[Episode 41---Langit Senja Yang Menyakitkan]
"Jangan pernah menyesal telah menjadi orang baik. Seperti air yang senantiasa menyirami jutaan jenis tanaman, tak pernah ada yang tahu tanaman mana yang buahnya akan tumbuh, pun dengan kejutan yang sedang Tuhan rencanakan untuk para hamba-Nya yang tangguh."--7 WISHES.
***
Absen dengan sebut tokoh fav kalian di cerita ini 👉👉
Baca ini jam berapa?
Btw, 9 chapter lagi tamat nih 😁😁
***
Tiga tahun yang lalu.
Embusan angin sejuk menerpa melewati area halaman depan panti asuhan yang tampak bersih nan sejuk. Rerumputan hijau berpadu dengan pepohonan rindang menambah kesan alam yang begitu menenangkan jiwa.
Kala itu, puluhan anak panti tengah asyik bermain-main, tertawa ria sambil berlarian ke sana kemari persis seperti hewan yang baru terbebas dari kandangnya. Hanya ada satu anak yang sama sekali tidak ikut bergabung bermain, setiap hari dirinya hanya bisa melihat dari kejauhan. Tidak, bukan karena ia antisosial. Melainkan, kedua kakinya tak mampu untuk berjalan secara normal seperti anak-anak yang lain.
Dari arah pintu gerbang, tampak seorang anak laki-laki berusia 13 tahun berlari tergopoh-gopoh menyeret-nyeret ransel mini bermotif kartun Naruto. Wajah anak itu sembab, hidung mancungnya memerah bak kepiting rebus, ingusnya naik turun seperti rollercoaster.
"MIKUM!" sentaknya ngegas. Mengucapkan salam dengan nada sewot plus ekspresi kesal.
Hening. Tak ada satu pun manusia yang menjawab salam singkatnya. Suasana di dalam panti kini tengah sepi karena seluruh anak-anaknya sedang berada di area halaman depan.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Suara lembut seseorang menerpa indra pendengarannya. Si anak refleks menoleh ke arah pintu, menatap keheranan sosok pemuda asing di hadapannya.
"Hai?" sapa orang tak dikenal itu tersenyum ramah, sementara yang disapa malah melengos, cuek bebek.
Melihat mimik wajah berantakan milik bocah tersebut, membuat raut ceria si pemuda seketika menurun drastis. Berubah murung serta cemas. Apa yang sudah terjadi sampai wajah si anak jadi semrawut seperti ini?
"Adek kalo senyum tambah ganteng deh. Jangan sedih lagi, sini kakak peluk," tawarnya tulus sembari membentangkan kedua tangan.
"Siapa sih kamu?! Pergi kamu!!" Bukannya menyambut pelukan hangat dari tamu asing tersebut, sang bocah justru malah mendorong geram kursi roda yang tengah diduduki oleh si pemuda sampai sang empu terjatuh ke tanah bersama kursi rodanya yang terbanting menubruk lantai.
"Akgh!" aduhnya berjengit kesakitan. Merasakan punggungnya menghantam lantai keramik yang keras. "Kamu kenapa? Jangan takut. Kakak bukan orang jahat kok, kakak ini anak baru di panti kalian, kakak gak akan melukai kamu."
Senyap. Tak ada komunikasi timbal balik antara kedua belah pihak selama beberapa detik sebelum salah satu dari mereka ada yang berani kembali angkat suara.
"Nama kakak Hasbi, nama adek siapa?" Masih dalam kondisi terduduk di lantai, laki-laki bernama Hasbi itu mendongak tersenyum simpul sembari mengulurkan tangan kanannya kepada si bocah. Bermaksud mengajak berkenalan.
"RIKII!!"
Suara jeritan seorang perempuan cantik bertubuh ramping--istri si pemilik panti menggema memenuhi seisi ruangan, tentu saja mengejutkan mereka. Zalfa baru saja keluar dari arah dapur usai kelar memasak sup untuk suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 7 WISHES
Teen Fiction[ PART LENGKAP + SUDAH DIBUKUKAN! BISA DIBELI DI SHOPEE @choko publisher 2 ] Di sebuah panti asuhan bernama 'Cahaya Harapan' terdapat 7 anak laki-laki yang paling berbeda dari yang lain: 1). Januari Kasandanu, anak penderita tunanetra dari lahir ya...