[Episode 35---Tuhan Itu Sangat Baik]
"Ada begitu banyak kejutan jika kamu mampu bertahan dan melewati setiap ujian yang diberikan oleh Tuhan."--7 WISHES.
Riki menyeruput perlahan secangkir teh hangat lantas meletakkannya kembali ke atas nakas. Untuk sejenak anak itu berdiri termenung memandangi area hijau sekolah dari balik jendela bening UKS. Hampir setiap hari, nama Riki Abdul Aziz tidak pernah absen masuk UKS. Kondisi kesehatan Riki malah kian memburuk dari waktu ke waktu.
"Sisa dua bulan lagi, ya? Gak kerasa hehe," gumamnya terkekeh getir.
Bu Cindy--si bidan penjaga UKS berjalan mendekati remaja itu, menepuk pundak Riki pelan berusaha menyalurkan semangat. "Lebih baik Riki dirawat di rumah sakit aja ya, Nak? Tadi Riki mimisan darahnya banyak banget. Ibu takut Riki kenapa-napa. Muka Riki juga pucet banget, Nak."
Wajah Bu Cindy kentara begitu cemas, dia memang sudah menganggap Riki persis seperti anak kandungnya sendiri. Karena setiap Riki sakit, Bu Cindy lah yang selalu mengurusnya di sini. Dan Riki, adalah pasien yang paling baik yang pernah Bu Cindy kenal. Anak itu tidak pernah mau merepotkan orang lain, sebaliknya Riki kerap membantu tugas-tugas Bu Cindy membawa kardus obat-obatan tanpa pamrih.
Satu lagi, Bu Cindy baru pertama kali menemukan pasien yang selalu melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an seperti Riki. Bahkan sewaktu sedang diobati pun, mulut Riki masih sempat-sempatnya menghafal. Padahal menurut Bu Cindy, tumor di otak Riki sudah menyebar lumayan parah. Jangankan buat menghafal ayat-ayat Al-Qur'an, mengingat nama seseorang saja Riki kadang suka lupa bak orang sudah lanjut usia.
"Bu," panggil Riki pelan. Wanita paruh baya tersebut refleks menoleh menatap nanar netra sendu Riki seolah bertanya, kenapa?
"Kalau Riki ada salah tolong dimaafin, ya?"
"Maaf kalau Riki sering ngehafal di sini dan bikin suasana UKS jadi berisik. Selama ini Riki juga udah sering bikin Bu Cindy repot karena harus ngurusin penyakit Riki yang nggak sembuh-sembuh," lirih Riki bernada menyesal, seakan penuh rasa bersalah. Mata cokelatnya yang berembun pun telah berair.
Bu Cindy menggeleng cepat. "Nggak, Riki jangan bicara kayak gitu, Nak. Riki gak pernah ngerepotin Ibu sama sekali. Dan Riki akan sembuh. Riki bilang mau jadi penghafal Al-Qur'an, kan? Ibu yakin Riki pasti bisa menjadi penghafal Al-Qur'an terhebat di dunia. Riki pasti bisa bertahan."
Senyuman manis tercipta di bibir pucat Riki. "Aamiin.... Riki bersyukur bisa dipertemukan dengan orang sebaik Ibu, anak Ibu pasti beruntung punya mama malaikat kayak Ibu."
"Riki ...." Air mata Bu Cindy lolos begitu saja. Terlebih saat mengingat anak penyakitan yang kini berada di hadapannya adalah yatim-piatu. "Kanker otak itu bukan penyakit kecil, Nak. Riki harus berobat ke rumah sakit besar supaya bisa sembuh. Ibu nggak bisa sembuhin Riki, paling obat dari Ibu cuma bisa meringankan sedikit rasa sakit yang Riki rasakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 7 WISHES
Novela Juvenil[ PART LENGKAP + SUDAH DIBUKUKAN! BISA DIBELI DI SHOPEE @choko publisher 2 ] Di sebuah panti asuhan bernama 'Cahaya Harapan' terdapat 7 anak laki-laki yang paling berbeda dari yang lain: 1). Januari Kasandanu, anak penderita tunanetra dari lahir ya...