26. Sandiwara

32.6K 3.6K 1.1K
                                    

[Episode 26---Sandiwara]

"Seburuk-buruknya manusia adalah yang mengetahui tindakan kejahatan, namun tetap membiarkannya tanpa melakukan tindakan."---7 WISHES.

⚠️Minta tolong diingatkan kalau ada typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Minta tolong diingatkan kalau ada typo.

***

Sekitar satu jam lebih, Janu akhirnya kembali membuka kedua kelopak matanya setelah tak sadarkan diri akibat tak kuasa menahan rasa pusing yang menghantam kuat seisi kepalanya. Kepala Janu rasanya seperti mau pecah. Semua ini adalah efek dari jambakan tangan biadab Devan.

"Eh? Anak bunda yang ganteng udah bangun?" Suara lembut Zalfa yang terdengar seperti dibuat-buat itu menyambut indra pendengaran Janu.

Di jok mobil kedua, Zalfa memang duduk berdua bersama Janu. Sementara Devan tengah sibuk menyetir mobil di kursi kemudi paling depan tepatnya di sebelah kanan.

"Bun ... le-pasin." Belum apa-apa, mulut anak itu tiba-tiba melirih pelan, memohon agar ikatan-ikatan yang menjerat tubuh mungilnya segera dilepaskan.

Zalfa menarik napas panjang, dia mengerucutkan bibirnya sebal. "Huh, jadi sekarang ceritanya kamu sudah berani menyuruh-nyuruh saya? Hei, ingat kamu itu siapa?!" cibir Zalfa, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah kening Janu.

Raut wajah Zalfa tampak memerah, sangat kentara kalau perempuan itu kini sedang marah. Matanya yang tajam terlihat semakin terlihat tajam. "Kalau mau dilepas, lepasin aja sendiri. Nggak usah manja," tekannya.

"Sayang," cicit Devan bermaksud menegur perbuatan sang istri.

"Jangan terlalu keras sama Janu ih, kamu emang nggak kasihan sama dia? Nggak takut mental dia akan rusak? Kalau aku sih, enggak! HAHAHAHA! LANJUTKAN!" seru Devan diakhiri dengan tawa pecah oleh sepasang suami istri itu.

"Kamu apaan sih, Mas. Aku hampir kaget loh, pas denger kamu tiba-tiba bicara kayak gitu. Kirain aku kamu beneran mulai simpati ke dia," seloroh Zalfa tak terima, dia merasa dikibuli oleh sang suami.

Tepat saat mobil mewah mereka tiba di wilayah perkotaan, Devan mulai celingak-celinguk mencari tempat yang tepat untuk memberhentikan mobil. Setelah dapat, pria itu langsung menepikan mobilnya. Kemudian melepaskan sabuk pengaman yang mengunci tubuhnya.

Tanpa basa-basi, tangan Devan bergerak lincah mengambil sebuah kantung kresek berisi gunting, perban, dan betadine. Pria itu lalu turun dari mobil lantas membuka pintu mobil barisan kedua di mana Zalfa dan Janu masih berada di dalam.

"Bantu aku lepasin ikatan di tubuhnya," suruh Devan. Sang istri pun mengangguk patuh, menuruti perintah sang suami.

Di saat Zalfa sedang fokus melepaskan ikatan tambang yang mengelilingi tubuh lemah Janu, sebuah tangan kecil tiba-tiba menyentuh pergelangan tangannya. Disusul lirihan pilu yang terdengar begitu menyakitkan. Tidak! Zalfa bukan manusia yang mudah luluh. Dia tidak boleh merasa kasihan pada anak buta itu.

[✓] 7 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang