[Episode 36---Bahagia Kita Yang Buat]
“Melepaskan yang telah pergi tanpa melupakan setiap memori yang terlewati, kemudian dipaksa menyambut yang akan datang bukanlah suatu hal mudah.”—7 WISHES.
“Meskipun Iki penyakitan, gapapa kok setidaknya yang penting penyakitan Iki gapapa Iki setidaknya penting yang Iki. Setuju gak?”——Riki Abdul Aziz.
“Semakin kencang suara riuh tawanya, semakin sulit untuk menyembuhkan sejuta lukanya.”——Hasbi Pradipta.
***
Tubuh Riki meluruh sempurna di hadapan Hasbi. Anak itu berlutut seraya menangis sesenggukan menatap wajah sendu sang kakak yang terduduk tenang di atas kursi roda. “A-bang nggak bo-leh ngelakuin i-tu, hiks. Ri-ki ng-nggak setuju dunia akhirat,” ucapnya terbata-bata sambil terus menggelengkan kepala.
“Kalau Abang ada masalah cerita ke Riki, jangan kayak gini. Nanti kita cari solusinya bareng-bareng, Bang.”
Hasbi menarik napas panjang, mengusap pipi tirus nan basah sang adik sembari tersenyum simpul. “Riki abang sekarang udah gede, ya? Abang bangga ternyata Riki udah bisa berpikir sebijaksana ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 7 WISHES
Teen Fiction[ PART LENGKAP + SUDAH DIBUKUKAN! BISA DIBELI DI SHOPEE @choko publisher 2 ] Di sebuah panti asuhan bernama 'Cahaya Harapan' terdapat 7 anak laki-laki yang paling berbeda dari yang lain: 1). Januari Kasandanu, anak penderita tunanetra dari lahir ya...