29. Keajaiban

30.1K 3.7K 2K
                                    

[Episode 29---Keajaiban]

“Badai tahu kapan waktunya ia harus datang dan berhenti, namun tak semua pohon dapat bertahan dari terjangan badai yang hebat. Hanya pohon-pohon berakar kuatlah yang mampu menghadapinya.”—-7 WISHES

”—-7 WISHES

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sekitar pukul sembilan WIB, mobil Devan mendarat di depan gerbang sebuah apartemen milik seorang wanita cantik bernama Alena. Alena ini merupakan sahabat karib Zalfa sejak masa SMA hingga sekarang. Namun, tujuan mereka datang ke sini bukanlah untuk bertemu atau sekadar bercengkerama dengan Alena melainkan ada niat terselubung yang lebih penting daripada itu.

Zalfa menuntun Janu penuh hati-hati memasuki area apartemen bernuansa pastel tersebut. Tak jarang, Zalfa kerap memarahi Janu apabila sang anak tak sengaja tersandung bebatuan di tanah.

“Kalo ada batu nyingkir, jangan diinjak aja. Nyusahin banget jadi manusia,” omel Zalfa ketus. Entahlah, apakah dia lupa jika Janu tunanetra?

“M-maaf, Bunda," kata Janu melirih, bersungguh-sungguh meminta maaf. Janu merasa tidak enak hati karena sudah merepotkan Zalfa.

Jika boleh jujur, sebenarnya sekarang kaki Janu rasanya sakit dan ngilu sekali. Bukan tanpa sebab, ini semua akibat Zalfa tidak memberikan alas kaki apapun kepadanya. Makanya Janu kerap menghentikan langkahnya saat telapak kaki kecilnya tanpa sengaja menginjak kerikil-kerikil tajam yang berserakan di halaman depan apartemen.

“Jadi, berapa biaya yang harus saya bayar untuk mendapatkan donor organ paru-paru dan hati dari anak ini?” Suara berat dari seorang pria berjas hitam dipadukan kemeja putih spontan mengejutkan Janu.

Donor paru-paru dan hati biasanya lebih sering dilakukan oleh orang yang sudah meninggal dunia. Meski ada sebagian orang yang bisa melakukannya saat masih hidup, akan tetapi sangat jarang sekali. Karena resikonya sangat besar, bukan hal tidak mungkin jika si pendonor bisa saja mengalami gangguan kesehatan cukup serius yang amat menyakitkan dan menyiksa selama seumur hidup.

Buru-buru Janu meraih tangan Zalfa, mengepalnya erat-erat. Kepala anak itu menoleh ke arah perempuan yang duduk di sampingnya lalu menggelengkan kepala berkali-kali seolah-olah menolak akan hal yang ia sudah tahu akan terjadi selanjutnya.

“Tidak banyak kok, bagaimana kalau 10 M?” tawar Devan enteng, pria di hadapannya tampak shock bukan main.

“Apa tidak bisa dikurangi? Harga segitu terlalu mahal untukku,” sanggahnya menghembuskan napas gusar.

Devan berdecih, ia tidak terima menerima penawaran. Menurutnya harga 10 Miliar sudah paling pas dan terjangkau. “Ya sudah kalau tidak mau, saya batalkan saja perjanjian kita.”

[✓] 7 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang