07. Fall

68.3K 7.3K 2.5K
                                    

[Episode 07---Fall]

"Percayalah, suatu hari nanti Tuhan akan memberikanmu kebahagiaan sampai kamu melupakan perihnya goresan luka."

HALLO! MWIZA KOMBEK HUHUU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HALLO! MWIZA KOMBEK HUHUU. KANGEN GAK?!

ABSEN HADIR DULU SINI BESTIIE!

BACA INI JAM BERAPA?

LAGI NGAPAIN? UDAH MAKAN BELUM?

GIMANA PERASAANMU HARI INI? BAHAGIA, KAN?

RAMAIKAN KOMEN+VOTE BIAR MWIZA TAMBAH SEMANGAT BUAT UPDATE XIXI:)

kalau ada typo tolong diingatkan.

***

Jidan menundukan kepala dalam-dalam. Fisiknya benar-benar sakit, begitupun dengan hatinya. Wajah mulus Jidan terlihat sangat kotor plus kacau balau. Coretan lipstik dan tinta hitam dari spidol permanen menyatu jadi satu dengan darah segar dan air mata yang menghiasi setiap inci wajahnya. Tampak menjadi sedikit menyeramkan. Jahat sekali Abi, ia tega menjatuhkan harga diri Jidan di depan seluruh siswa satu sekolah hanya dalam waktu sekejap.

"JIDAN!" Satria berteriak kencang seraya berlari terbirit-birit keluar dari arah taman. Ya, sedari tadi Satria memang sedang berkeliling mencari-cari keberadaan Jidan.

"Huh... huh... huh...." Napas Satria tersengal-sengal. Cowok itu langsung menghampiri Jidan yang terduduk lemah di lantai kantin sembari menundukkan kepala, memeluk lututnya sendiri.

"Maaf ya, tadi aku lupa banget ngasih tahu ke kamu kalau aku sama yang lain lagi ada di UKS. Efek terlalu panik pas tahu Riki pingsan," jelas Satria jujur.

Namun, Jidan tak menyahut sama sekali. Anak itu masih terdiam menunduk tanpa menatap ke arah Satria. Entah karena telinganya yang memang tuli atau Jidan telah kehilangan kesadarannya.

"Jidan?" panggil Satria bingung. Apalagi saat ia melihat Pak Taehyung tengah sibuk memarahi Abi tak jauh dari posisinya saat ini.

Satria buru-buru berjongkok, menyamakan posisinya dengan Jidan sebelum menarik tubuh Jidan ke dalam dekapannya. Mata Satria melirik sekilas ke telinga sebelah kanan Jidan. Satria kemudian menghembuskan napas panjang, pantas saja sedari tadi Jidan tidak meresponnya.

Merasakan sebuah pelukan hangat nan nyaman tiba-tiba menerjangnya, refleks kepala Jidan mendongak menatap wajah tegas Satria.

"S-Satria...."

"Iya ini aku? Ya Allah Jidan!" Reaksi Satria sungguh di luar dugaan. Dia praktis panik kalang kabut kala menatap muka saudaranya yang begitu mengerikan dipenuhi luka serta coretan.

[✓] 7 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang