan Ela di ruang bawah tanah Bay Leaf. "Ada di bawah, mungkin maksudnya ruang bawah tanah, sampul berwarna merah artinya buku bersampul warna merah."
Era menyentuh batu itu, yang ada tulisannya. Ia mencoba mengusap-usap beberapa bagian di batu itu hingga tulisan lain muncul.
Paling tinggi, tak tersentuh sihir dari iblis.
Maksudnya?
Era tidak mengerti kalimat yang satu itu, ia mulai berfikir tentang mungkin ada hubungannya dengan buku itu. Tanda miliknya masih ada dua, dia masih bisa mencoba mencari di buku satunya itu.
Setelahnya, ia turun dari menara itu. Kembali ke Bay Leaf dan fokus di ruang kamarnya membaca buku Hulduflook sekali lagi.
________
Hujan kemudian turun ketika malam, ketika itu Era sedang mendengarkan keadaan ruang kamar di sebelahnya.
Jujur saja, inilah yang Era tidak suka. Mereka yang lebih dahulu terjebak di sini masih menargetkan dirinya untuk di bunuh selanjutnya. Di sela-sela perbincangan itu, Era mendapat informasi baru tentang akan ada orang baru yang akan di tandai bulan ini.
Di sini, Era tahu. Setiap bulan, sebelum purnama datang akan ada orang baru yang ditandai oleh makhluk itu. Jumlahnya tergantung berapa banyak yang kosong setelah purnama sebelumnya. Itu berarti, Era dan Ela menggantikan dua orang yang tertumbal kan sebelumnya.
Era menghela napas. Bagaimana jika ia membunuh mereka semua hingga hanya tersisa dirinya? Mungkin bisa saja, dan itu akan terlihat lebih baik. Setidaknya karena dia yang paling tahu tentang dunia yang memerangkap itu daripada siapapun nantinya.
Tapi bagaimana caranya ia membunuh mereka semua? Ia sendirian, Era harus pintar dalam bertindak atau justru ialah yang akan kalah.
Ah, ia harus bisa. Ia tidak bertemu Ela di alam lain dengan keadaan gagal. Saudarinya itu akan kecewa, dan Era akan malu sekali.
"Era, kau ada di dalam?" Ketika seseorang mengetuk dan suara yang datang setelahnya, Era terdiam sebentar sebelum menyahut, ia mengenal suara siapa itu di antara tiga orang lainnya, bingung untuk menyahut, ia memilih membukakan pintu.
"Apa?" tanyanya kemudian.
"Bisa bicara sebentar?"
"Bisa besok saja?"
Orang itu, Kota, terkekeh. Entah apa yang lucu hingga dia terkekeh, yang jelas Era tetap datar hingga ingin rasanya Era kembali menutup pintu. Ya, itulah yang dia lakukan.
"Tunggu dulu!"
Kota menahan pintu itu agar tidak tertutup dengan kakinya. Alhasil ia merasakan sakit di sana. Era peduli? Jelas tidak. Tidak akan pernah Era peduli pada mereka ini, termasuk Kota, karena mau bagaimanapun merekalah yang membunuh Ela.
"Kau bisa ikut jadi bagian dari kami Era, itu jika kamu mau," ucapnya.
"Sudah? Kalau begitu, biarkan aku sendiri," respon Era. Kali ini ia benar-benar menutup pintu, Kota tidak menahannya lagi namun ia berteriak dari luar hingga dapat Era dengar dengan jelas.
"Era, kau sangat membutuhkan kami! Aku tahu itu," teriaknya dari luar.
Terserah, batin Era berucap.
Bohong jika usainya Era tidak tidak peduli. Bohong jika cowok itu tidak memikirkannya setelahnya. Namun, bukan tentang menjadi bagian dari mereka tapi tentang apa yang mereka ketahui namun tidak Era ketahui.
Era membutuhkan itu sebelum membunuh mereka semua.
Selanjutnya Era tidak menyangka ternyata ia bisa terjaga, tidak terasa ia selesai membaca seluruh halaman di buku Hulduflook.
Hujan di luar sana sudah berhenti entah kapan, seolah Era terlalu larut dalam bacaannya. Hanya sisa hujan yang hawanya lembab dan basah ketika ia turun ke halaman rumah Bay Leaf, dengan beberapa warga yang lalu lalang di jalanannya.
Mulanya Era ingin menyebarang menuju taman namun ada Kota yang menghadangnya. "Sudah memikirkan ucapan ku semalam?" tanyanya.
Era menahan diri untuk tidak melengos ataupun mendengus, ia hanya diam sebentar sebelum menjawab. "Aku masih memikirkannya."
Kota mengangguk-angguk. "Baiklah, kami menunggu jawabanmu Era sebelum seseorang kembali ditandai," ucapnya.
Era mengangguk.
Setelahnya dari atas menara taman Era kembali memikirkannya. Tentang rencana yang akan ia lakukan untuk membalas mereka atas apa yang mereka lakukan pada Ela, tanpa ketahuan.
Mungkin pertamanya ia akan menyetujui untuk mengikuti mereka selama Era memerlukan mereka. Selanjutnya, bagaimana cara Era untuk membunuh mereka semua tanpa mereka bisa melawan?
Membuat mereka saling membunuh? Itu rasanya sulit namun bisa saja Era siasati, jika ada peluangnya. Atau meracuni mereka? Ini jauh lebih mudah, namun Era tidak pandai dalam hal kimia kecuali ia mempelajarinya terlebih dahulu.
Memikirkan tentang rencana pembunuhan ini membuat ia pusing.
Era mendongak pada langit, biru bersih tanpa awan namun tidak begitu cerah. Mau secerah apapun desa ini---desa Murrain---tetap saja rasanya kelam. Apalagi Era sadar ia hanya sendirian.
Ela, Era merindukan saudarinya itu. Satu-satunya keluarganya yang ada selama ini. Andai ada cara untuk mengembalikan waktu, Era akan memilih untuk melakukan itu dan tak akan pernah mengajak Ela mendaki. Andai mereka tak singgah di desa ini dan di terget oleh makhluk itu.
Tapi semua hanya andai, semuanya sudah berlalu. Era tak bisa kembali ke masa lalu untuk mencegah, tapi ia bisa melanjutkan hidupnya dan bertahan di sini hingga ia mengetahui cara untuk lepas dari ikatan makhluk itu.
Era tersenyum getir, miris.
Aih, kapan ia bisa keluar?
Apa bisa?
Dan apa yang akan Era lakukan ketika sudah keluar dari sana? Dia hanya sendirian sekarang.
Terkadang waktu terasa begitu singkat namun kadang begitu lambat seperti sekarang. Era tak sabar ingin keluar di saat itulah waktu terasa lambat.
Tentang apa kelanjutannya, ia harap ia bisa keluar. Meskipun sendirian setidaknya ia tidak malu karena tak bisa bertahan. Era tidak mau ketika ia bertemu kembali dengan Ela, Ela akan menertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bay Leaf
Mystery / ThrillerTittle: Bay Leaf Theme: Misteri Genre: Horor, thriller, drama Blurb: Sia pikir Bay Leaf adalah penginapan pada umumnya, namun nyatanya pikirannya salah. Setiap langkah yang ia pilih setelahnya hanya membawa Sia pada kematian karena sudah menjadi tum...