Ruang bawah tanah rumah penginapan Bay Leaf lampunya menyala namun memiliki intensitas cahaya yang kurang.
Kadang-kadang Sia masih takut masuk ke tempat ini, apalagi jika bersama seorang Era Brooklyn yang orangnya sangat sulit untuk ditebak.
Tapi, menurut Era, Sia itu mirip saudari kembarnya, kan? Mengingat itu membuat Sia tercenung, jika bukan karena emosional seorang Era Brooklyn, mungkin Sia tidak akan mungkin masih hidup seperti ini.
"Jadi, apa saja yang harus aku ketahui untuk keluar dari tempat ini?" tanya Sia. Mendengar langsung bukan membacanya tidak akan mengurangi nyawa, itu tertulis di buku Hulduflook, alasan kenapa pertama kali Sia mendengar penjelasan mereka di sini tanda nyawanya tidak berkurang.
"Tentang ritual dan kelemahannya, serta apa saja yang harus kita korbankan," jawab Era. Sia mengangguk, menunggu Era menjelaskan semuanya.
"Cerita ini akan panjang, sayangnya kita tidak bisa bersantai di depan perapian sembari aku menjelaskan semuanya. Jadi, dengarkanlah, ini akan sangat melelahkan."
Sia mengangguk. Kemudian, Era memulainya.
Dulu, jauh sebelum semuanya dimulai. Jauh sebelum pertumbalan terjadi di desa Murrain. Sebuah perjanjian antara Zois dan Rios, keduanya adalah iblis yang menghuni dua hutan di sekitaran desa Murrain.
Ketika Desa Murrain memulai peradaban, mereka langsung melakukan perjanjian dengan iblis Rios agar desa mereka makmur, tentram, damai dan berpenghasilan melimpah serta selalu terjaga keindahannya dan keasriannya.
Sebab itulah, setiap bulan selalu ada perayaan dan ritual yang dilakukan, hingga jumlah penduduk muda di desa ini terus-menerus berkurang, entah sebab memilih pindah ke kota atau makan usia.
Di balik kesepakatan para petinggi desa kepada iblis Rios, iblis Zois tidak bisa menerima, menumbalkan manusia memang bukanlah hal tabu bagi para iblis namun bagi Zois yang sedari dulu menjadi iblis penjaga hutan hal itu tidak seharusnya terjadi. Menjual jiwa raga untuk kedamaian dan ketentraman bukanlah harga yang sesuai. Terlalu mahal yang harus dibayar pihak manusia.
Waktu berlalu dan Zois hanya bisa melemparkan perang dingin pada Rios. Zois tidak dapat melakukan apa-apa bahkan ketika para penghuni Bay Leaf yang merupakan calon tumbal Rios berusaha mendobrak untuk bisa keluar. Inilah alasan Zois tidak suka, tumbal yang dimiliki Rios selalu berontak dan mengusik wilayah Zois.
Kemudian selanjutnya Zois memberikan salah satu calon tumbal Rios cara untuk keluar dan bebas dari kutukan itu, lewat mimpi dan begitulah jadinya, buku ini tercipta. Buku itu, buku yang menguak cara untuk keluar dari tempat ini. Namun sayangnya, salah satu calon tumbal yang Zois pilih harus terbunuh sebelum menuntaskan ritualnya.
Tapi setidaknya, buku itu masih aman. Terlindung dari magis kuat hingga tak bisa dilenyapkan. Walaupun, Rios membuat siapapun yang membaca buku itu akan kehilangan satu tanda nyawa.
Buku itu masih bertahan sampai sekarang, dan cara untuk keluar dari tempat ini tertulis lengkap di sana. Bagaimana mereka harus melakukan sebuah ritual terakhir dan mematahkan sihirnya agar hal yang sama tak akan terulang kembali. Tentang makhluk itu, Rios yang tak akan lagi bisa menjebak orang-orang ke dalam perangkapnya.
"Sia, menurutmu, apa iblis pantas disembah meskipun ia sudah menyelamatkan nyawamu?" Tanya itu tiba-tiba saja dilemparkan oleh Era untuk Sia.
Sia menjawab dengan gelengan. "Iblis bukan makhluk yang pantas untuk disembah, bukan? Mau sebaik apapun mereka."
Era mengangguk, menyetujui. "Benar, orang yang menulis buku ini bilang begini, "Pernah aku bertanya pada Zois, jika aku berhasil keluar maka aku harus membayar apa padamu, apa dengan menjadikanmu tuhan? Saat itu Zois menegaskan, ia tidak melakukannya untuk disembah tapi memang berniat menghentikan Rios, ia ingin mengembalikan keseimbangan alam lagi pun iblis bukanlah sesembahan."
Jika malah menyembah iblis, maka itu adalah kesalahan besar."Sia mengangguk. Ia menyetujui apa kata Era dan buku itu.
Usai dengan kisah masa lalu, selanjutnya Era menjelaskan beberapa hal tentang ritual yang akan mereka lakukan. Jalan keluar yang harus mereka buka.
Sia mendengarkannya dengan seksama, tentang apa saja yang akan Era lakukan dan apa yang harus Sia lakukan.
"Jadi ... Zois akan menasukkan energinya sedikit ke badanku. Zois perlu aku karena dia adalah makhluk dari alam lain yang perlu raga manusia untuk hadir di dimensi milik Rios. Tapi kenapa aku, bukan kau Era?" tanya Sia.
Entah mengapa, Sia berfirasat ia akan tak baik-baik saja. Ia akan ... dijadikan tumbal terakhir.
"Karena cuma aku yang tahu pasti dan hapal cara dan apa yang harus diucapkan untuk memanggil Zois," jawab Era. Di sini Sia tahu, ia tak bisa apa-apa selain menurut.
"Percayalah, kau pasti bisa keluar dari sini dan selamat serta bisa bertemu dengan kedua orang tuamu kembali," ucap Era.
"Iya."
Kemudian Era kembali menjelaskan. "Rencananya Zois yang akan menyegel kekuatannya sendiri dengan bantuan ragamu, nantinya ia jadi bisa menarik energi Rios untuk disegel bersama energi Zois, setelah itu kutukan tumbal akan lenyap selamanya.
Kalau mereka berdua tersegel, Rios tidak akan bisa membatalkan segel itu, karena dia dan Zois sama-sama tidak punya kekuatan lagi."
Sampai sini saja rasanya Sia sudah cukup melayang. Jadi setelah ini mereka akan segera menyiapkan semuanya dan keluar. Ah, apa sungguh secepat itu?
"Kita harus menjaga jiwa dan ragamu agar selalu dalam stamina yang pas untuk ritual itu, jadi, jaga dirimu baik-baik Sia," ucap Era.
Sia mengangguk. "Jadi, kapan kita bisa melakukan ritualnya?" tanyanya kemudian.
"Secepatnya, tapi ...," ucapan Era terpotong sebab cowok itu tengah fokus membolak-balikkan kertas, mencari sesuatu di sana.
"Seminggu dari sekarang, itu adalah titik terendah bulan, tepat di saat cahayanya benar-benar redup. Makhluk itu, kuat saat bulan purnama dan akan melemah di saat bulan mati, jadi kau mengerti, kan?" tanya Era.
"Ya," ucap Sia mengangguk.
Era bangkit dari duduknya di hadapan meja yang berisi buku itu, begitupun Sia.
"Kita harus menyiapkan beberapa hal terlebih dahulu," ucap Era.
"Oh ya, Era."
"Ya?"
"Aku tahu, apa yang aku lakukan tak akan banyak membantu, tapi cobalah untuk sekali saja percaya padaku." Hanya untuk meminimalisir rasa gugup, batin Sia usai mengucapkan hal itu, hal yang begitu absurd. Apalagi diucapkan di saat-saat seperti sekarang ini.
Era tertawa kecil. "Iya, aku percaya padamu, hanya ada kita berdua sekarang, memangnya bisa aku tidak bergantung di saat seperti sekarang ini," jawab Era.
"Manusia adalah makhluk sosial, mau se berusaha apapun manusia untuk tidak bergantung dan percaya pada satu atau orang-orang, nyatanya semuanya akan tetap saling bergantung."
Yah, seperti Sia terhadap Era. Atau Era terhadap Sia. Sia tidak bisa mengelak, bahkan Era juga.
Tapi Sia berharap bergantung pada Era bukanlah pilihan yang buruk.
Noted:
Semua tokoh sejarah hanya fiksi semata dengan minim info yang saya cari dari internet, kalau ada kesamaan dalam tokoh/cerita lain itu cuma ketidak sengajaan semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bay Leaf
Mystery / ThrillerTittle: Bay Leaf Theme: Misteri Genre: Horor, thriller, drama Blurb: Sia pikir Bay Leaf adalah penginapan pada umumnya, namun nyatanya pikirannya salah. Setiap langkah yang ia pilih setelahnya hanya membawa Sia pada kematian karena sudah menjadi tum...