[Episode 24---Melepas Rindu]
"Menyenangkan ketika mereka mencoba mempermainkanku, tanpa mengetahui bahwa aku adalah pemain yang sesungguhnya."
"Sekarang Iki ngerti kenapa Tuhan menjadikan hati ini sepi, karena kalau rame lanjut part dua."
***
Makanannya cuma sedikit Bang... nanti Abang nggak kenyang....
Tanpa basa-basi Jidan segera melahap nasi goreng yang barusan telah Riki buka bungkusnya. Sebenarnya, Jidan pun tidak tahu apakah Riki sudah makan atau belum, namun karena Riki sendiri yang bilang sudah kenyang, Jidan jadi merasa agak lega. Mungkin saja Riki beneran sudah makan. Tapi tunggu dulu, dia makan apa? Bukankah jatah makanan telah habis?
"Kalau Abang udah selesai makannya, langsung balik ke kamar aja ya, Bang. Jangan malah semedi di gudang, nanti takut ada genderuwo," pesan Riki bisik-bisik tetangga.
Jidan pun mengangguk di sela-sela waktu makannya. Senyuman tulus terukir di bibir tipis Riki, tangan kecil anak itu lantas tergerak hanya untuk membenarkan posisi alat dengar sang kakak. "Makannya pelan-pelan aja Bang, gak akan ada yang minta kok."
"Mwakasih bwanyak Rwik," tutur Jidan, mulutnya komat-kamit sambil mengunyah makanan.
"Ya udah, kalo gitu Riki mau ke toilet bentar. Abang mau ikut?" tawar Riki berekspresi tanpa dosa. Membuat selera makan Jidan nyaris lenyap.
"Enggak Rik, makasih. Emang kamu mau ngapain ke toilet?" tanya Jidan seraya membuka tutup botol air minumnya.
"Mau kencing lah Bang, ya kali ke toilet mau kayang."
"Oh iya ya, hehe."
"Riki cabut Bang, Si Otong udah gak bisa nahan lagi." Riki cepat-cepat beranjak hendak keluar dari bawah kolong meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 7 WISHES
Teen Fiction[ PART LENGKAP + SUDAH DIBUKUKAN! BISA DIBELI DI SHOPEE @choko publisher 2 ] Di sebuah panti asuhan bernama 'Cahaya Harapan' terdapat 7 anak laki-laki yang paling berbeda dari yang lain: 1). Januari Kasandanu, anak penderita tunanetra dari lahir ya...