33. Senyuman Terindah

32.4K 3.7K 1.2K
                                    

[Episode 33---Senyuman Terindah]

"Jika memang tak sanggup untuk menguatkan, setidaknya jangan pernah membandingkan apalagi sampai menambah tingkat kerapuhan. Sebab kamu tidak pernah tahu, sudah sekeras apa seseorang itu bersusah payah melawan derasnya arus hidup."--7 WISHES.

"--7 WISHES

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Selepas selesai mengimami salat Maghrib berjamaah bersama adik-adik panti asuhan, Hasbi buru-buru mendorong roda kursi rodanya menuju ke arah dapur. Mempersiapkan makanan yang sudah ia masak sore tadi untuk disajikan. Perlu diketahui, Zalfa sudah lama ini memang sengaja memecat kedua pembantunya supaya Hasbi bisa bekerja keras mengurus segala pekerjaan, sekaligus agar tidak membuang-buang uang buat membayar gaji pembantu.

Sejak kemarin, Zalfa dan Devan belum kunjung kembali ke panti asuhan. Entah pergi kemana, seperti hilang ditelan bumi. Hasbi sama sekali tidak tahu menahu tentang hal yang menimpa Janu, pemuda itu hanya ingat kalau Janu sering dibawa pergi oleh Devan dan Zalfa untuk belajar di luar atau sekadar refreshing supaya Janu tidak merasa suntuk bila terlalu lama sendirian di panti.

Terkadang sebagai sosok anak tertua di sini, Hasbi kerap dirundung rasa bersalah sebab tidak pernah meluangkan waktu untuk sekadar menanyakan bagaimana kondisi Janu, apakah anak itu setiap hari baik-baik saja?

Sebenarnya Hasbi ingin sekali mengobrol dengan sang adik, mendengar setiap suka dukanya, namun jangankan untuk mengobrol bertemu saja jarang. Terkadang kalau Janu ada pun, anak itu pasti selalu sedang tidur atau beristirahat membuat Hasbi enggan untuk mengganggu.

“Riki bantuin ya, Bang?” Hasbi terkejut mendapati Riki tiba-tiba muncul di sampingnya, kapan bocah itu datang?

“Jangan, nanti Adek capek. Istirahat aja di kamar, okey? Nanti kalau makanannya udah siap semua, abang panggilin,” perintah Hasbi sembari mengambil lalu menyusun beberapa piring ke atas pangkuannya.

“Abang mah gitu mulu, Riki ngambek ah sama Bang Hasbi!” cerocos Riki melipat kedua tangan di depan dada, memutar bola matanya sebal.

“Kata Abang kalo kita rajin bantuin orang lain bakal dapet pahala, berarti Bang Hasbi serakah! Mau ambil semua pahalanya sendirian! Huh, serakah!” celoteh Riki lagi.

Melihat perilaku Riki, Hasbi menghembuskan napas panjang. “Bukan gitu maksud abang, Adek kan lagi sakit---”

“BODO AMAT!” potongnya.

“Riki--” Ucapan Hasbi lagi-lagi terjeda.

“KITA SLEK!”

“Ya udah Riki boleh bantuin,” pasrah Hasbi.

“Beneran Bang?!” tanya Riki memastikan, wajahnya mendadak jadi berbinar-binar.

Kepala Hasbi mengangguk. “Iya, Adek boleh bantu bawain lauk pauknya aja. Abang yang bawa piring sekalian air botol kemasannya,” instruksi Hasbi lembut.

[✓] 7 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang