"Sia, dia ..." Ucapan Era tertahan. Ia bingung bagaimana menjelaskan semuanya pada keluarga Sia yang ada di kota ini.
Sejujurnya tadi Era sudah begitu bersyukur menemukan alamat Sia dengan berbekal segala data diri yang ada di dalam tas cewek itu yang terselamatkan. Tapi ketika bertemu dengan orang tuanya Sia, dengan pandangan cemas kepada Sia dan pandangan curiga padanya membuat Era jadi bingung dan mulai gagap untuk menyampaikan.
Haruskah ia mengucapkan kebenarannya? Itu yang ia pikirkan dalam batinnya kini. Tapi mengatakan semuanya sesuai dengan apa yang terjadi terlalu berat rasanya. Itu membuatnya cemas hingga ia harus mengatur napasnya kembali menenangkan diri.
"Ada sebuah kecelakaan yang terjadi di tempat Sia menginap waktu melakukan perjalanan, dia mengalami trauma seperti sekarang karena hal itu," ucap Era menjelaskan.
Kemudian sekarang apa yang ada dalam diri Sia. Era hanya bisa pasrah pada segala respon yang akan kedua orang tuanya Sia lakukan padanya.
"Sudah lebih seminggu Sia pergi, seharusnya dia sudah sampai ke tempat neneknya, tapi kenapa dia malah tidak pernah sampai dan justru pulang dalam keadaan yang seperti ini? Kalau kecelakaan, kenapa tidak dari kemarin-kemarin Sia dibawa pulang kepada kami? Kenapa baru sekarang?" Pertanyaan-pertanyaan itu datang menghujani Era. Era tidak siap, ia tidak tahu harus menjawab apa. Sungguh rasanya menyakitkan tapi Era harus bertahan.
"Dilihat dari lukanya, itu luka baru kan? Katakan apa yang kau sembunyikan, Nak," ucap Dad dari Sia.
Pertahanan Era runtuh. Orang tua Sia wajib tahu apa yang terjadi pada anaknya. Meskipun Era tidak pernah tahu bagaimana rasanya punya orang tua, tapi dulu, ketika semuanya baik-baik saja, Era akan selalu cemas setiap Ela tidak berada dalam jarak pandangnya.
"Maafkan saya," ucap Era. Ia tidak tahu kenapa ia meminta maaf, satu-satunya kalimat yang bisa ia katakan saat ini hanya itu.
"Kemarin, ketika kami berniat melarikan diri. Saya, saya gagal menyelamatkannya, makanya dia mulai di siksa. Kami adalah korban penculikan, kami dikurung dalam sebuah tempat dan ...." Era tidak tahu lagi harus melanjutkannya bagaimana. Korban penculikan? Kebohongan ini masih bisa ditoleransi, mereka memang benar diculik, walau yang menculik adalah makhluk tak kasat.
Sisanya, Sia disiksa? Jelas masih banyak lubang yang mengisi ceritanya, Era tidak bisa melanjutkannya, ia tidak tahu lagi harus mengisinya dengan kebohongan apa.
Entah bagaimana menurut kedua orang tuanya Sia, Era tidak tahu lagi harus mengarang bagaimana agar semuanya terlihat manusiawi. Kebohongan ini harus tetap ada, apalagi tentang makhluk dan tumbal itu, tidak boleh ada yang tahu atau semuanya akan semakin runyam.
"Kecelakaan yang saya maksud itu, adalah yang membuat Sia begini, maaf malah membiarkannya sempat tersiksa, saya tidak bisa apa-apa waktu itu," ucap Era lagi.
Bohong semuanya. Memang alurnya sama walau telah mengalami pengubahan setting dan latarnya. Era tidak mungkin mengatakan tentang makhluk itu, ia ragu, masih ada dalam dirinya setitik keraguan jika makhluk itu masih ada, di suatu tempat yang jauh.
Era tahu, pasti kedua orangtuanya Sia masih menyadari adanya kejanggalan namun mereka tidak bisa mempertanyakannya.
Ketika seseorang yang merupakan bagian dari hidupmu pulang usai sebuah perjalanan panjang, bukannya mendengar pengalaman menyenangkannya tapi malah melihat ia pulang dengan diantar oleh orang lain karena kondisinya buruk dan yang mengantar pun juga bisa dibilang kondisinya buruk, maka, apa yang akan kau berikan sebagai respon?
Nyatanya, kedua orang tua Sia merupakan sosok yang lembut luar dalam. Meskipun keduanya dipenuhi oleh banyak tanya yang ingin segera dihujamkan pada Era, mereka masih punya rasa iba, apalagi Era yang membawa pulang putri mereka. Dengan Sia yang keadaannya begitu, pasti sulit membawanya.
Kedua orang tuanya Sia saling pandang, saling bicara lewat tatapan. Sia sudah tertidur sepertinya, karena mereka sudah membawanya ke kamar cewek itu.
"Kami masih punya pertanyaan, tapi sepertinya kamu pun memiliki trauma juga pada kejadian yang kamu ceritakan, jadi kami akan membiarkanmu sampai siap menceritakannya," ucap Mommy Sia.
_______
Beberapa hari sudah terlewat begitu saja. Sejak hari itu, Era belum lagi kembali mendatangi kediaman keluarga Burnett, keluarganya Sia untuk menjelaskan semuanya.
Sia masih sama, masih tetap seperti Sia yang sekarang dengan Mom dan Daddy Sia yang sudah berusaha menyembuhkan dengan membawakan dokter-dokter yang bergerak di bidang yang dibutuhkan.
Tapi ini masalah trauma, memang tidaklah mudah untuk menghilangkannya. Mereka sebenarnya ingin menghubungi polisi untuk menindak kejadian yang dialami putri mereka ini, penculik atau siapapun di sana yang sudah menculik dan menyiksa Sia dan orang-orang tak bersalah lainnya harus ditindak lanjuti, harus diberikan hukuman yang setimpal. Tapi, mereka tidak tahu apa-apa. Setelah apa yang Era ucapkan di hari itu, tidak ada petunjuk lain, Era juga tidak ada kembali ke mereka untuk menceritakan semuanya.
Sedangkan di sisi Era, cowok itu masih di kota itu, sendirian. Ia tidak bisa kemana-mana dan dia tidak punya siapa-siapa.
Di sini Era tahu, kota itu sudah banyak berubah utamanya tidak adanya Ela di sampingnya. Beberapa hari ini ia tengah mencoba berdamai dengan dirinya sendiri, ia ingat sudah menjanjikan akan menceritakan seluruh kejadian aslinya pada kedua orangtuanya Sia tentang yang terjadi.
Tapi pertama, ia harus memantapkan diri, berdamai pada diri sendiri tentang segala tindakannya di masa lalu. "Aku hanya berusaha bertahan hidup dan melindungi diriku sendiri, aku bukan orang jahat," ucapnya.
Tapi, membunuh banyak orang tanpa kenal ampun, bukan hanya satu orang. Apa benar itu adalah bentukan diri dalam bertahan hidup? Era gusar, tapi ia akan mencoba menembusnya dengan mencoba menolong Sia hingga cewek itu sembuh suatu hari nanti.
Dari semua yang sudah ia jadikan tumbal, sekiranya yang satu ini. Sia, dia harus bisa menyelamatkan Acasia.
Walaupun sudah puluhan nyawa, satu ini saja. Era tidak mau jadi pembunuh lagi. Era berharap apa yang ia pilih ini tidak salah.
Era berhenti di depan sebuah rumah yang beberapa hari lalu ia datangi. Itu rumah kediaman keluarga Burnett, tempat di mana ia mengantar Acasia kembali.
Era berharap kedua orang tuanya Sia ada di dalam sekarang seperti ketika ia pertama kali ke tempat itu.
Menekan bel, menunggu seseorang membukakan pintu. Masih sama seperti beberapa hari lalu kemudian seorang wanita pirang membukakan pintu, dan menatapnya dengan tanya dan ramah, sama seperti beberapa hari yang lalu.
"Bagaimana keadaan Sia, Bibi?" tanya Era.
Era tahu, ketika ia menyebut nama Sia, wanita paruh baya itu menunjukkan guratan kesedihan. Pastinya masih sama, Sia masih belum menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.
"Lukanya sudah jauh membaik, hanya saja traumanya ..."
Sudah jelas untuk yang ini.
Luka fisik, ia akan menghilang bersama waktu. Sedikit demi sedikit.
Luka batin, apa itu termasuk mental dan psikis seseorang? Jika iya, ini begitu sulit untuk disembuhkan. Lukanya terlalu kasat mata, bahkan untuk dilihat oleh diri sendiri.
Era akan mencoba menyembuhkan lukanya lebih dahulu, kemudian akan menebus rasa salahnya dengan setia membantu sebisanya untuk kesembuhan Sia.
.SELESAI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bay Leaf
Mystery / ThrillerTittle: Bay Leaf Theme: Misteri Genre: Horor, thriller, drama Blurb: Sia pikir Bay Leaf adalah penginapan pada umumnya, namun nyatanya pikirannya salah. Setiap langkah yang ia pilih setelahnya hanya membawa Sia pada kematian karena sudah menjadi tum...