[ PART LENGKAP + SUDAH DIBUKUKAN! BISA DIBELI DI SHOPEE @choko publisher 2 ]
Di sebuah panti asuhan bernama 'Cahaya Harapan' terdapat 7 anak laki-laki yang paling berbeda dari yang lain:
1). Januari Kasandanu, anak penderita tunanetra dari lahir ya...
"Semewah apapun sebuah mobil tak 'kan mampu berjalan di atas derasnya air layaknya perahu, jangan membunuh dirimu sendiri dengan selalu ingin menang dalam segala hal yang sama sekali belum menjamin kebahagiaan."-7 WISHES.
***
Eyyoeyyo 🤍🤍
Seneng gak dapet notif dari Mwiza? Jangan bosan-bosan, ya!
Buka part ini jam berapa?
Ada yang udah masuk sekolah belum si? Mwiza tanggal 9 baru masuk:)
Tim baca cerita masih on going atau marathon yg udah end?
🎧 Song fav yg akhir² ini lagi sering kamu dengerin?
Ramein komen di tiap paragraf, makin rame komen makin gacor updatenya🌸🌸
⚠️ Jangan di-skip satu adegan pun!! Ntar jadi gak nyambung.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Watashi sangat prihatin melihat hidup seekor lalat, kasian ga bisa bedain mana sampah busuk dan mana bunga yang indah. Tapi ini bukan tentang lalat yagesya."-Riki Abdul Aziz.
***
Puluhan bodyguard Chandra langsung dikerahkan menuju lokasi panti asuhan Cahaya Harapan, sementara Aza tak sadarkan diri usai mendapat kabar bahwa putra sulungnya tertembak dalam sebuah tragedi penembakan massal yang berlangsung di tempat tersebut.
Belasan mobil ambulans, mobil polisi, bahkan mobil pemadam kebakaran semuanya sudah Chandra hubungi, bergegas cepat menuju ke tempat tujuan.
Mobil Chandra melesat bak kilat membelah lautan kendaraan. Jangan tanyakan sekencang apa kaki pria itu menancap gas sebab beberapa kendaraan sampai tampak kesal dan membunyikan klakson berkali-kali lantaran laju mobilnya ugal-ugalan. Bagai angin tak karuan. Chandra tak peduli lagi pada apapun, yang terpenting saat ini adalah seluruh putranya selamat.
"Tuan mohon maaf, Nyonya Aza sedang pingsan, Tuan. Tolong jangan kebut-kebutan, ini sangat berbahaya Tuan," peringat seorang pelayan perempuan di kursi mobil belakang yang tengah mengurusi Aza.
"MANA BISA AKU TETAP SANTAI?! DI SAAT SEMUA PUTRAKU SEDANG SEKARAT BERSAMA ANJING-ANJING HITAM DI NERAKA ITU?!!" marahnya membanting setir, urat-urat halusnya kentara menggambarkan amarah berapi-api terlampau kesal melewati garis batas.