Acasia: Hulduflook

3 5 0
                                    

Aku sudah dua kali melanggar larangan dari Bay Leaf, jadinya sekarang aku hanya punya dua tanda lingkaran di leher sekarang.

Larangan pertama yang aku langgar adalah melewati dinding berbentuk asap hitam. Aku melakukannya tanpa tahu, dan tahu-tahu sudah kehilangan satu tanda lingkaran hitam yang merupakan sebagian nyawaku.

Kemudian yang kedua adalah beberapa waktu lalu, sebelum Rion ditemukan terbunuh. Entah siapa yang membunuhnua, namun dia pasti ialah yang membunuh Lian juga.

Serta kemungkinan aku akan kembali melanggar, adalah saat ini.

Sebuah buku dengan sampul kulit dan bertuliskan judul Hulduflook tiba-tiba ada di dalam tasku. Entah bagaimana caranya---bisa saja ada yang diam-diam memasukkannya ke dalam tasku tanpa aku sadari. Tapi yang jelas, ini buku yang baru pertama kali aku lihat.

Hulduflook, aku pernah mendengar ini. Setahuku Hulduflook adalah nama peri-peri alam yang dipercayai orang-orang di tempat tinggal ku. Agak heran sebenarnya mengapa buku dengan judul seperti ini yang muncul misterius namun aku merasa buku ini memiliki informasi tentang makhluk Bay Leaf. Yah semoga saja di dalamnya termasuk cara untuk keluar dari tempat ini, karena ini akan menjadi peluang terakhirku. Mengingat jumlah tanda ku setelah ini akan berkurang satu.

Sejenak aku ragu untuk membukanya, namun akhirnya aku memberanikan diri.

Aku mulai membukanya.

Halaman pertama, aku dibuat terheran. Ada sebuah note terlampir di sana, dengan isinya adalah, "pergi dan bawa buku ini ke menara di seberang rumah Bay Leaf, kemudian bacalah di sana."

Hanya beberapa kata pembentuk kalimat perintah itu. Aku membolak-balikkan note itu tapi tak menemukan apa-apa lagi, hanya itu. Apa aku harus ke sana? Ini bukan jebakan kan?

Ah, persetan. Aku tak punya banyak waktu lagi. Bisa sajakan antara Era dan/atau Tamara sudah menargetkan ku untuk dibunuh.

Aku tidak boleh lengah, aku tidak boleh menyia-nyiakan waktuku bahkan seminimal mungkin. Aku harus memaksimalkan semuanya.

Lantas, segeranya aku bersiap ke menara yang di maksud. Itu adalah menara yang sering aku kunjungi di sini, di sana cukup menyenangkan sebab dari atas sana semuanya bisa terlihat jelas.

Kaki ku melangkah santai, buku tadi ku balut dengan selendang milikku, aku tidak ingin mengambil resiko yang lain tahu apa yang ingin aku lakukan, cukup aku saja, aku tidak boleh terlalu mempercayai yang lain untuk sekarang. Bahkan aku juga membawa semprotan cabai---ini aku bawa dari rumah mengingat aku tadinya melakukan perjalanan sendiri.

Syukurnya tak ada hambatan selama aku menuju ke menara sana, aku sampai tanpa hambatan, bahkan aku tidak menemukan Tamara dan Era di manapun. Sepertinya mereka sedang tidak berada di Bay Leaf.

Aku sudah sampai di menara ini, selanjutnya tanpa menyia-nyiakan waktuku, segera saja aku membukanya, dari lembar pertama yang ada note-nya tadi selanjutnya lembar kedua yang berisi kata pengantar---aku tidak akan menjelaskannya secara detil---dan kemudian isi dari buku ini ternyata adalah sebuah cerita sejarah yang aku kurang tahu apa ini sungguhan pernah terjadi atau hanya dongeng semata.

Aku akan merangkumnya.

Dahulu kala, dalam sebuah desa yang aman dan makmur. Sama seperti desa pada umumnya, bahkan dikenal sebagai desa terindah, namanya adalah desa terindah

Keindahan desa itu sebenarnya bukan tanpa bayaran, para warga desa Murrain selalu melakukan semacam ritual atau upacara untuk meminta kesuburan, ketentraman dan segala hal positif lainnya untuk keberlangsungan hidup warganya.

Selalu melakukan ritual setiap bulan, tak pernah sekalipun menundanya
Di sana semuanya aman-aman saja sebelum kemudian mereka terlambat melakukan ritual.

Iblis yang setiap bulan selalu mereka berikan berbagai macam sesembahan murka, iblis itu lantas mendatangi kepala desa, menunjukkan murkanya.

Alasan mereka terlambat memberikan ritual adalah sebab penduduk desa semakin lama semakin sedikit, bahkan yang tersisa hanya para sesepuh, banyak yang memilih untuk berpindah ke kota, meninggalkan masa kecil mereka dan mengejar impian. Oleh karena ini kepala desa mengajak iblis itu bernegosiasi sebab mereka yang tersisa tidak mampu melakukan ritual setiap bulan dengan jumlah penduduk yang begitu minim.

Iblis itu menyetujui, namun dengan syarat mereka harus memberikan sang iblis jiwa-jiwa orang yang masih hidup, yang diselimuti ketakutan dan rasa putus asa.

Karena dia memakan jiwa yang penuh rasa takut serta rasa putus asa.

Kepala desa meminta waktu dan mengajak para petinggi desa lain untuk berunding, mereka setuju memberikan jiwa namun tidak semua jiwa yang bisa diambil, dan kepala desa meminta keringanan dengan ritual yang akan tetap di laksanakan sewaktu-waktu. Tidak dapat dipercaya, iblis itu menyetujuinya.

Tak perlu waktu lama, jumlah penduduk yang memang sudah minim semakin minim. Hingga semakin lama pula mereka bisa mempersiapkan ritual. Yang tahu tentang hal ini hanya petinggi desa, warga biasa hanya tahu jika kematian setiap bulannya adalah sebab memang sudah masanya.

Meskipun begitu, para petinggi desa yang mengetahuinya mulai was-was, takut jika merekalah yang selanjutnya akan di bunuh.

Petinggi desa kembali melakukan negosiasi dengan iblis itu, namun percuma. Iblis itu tidak mau membatalkannya.

Semakin lama jumlah penduduk desa semakin sedikit, salah satu petinggi desa kemudian mendirikan sebuah penginapan, berharap mereka yang mampir ke penginapan itulah yang nanti akan menjadi tumbal untuk iblis itu.

Siasat mereka berhasil, setiap ada yang bermalam, mereka akan langsung menculiknya hingga akhirnya akan dimangsa oleh si iblis.

Semuanya berjalan dengan lancar namun tidak lama ada seorang penginap yang melarikan diri. Mereka tidak bisa menerimanya karena takut jika orang yang itu dibiarkan lolos maka semuanya akan dibeberkan olehnya.

Dari banyaknya masalah orang hilang, dan seseorang yang berhasil lolos, akhirnya desa Murrain ditutup, mereka yang terlibat---para petinggi desa---dijebloskan ke dalam penjara dan sisanya kembali hidup aman setelah meninggalkan desa itu.

Iblis yang menjaga desa Murrain tidak terima karena desa itu kini sudah menjadi desa mati---tak berpenghuni---maka, iblis itu kembali menjalankan desa itu dengan makhluk-makhluk yang ia buat, para makhluk tanpa raga dan menunggu para manusia memasuki desa Murrain dan menginap di penginapannya.

Karena tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi, iblis itu akan membatasi desa ketika ia sudah memadai mereka yang masuk. Membuat larangan tanpa celah hingga tidak ada yang bisa keluar jadinya dan tak ada yang bisa membocorkan tentang tumbal ini pada siapapun.

Bertahun-tahun, setiap ada yang terjebak di sana selalu berada dalam kesengsaraan dan putus asa, iblis itu merasa senang namun kelamaan bosan. Mereka yang terjebak iblis itu sebut sebagai Hulduflook, seorang peri mungil yang lezat untuk dimakan.

Tidak ada yang mampu keluar, tidak ada yang bisa bertahan lebih lama. Hingga akhirnya ia memberikan cara keluar dengan cuma-cuma pada seorang gadis di sana lewat mimpi ia mendatangi, memberitahukan cara melakukan upacara ritual untuk terbebas dari sana, gadis itu hampir berhasil namun ia terbunuh, terbunuh sebab kecerobohannya sendiri. Ia melakukan ritual sendiri, tanpa teman. Teman-temannya yang terjebak di sana merasa terhianati, oleh karena itu mereka langsung melakukan aksi menggagalkannya.

Sayangnya mereka tidak tahu. Sebenarnya cara untuk keluar dari tempat itu sudah gadis itu tulis di suatu tempat di rumah penginapan. Awalnya si gadis ingin memberikan klu, namun ia meninggal sebelum mengatakan semuanya.

Hanya ada satu orang yang sempat mendapat tandanya, dia adalah saudara gadis itu, satu-satunya yang membantu si gadis ketika gadis itu sekarat. Ia mengetahuinya, namun perlu waktu lama ia bisa mendapatkan semuanya, karena setiap ia membaca buku saudarinya satu tanda miliknya akan berkurang satu.

Saudara gadis itu mulai frustasi, namun kakaknya selalu bilang dia tidak boleh menyerah. Itulah alasan mengapa dia tidak menyerah sampai sekarang, sampai ia bisa keluar dari tempat ini, ia akan terus merampas nyawa mereka yang tak punya keinginan kuat untuk keluar.

....

Bay LeafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang