06. Deaf

84.6K 7.6K 6.8K
                                    


Sebelumnya aku mau minta maaf sebesar-besarnya, cerita ini sama sekali tidak bermaksud untuk menjatuhkan suatu oknum ataupun pihak tertentu. Cerita ini terinspirasi dari berita-berita yang kubaca di internet tentang anak-anak yang kerap mendapatkan tindakan kekerasan bahkan pelecehan di sebuah panti asuhan ilegal (tidak mendapatkan izin dan pengawasan pemerintah).

Dengan menulis cerita ini, aku berharap tidak akan ada kejadian seperti itu dan tidak akan ada lagi anak-anak yang bernasib serupa seperti mereka. Karena aku pikir, semua anak berhak berkembang dan mendapatkan kebahagiaannya masing-masing.

Maaf, aku menaruh sedikit scene ilustrasi pencabul*n di chapter #Dirty tapi tidak terlalu menggambarkan secara jelas hanya sebagai sarat saja, dan aku sangat memohon kepada kalian tolong jangan terlalu menghayati adegan tersebut, ya.

Di part selanjutnya mungkin akan ada beberapa adegan kekerasan, aku harap kalian bisa lebih bijak dalam membacanya.

Akan ada begitu banyak pesan yang ingin aku sampaikan kepada kalian melewati cerita ini. So, mari kita ambil yang baiknya dan buang yang buruknya, bisa kan?

***

[Episode 06---Deaf]

“Ayo sama-sama berjanji, untuk tetap bertahan memenangkan segala rasa sakit ini sampai Tuhan menurunkan kesembuhan lalu kita tidak akan pernah merasa sakit lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ayo sama-sama berjanji, untuk tetap bertahan memenangkan segala rasa sakit ini sampai Tuhan menurunkan kesembuhan lalu kita tidak akan pernah merasa sakit lagi.”—Januari Kasandanu.

***

HAAI MWIZA UPDATE!! MANA TEPOK TANGANNYA?!

ABSEN HADIR DULU SINI!

BACA INI JAM BERAPA?

KAMU PALING SUKA SAMA KARAKTER SIAPA?

KALO BISA MASUK KE  DALAM CERITA INI KAMU MAU NGAPAIN?

kalau ada typo tolong ingatkan.

***

Langit tampak kian menghitam. Awan semakin suram muram. Padahal sebelumnya sinar matahari terasa cukup terik. Angin berhembus lumayan kencang menusuk jauh ke dalam pori-pori kulit. Bumi menjadi gelap kehilangan separuh cahayanya. Bulir-bulir bening mulai turun berjatuhan dari langit hingga dapat tercium aroma khas tanah yang basah. Ya, hujan telah turun cukup deras

Janu masih setia terduduk di persimpangan jalan. Kedua tangan kecilnya memegangi kaleng bekas yang diberikan oleh Zalfa. Dari tadi pagi Janu mengemis di sini, dan ia hanya mendapatkan uang sebesar lima ribu perak saja. Entahlah, apakah Zalfa dan Devan akan mau menjemputnya jika mereka tahu uang yang Janu dapatkan hanya sedikit, bahkan sangat sedikit. Zalfa pernah berpesan, minimal Janu harus mendapatkan uang sejumlah satu juta kalau ia ingin dijemput bersama mereka.

[✓] 7 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang