Sial, aku bermimpi buruk lagi.
Lagi? Iya, sejujurnya hampir tiap hari aku bermimpi buruk di sini namun kali ini mimpinya tidak seperti biasanya. Seolah ada pesan tersembunyi begitu.
Masih ingat kejadian aku merasa diikuti sesuatu sewaktu berjalan-jalan di antara jalanan Bay Leaf dan gereja desa Murrain? Kira-kira begitulah yang aku rasa tapi kali ini dengan vibes yang lebih gelap.
Aku bermimpi melihat sosok besar mengikuti. Bentuknya tidak jelas dan berubah-ubah dan yang berubah-ubah itu benar-benar menakutkan. Belum lagi berbagai macam jenis siksaan yang aku lihat di sekitarku. Aku bersyukur bukan aku yang ada di sana tapi melihatnya saja sudah berhasil membuatku bergidik kengerian.
Bagaimana menjelaskan semuanya ya, tapi yang membuatku benar-benar kepikiran adalah, Kat, Lian dan Rion nampak tersiksa seolah meminta pertolongan, teriakan mereka tertahan membuat siapapun yang mendengar ngilu dan Tamara serta Era yang mengejar ku, seolah berniat membunuhku.
Selain mereka juga ada hal-hal lain, seperti banyaknya hal yang berusaha membuatku terjebak, membuatku menyusut hingga apa yang kulihat semuanya menjadi raksasa dan entah bagaimana aku malah sampai ke buku dan lilin menyala di ruang bawah tanah. Dengan tubuhku yang masih menciut.
Dengan tubuh sekecil itu berusaha untuk membalikkan lembar selanjutnya, lembar yang belum pernah aku buka dan baca. Di situ, entah kenapa ketakutan ku berkurang. Kali ini vibes terasa seperti ketika aku membaca buku ini sebelumnya.
Kemudian aku membacanya.
Tulisannya adalah ...
Aku senang!
Dengan warna merah darah dan dari tulisan itu keluar sesuatu. Sesuatu yang bergerak, membuat takut kembali menggerayangi ku.
Sesuatu itu mulanya kecil seperti gumpalan bayanganku yang terbiaskan cahaya lilin kemudian membesar membuatku ter mundur hingga aku mundur kelewat jauh dan jatih dari ketinggian meja ini.
Seperti itulah, aku bangun setelahnya dengan mandi keringat dan napas yang tersengal-sengal.
Apa maksud mimpi itu.
Aku merasa ada sesuatu yang disampaikan di dalam sana, kenapa aku berlari? Kenapa tulisan di buku itu begitu? Kenapa lilin itu menyala?
Siapa yang masuk ke tempat itu selain aku?
Siapa yang senang? Kenapa dia senang?
Atas semua yang terjadi padaku selama di sini. Semakin lama rasanya semakin tidak jelas saja, semakin banyak saja misteri yang menjejali kepalaku.
Aku mendesah malas, ku sandarkan kepalaku ke dinding kamar. Sejenak diam tak tahu harus apa. Terlalu banyak tanya yang aku tak tahu bagaimana ini sebenarnya.
Aku meraih lampu tidur yang menyala di sampingku. Ini lampu tidur yang kubawa dari rumah, lampu tidur portabel yang mudah dibawa ke mana saja dan hemat energi tentunya. Dari cahayanya menghasilkan bayangan redup, atensi ku tertuju ke sana.
Bayangan, apa maksudnya? Ha, kurasa aku menemukan sesuatu.
Sedikit aku simpulkan, yah semoga saja apa yang kupikirkan ini benar adanya.
_____
Bagaimana jika ternyata mereka berdua bekerjasama?
Ini yang aku pikirkan kali ini, ketika aku ada di atas menara yang ada di taman seberang rumah Bay Leaf.
Beberapa jam lalu aku bilang jika Tamara sepertinya bisa diajak keluar bersama tapi jika ternyata itu hanya strateginya agar aku mempercayai dia saja bagiamana? Bagaimana kalau ternyata dia sengaja begitu agar aku tidak menaruh waspada terhadapnya?
Memikirkannya membuatku khawatir. Mau bagaimanapun entah Tamara atau Era keduanya belum bisa aku percayai.
Era itu apalagi. Dia terlihat dingin, seolah tidak punya perasaan. Bisa saja tanpa sepengetahuan yang lain ternyata dia adalah seorang psikopat, bukan?
Astaga, ini begitu rumit. Bisa-bisa aku mati karena khawatir dan kelewat overthinking terhadap mereka.
Aku menghembuskan napas, berusaha lewat cara itu untuk menetralkan diri. Aku harus berusaha mengurangi kelewat berfikir ini, aku harus berfikir secara santai namun bertahap agar tidak ada satupun informasi yang terlewat.
"Oke, Sia cobalah ingat apa saja hal-hal yang terkesan tidak biasa, janggal mungkin, selama kamu ada di sini," ucapku bermonolog.
Ketika Tamara menemukan Lian usai aku berteriak, dia cukup syok tapi masih sanggup untuk memanggil Rion dan Era. Serta dia masih sanggup untuk mendekatiku, bukannya curiga kalau aku bisa saja membunuh Lian.
Tamara seolah mempercayaiku, ketika aku bilang ini itu tentang keajaiban dia malah nampak ingin ikut denganku. Ingin bekerjasama denganku walau masih ada kesan ragu-ragu.
Apa mungkin seseorang yang sudah begitu keras mempertahankan pendiriannya cukup---bahkan bisa dibilang sangat lama malah tiba-tiba setuju dengan hal yang bertentangan dengan pendirian itu?
Memikirkannya membuat kepalaku gatal. Aku menggaruk kepalaku sembari memperhatikan rumah Bay Leaf dari menara ini.
Selanjutnya aku melihat Era. Tamara memang bisa saja menjadi tersangka pembunuhannya tapi Era juga, bukan?
Cowok satu itu kini menuju halaman rumah Bay Leaf, dia membawa gunting dan menuju pada kumpulan bunga di halaman sana.
Omong-omong, cowok itu, Era, selain pendiam dan misterius, dia juga suka tumbuhan. Ini bukan pertama kalinya aku melihat dia dan potongan batang bunga yang masih hidup di musim gugur, tapi aku selalu mengabaikannya sebab cowok satu itu entah kenapa mudah sekali terabaikan dalam otakku. Sulit untuk menggambarkan seorang Era ini, namun jelas dia juga sangat misterius, sangat-sangat misterius.
Era lebih fokus pada dirinya sendiri, di saat yang lain terang-terangan tidak mau menerima ajakan ku. Era lebih banyak memperhatikan dan mengikuti alur. Saat Lian terbunuh pun juga, entah mengapa yang lain nampak tidak begitu memojokkannya, yah, yang lain sangat memojokkan ku sih. Tapi tetap saja, sifatnya itu misterius seharusnya dia juga sangat wajar dicurigai.
Ketika Rion terbunuh, dia malah mengajakku dan Tamara untuk berkumpul. Pertanyaannya singkat begitupun dengan alibi miliknya. Jujur itu tidak memuaskan, sangat-sangat tidak memuaskan karena aku sama sekali tidak dapat meraba adanya yang janggal lewat alibi mereka.
Aku malah janggal dengan sifat Era yang tiba-tiba itu. Seolah dia bukan mencari siapa pembunuhnya, namun yang lain.
Tapi entahlah, baru segini pun aku sudah pusing luar biasa. Frustasi, aku mengacak-acak rambutku dengan gusar.
Astaga, harusnya aku bisa memikirkan lebih banyak pemikiran. Ini masih sedikit padahal waktuku semakin sempit.
Tamara atau Era? Apa yang harus aku lakukan ketika aku bertemu salah satu dari mereka dalam satu ruangan? Lari kah? Apa ada cara agar aku tidak berada di rumah Bay Leaf agar tidak bertemu mereka?
Ah, tapi ruang bawah tanah itu ... di sana.
Oke, cukup tingkatkan kepekaan diri terhadap sekitar dan lari ketika kejanggalan muncul. Mungkin itu cukup.
Semoga saja.
Aku percaya pada diriku pasti bisa keluar dari tempat ini dengan selamat.
Aku tidak ingin mati di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bay Leaf
Mystery / ThrillerTittle: Bay Leaf Theme: Misteri Genre: Horor, thriller, drama Blurb: Sia pikir Bay Leaf adalah penginapan pada umumnya, namun nyatanya pikirannya salah. Setiap langkah yang ia pilih setelahnya hanya membawa Sia pada kematian karena sudah menjadi tum...