45. Rumah Kita Hancur, Bang

37.3K 3.6K 4K
                                    

[Episode 45---Rumah Kita Hancur, Bang]

“Yang terlanjur dimulai, bagaimanapun caranya harus diselesaikan, yang sudah menghilang sudah semestinya diikhlaskan.”—7 WISHES.

***

Aiii aiii 🤍🤍

Absen dulu pake emot senyum 👉

Buka part ini jam berapa?

Gimana awal tahunnya? Udah bahagia belum?

Di rumah kalian hujan mulu ga sih?
Aku kepengen hiling bareng Ni-ki ga jadi² mulu gegara hujan 😔😔

Kalo nanti ENHA ke JKT, ada rencana buat nonton langsung gak?

Kalaupun tahun ini nggak bisa, semoga next time bisa kesampaian, ya.

Jangan lupa ramein kolom komentar dan taburi 🌟 🌟 sebagai bentuk apresiasi 💛💛

Bacanya nggak usah ngebut, pelan-pelan aja biar feel-nya nyampe 🤍🤍

***

Lusiana menguraikan pelukannya, ia usap-usap lembut puncak kepala Jidan penuh rasa bangga. Tak menyangka, ternyata sosok putra kandung yang telah ia tinggalkan 10 tahun lalu di panti asuhan ini sekarang telah tumbuh dewasa.

Tak hanya terkenal sebagai siswa yang berotak cerdas, Jidan selalu bisa diandalkan dalam segala hal. Dia pintar dan jago dalam hal akademik maupun non-akademik.

Benar kata nenek moyang zaman dulu, orang yang nilai ujian sekolahnya selalu A+ alias baik sekali belum tentu hatinya pun bakal begitu.

Sebab kenyataannya banyak orang cerdas di luar sana, yang justru malah menyalahgunakan kecerdasan yang mereka punya. Sampai-sampai tega menjatuhkan kaum yang lemah atau bodoh.

“Dari dulu sampai sekarang Jidan nggak pernah berubah, ya? Masih nurut dan berbakti sama mama. Mama bener-bener bangga sama kamu, Sayang,” puji Lusiana lagi.

Jidan membenarkan posisi alat dengarnya. Apa tadi katanya? Bisakah sang mama mengulangi sekali lagi? Kata bangga itu, Jidan tidak salah dengar kan? Lusiana yang di masa lalu membuang Jidan tanpa belas kasihan bagaikan sampah, kini mendadak mengaku bangga memiliki putra seperti dirinya.

“Makasih, Mama. Jidan kangen banget sama Mama. Jangan tinggalin Jidan lagi, ya?” lirih Jidan memohon, menatap sendu netra lentik Lusiana.

“Sama-sama Sayang. Iya, mama janji. Karena Jidan udah berhasil ngelakuin semua rencana kita dengan baik, habis ini mama akan langsung adopsi Jidan. Lalu kita pulang ke rumah baru kita ya, Nak.”

Mendengar kata adopsi, raut wajah Jidan kentara langsung semringah. Dia bahagia melampaui batas. Waktu yang yang cukup lama ia tunggu-tunggu akhirnya telah tiba. Hari ini, Lusiana akan kembali menjemput Jidan ke dalam pelukan.

“B-beneran Ma?!” tanya Jidan melotot, dia masih tak percaya.

Pasalnya, yang Jidan tahu Lusiana ini sangat amat membencinya. Karena ayah kandung Jidan dulu telah memperkosa sang mama tanpa mau memberikan pertanggungjawaban. Meninggalkan Lusiana sendirian bersama bayi laki-laki di dalam kandungannya--bayi itu adalah Jidan.

[✓] 7 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang