44. Lenyap Satu Per Satu

35.6K 3.5K 2.7K
                                    

[Episode 44---Lenyap Satu Per Satu]

"Jangan menjadi naif dengan menyalakan kobaran api dendam, lantas amnesia terhadap segala bentuk kebaikan."-7 WISHES.

***

Absen pake emoticon yang sering kamu pake👉

Buka part ini jam berapa?

Tahun depan umur berapa?

Menurut kamu kira-kira siapa sosok pengkhianatnya? Dan alasan terkuatnya apa?

Makin rame komen, makin cepat update. Bantu ramein di setiap paragraf biar Mwiza makin gacor nulisnya xixi🌸🌸

Seperti biasa, bacanya pelan-pelan aja ya diresapi baik-baik biar feel-nya nyampe 🤍🤍

Yang belum follow, silakan follow akun author terlebih dahulu.

***

SPOILER ENDING

"Kotak harapan itu kini telah lebur bersama tujuh coretan mimpi yang tak kunjung terwujud."

***

Chandra berdecak kesal, tidak ada sama sekali secuil pun perasaan bersalah di dalam hati ketika ia melihat kondisi fisik Riki yang masih terbaring lemas di atas kasur dengan mata terpejam rapat.

Bukannya segera melarikan si anak ke rumah sakit terdekat, pria berprofesi dokter itu malah sengaja membiarkan Riki begitu saja tanpa berniat mengobati. Padahal Chandra sendirilah yang menyebabkan kesehatan Riki menjadi buruk begini.

Kalau saja kemarin malam Chandra dan para bodyguard-nya cepat-cepat menghentikan aksi amukan sadis Satria, mungkin sekarang Riki masih bisa ngelawak menghibur semua orang melalui guyonan-guyonan khasnya yang garing nan tidak jelas.

"Buat apa menyesal? Dia memang pantas mendapatkannya. Kalau bisa dia harus dihukum lebih berat daripada itu," cetus Chandra sarkas tepat di hadapan Janu yang kini tengah duduk di tepi kasur Riki.

Sejak kemarin malam, cuma Janu seorang yang selalu setia menemani Riki di dalam kamar minimalis ini. Ah, tidak maksudnya cuma Janu saja yang berani menentang keputusan Chandra di saat sang ayah menghimbau semua anak-anak untuk menjauhi Riki. Sebab jika ada siapapun anak yang berani mencoba berdekatan dengan Riki, maka Chandra tak akan segan untuk menendangnya keluar dari apartemen tanpa belas kasihan.

Beruntung, dikarenakan Janu merupakan darah dagingnya, Chandra jadi sedikit segan. Mana mungkin dia tega mengusir putra sulungnya yang sangat amat ia, Aza, dan Daniel cintai? Chandra masih waras, dia hanya kesal lantaran merasa tak dihormati oleh putra kandungnya sendiri.

"Jika pembunuh sialan itu sudah siuman, kabari saya. Saya akan membawanya ke kantor polisi," pesan Chandra.

Janu hanya diam tak menyahut. Lelah menghadapi sikap keras kepala Chandra, entah sudah yang ke berapa kali Janu menegaskan kalau Riki itu tidak bersalah. Namun, Chandra tetap bersikukuh menuduh Riki sebagai pelaku. Membuat semua anak panti kehilangan kepercayaan pada anak malang itu.

"Abi kenapa sih? Dari semalam sikap Abi banyak berubah! JANU KECEWA SAMA ABI! ABI SEBENARNYA AYAH JANU ATAU BUKAN? ABI TERLALU JAHAT SAMA RIKI!" lontar Janu begitu emosional. Mata kucingnya memanas, berembun, lalu meneteskan air. Menangisi kondisi memprihatinkan Riki.

[✓] 7 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang