[baca dengan pelan agar feel-nya dapat, oke!]
"Ini baru permulaan, kau akan melihat lebih banyak mimpi buruk lagi, Sia."
_______
Pertama, aku bermimpi dicekik sosok yang mirip diriku sendiri. Hanya saja versi yang menyeramkan.
Kedua, tanda lingkaran yang jumlahnya empat muncul di leherku.
Kemudian, Rion bilang jika ini baru permulaan.
Apa maksud ucapan Rion tadi? Tanya itu terus-menerus menggerogoti pikiranku. Aku bingung, sedangkan setelah itu tadi Rion tidak mengucapkan kalimat lain. Ah, cowok itu---si Rion, jujur saja sejak awal aku bisa merasakan jika dia tidak menyukai kehadiranku di sini. Apa dia berniat menakuti ku agar aku segera pergi dari sini? Aku akan segera kembali melanjutkan perjalananku, hanya menunggu hari sedikit lebih siang.
Selanjutnya, tidak lama usai aku berinteraksi dengan Rion. Aku menemukan Era dan Lian---yang merupakan kembarannya Rion di perjalananku menuju dapur, aku mencoba menanyakan hal sama tentang adanya tanda di leherku ini pada mereka.
"Kau mendapatkannya?"
Apa maksudnya? Aku berkedip bingung, menatap kedua laki-laki ini dengan heran yang dibuat-buat. Yang aku perlukan adalah alasan mengapa tanda ini muncul di leherku.
"Apa maksudmu? Memangnya tanda apa ini?" tanyaku.
Era, cowok itu menghela napas. Ia menatapku dengan pandangannya yang lirih, dan entah mengapa tatapannya itu nampak menyiratkan sesuatu.
Saat ini musim gugur, apalagi kemarin sempat hujan. Pakaian yang semua orang pakai tentu saja adalah pakaian tebal, proteksi dari rasa dingin. Termasuk aku, Era maupun Lian.
Era dengan gaya kerah turtleneck, ia menurunkannya sedikit, memperlihatkan tanda lingkaran yang sama. Selain itu, Lian juga ikut memperlihatkan lehernya, ada tanda itu juga bedanya jumlahnya berbeda. Hanya tiga tanda lingkaran hitam di sana.
"Sia, kamu sudah menjadi bagian dari kami. Kami, yang dipilih menjadi calon tumbal," ucap Lian.
Apa maksudnya?
"Kalian bercanda?" Dari segala apa yang ada dalam batin hanya dua kata yang aku keluarkan. Diantara semua tanya yang sulit untukku jelaskan saking banyaknya sampai membuatku sesak, hanya dua kata itu. Aku menatap Era dan Lian menuntut, aku perlu lebih dari jawaban singkat Lian. Aku perlu kejelasan yang lebih.
Era menghembuskan napas lelah. Sejenak Era dan Lian saling pandang. "Jika aku menjelaskannya sekarang aku yakin kau tidak akan paham, Sia. Jadi, cobalah untuk berkeliling dan ingat kembali apa saja yang terjadi padamu sebelum mendapat tanda itu." Usainya Era mengucapkan itu, aku hanya bisa menahan napas sejenak---ini bukan kemauanku tapi hanya refleks tubuh---kemudian berlalu menjauh.
Aku berjalan keluar rumah penginapan Bay Leaf, sejenak menghirup udara pagi. Ah, kelewat dingin. Kemudian aku merenung, ingatanku tertuju kembali pada malam tadi, ketika mimpi buruk itu mendatangi. Ah, mengingatnya membuatku kembali terbayang pada rasa tangan yang mencekik leherku.
Ada baiknya untuk tidak mengingatnya lagi untuk sekarang. Aku mengedarkan pandang, sebab kemarin hujan aku jadi tidak begitu memperhatikan desa ini dengan baik. Bahkan aku tidak menyadari adanya taman di seberang rumah Bay Leaf ini.
Mungkin berkeliling sedikit bisa menolong ku untuk memutar otak agar bisa menemukan titik-titik misteri yang terjadi padaku.
Lantas aku menyebrang jalan, akibat hujan ada beberapa genangan air dan jalannya agak licin. Dengan hati-hati aku melintas, pula menikmati pemandangan desa yang luar biasa ini.
Rumah tanpa pagar, letaknya agak berjauhan berseling dengan lahan kebun dari pekarangan yang luas. Dalam taman ini ada sebuah menara, aku mengira tingginya mungkin empat hingga lima meter, aku tidak mengerti mengapa ada bangunan itu. Tapi adanya menara itu memudahkan ku untuk memperhatikan desa lebih baik. Aku menaiki tangga dan sampai di atas sana.
"Tunggu, apa itu?" Aku bergumam tanya ketika melihat adanya asap hitam dari kejauhan. Asap itu sangat janggal apalagi keberadaannya seperti mengelilingi sesuatu, dengan keadaan di balik asap tidak jelas, benar-benar terhalang.
Mataku memicing. Apa ini alasan Era memintaku berkeliling? Seperti yang kujelaskan di paragraf sebelumnya, asap itu seperti mengelilingi sesuatu, seperti sebuah tembok, pembatas, yang mengurung desa?
Tidak, tidak ... ini maksudnya aku tidak bisa keluar begitu? Aku menggeleng, menepis pikiran itu sembari menuruni satu persatu anak tangga. Tujuanku ke depan gerbang yang kemarin aku masuki untuk ke desa ini, itu adalah jarak yang paling dekat dengan keberadaan asap hitam.
"Apa-apaan ini ...."
Kakiku terasa berat, padahal jarak ku dengan asap itu masih cukup jauh tapi kenapa rasanya begini.
Jika dari kejauhan tadi aku melihatnya sekedar mengelilingi desa, maka dari dekat asap itu seolah dinding yang kokoh. Tinggi dan nampak tak tertembus.
Aku berjalan mendekatinya, pelan saja.
Selanjutnya aku berusaha menerobosnya. Ini hanya asap, aku pasti bisa keluar darinya.
Empat tanda lingkaran itu jumlah nyawamu.
Setiap melanggar akan kehilangan satu tanda, jika kehilangan semua tanda maka akan mati menjadi tumbal saat itu juga.
Jika kau berusaha keluar dengan melewati asap ini maka satu nyawamu akan diambil.
Acasia Burnett. Kau melanggar. Aku ambil satu nyawamu!
"HA!"
Aku terbangun di sini aku. Kenapa?
Kenapa aku kembali ke sini?
Saat ini aku ada di dalam kamar penginapan. Seperti pagi tadi yang usai terbangun dari mimpi.
Sadar tidak sadar aku tadi mendengar samar ... empat tanda lingkaran itu jumlah nyawaku.
Aku menuju cermin. Tanganku bergetar, jumlahnya berkurang satu.
Setiap melanggar akan kehilangan satu tanda, jika kehilangan semua tanda maka akan mati menjadi tumbal saat itu juga.
Apa ini yang Lian maksud tadi?
Ini baru satu hal yang aku langgar, apa ada larangan lain? Tanganku seketika tremor, kakiku melemas jeli. Aku terduduk.
Mereka pasti tahu sesuatu, aku harus menemui mereka, aku harus mendapat penjelasan mereka tentang ini semua.
Aku bangkit, mendatangi mereka yang kebetulan berada di ruang utama. Mereka seolah menunggu sesuatu--
"Akhirnya datang juga." Ini Tamara.
"Sepertinya dia melanggarnya." Ini Rion.
"Kak Sia." Dan ini Katja. Kat mendekatiku ia seketika memelukku. Apa ini maksudnya?
"Maafkan aku, karena tidak bisa membantu," bisik Kat padaku.
Aku diam saja. Bahkan ketika Kat menarik ku untuk ikut duduk di antara mereka. Dengan apa yang terjadi padaku, aku jadi sulit untuk mempercayai mereka. Satu-satunya yang bisa kulakukan saat ini ialah mendengar penjelasan mereka semua tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Jelaskan apa yang terjadi," pintaku.
Kemudian aku diam menunggu.
"Kau sudah ditandai oleh makhluk itu, sama seperti kami. Dia menargetkan dirimu sebagai tumbalnya. Tidak ada jalan keluar sekarang, semuanya hanya bisa diam menunggu kematian."
Aku menggebrak meja. Mana mungkin aku bisa menerima kenyataan itu. Mati menjadi tumbal? Aku tidak mau mati mengenaskan seperti itu!
"Pasti ada cara untuk keluar dari sini kan?" tanyaku. Aku menahan diri untuk tidak bergetar. Ayo Sia, jangan perlihatkan ketakutan mu di hadapan orang-orang.
1 detik terasa seperti 0,1 detik. Kenapa waktu terasa melambat?
Kenapa harus aku yang mengalaminya?
Aku tidak mau mati begini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bay Leaf
Mystery / ThrillerTittle: Bay Leaf Theme: Misteri Genre: Horor, thriller, drama Blurb: Sia pikir Bay Leaf adalah penginapan pada umumnya, namun nyatanya pikirannya salah. Setiap langkah yang ia pilih setelahnya hanya membawa Sia pada kematian karena sudah menjadi tum...