Bagian 31 - Selesai

47 2 0
                                    

Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.

Gema Takbir berkumandang tak henti-henti membuat suasana malam takbiran semakin terasa indah.

"Alhamdulillah masih bisa merasakan suasana takbir tahun ini, dan semoga juga tahun-tahun berikutnya," ucap Hilda

"Iya Alhamdulillah, walau hanya bertiga," sahut Rio. Sementara Zerina hanya tersenyum manis menanggapi ucapan kedua orangtuanya tersebut.

"InsyaAllah tahun depan lebarannya makin rame Yah, nambah anggota baru." Zerina sedikit terkejut dengan ucapan Hilda yang terakhir. Mungkin anggota baru yang ia maksud adalah anak dari Arga dan Kakak iparnya, Rumaysa.

"Oh iya ya, masyaAllah. Anak-anak kita sudah besar ya Bun."

Zerina cengengesan, apa seharusnya ia meninggalkan kedua sejoli ini agar lebih leluasa mengenang masa lalu?

"Ze?" panggil Hilda ketika Zerina bersiap hendak pergi

"Iya Bun."

"Lebaran ketiga nanti ada yang mau datang, kamu enggak mau ke mana-mana kan?"

Dahi Zerina berkerut.

"Enggak kok bun. Siapa yang mau datang? Bang Arga? Atau adik-adik Ayah? Wah rame dong."

"Pokoknya nanti kamu temui aja, jangan sembunyi. Oke?"

Zerina semakin bingung melihat tingkah Hilda. Memangnya siapa yang mau datang? Tamu spesial?

--000--

Zerina tersenyum semringah melihat semua masakan yang tersusun rapi di atas meja makan.

"Wihhh laper."

Plak!

Hilda menepis pelas tangan Zerina yang mau mengaduk-aduk makanan di atas meja.

"Kalau mau makan, ambil piring sana! Ini kan bukan buat kita aja, jangan diaduk-aduk. Kamu aja enggak mau perasaannya diaduk-aduk, apalagi makanan."

Zerina merasa geli dengan ucapan terakhir Hilda. Mengapa Hilda serandom itu?

"Iya Bun iyaa. Yang penting perut ini terpuaskan, ehm."

"Arga enggak ke sini?" tanya Hilda

"Enggak tau tuh. Kayaknya lebaran bareng mertua."

"Sepi yaa."

Zerina memperhatikan raut wajah Hilda yang tiba-tiba berubah murung. Ia mengerti betapa rindunya Hilda akan kebersamaan dengan anak-anaknya.

Sebenarnya ini hanya akal-akalan Arga. Ia pura-pura bilang tidak pulang dan merayakan lebaran di rumah mertua. Ia ingin memberikan kejutan pada Hilda juga Rio. Dan Zerina mengetahui itu.

"Kan ada Zerina Bun."

"Nanti kamu bakalan ngerti bagaimana rasanya kalau anak-anak sudah dewasa dan berumah tangga, sepi sekali. Apalagi ketemu nya jarang, sekali ketemu cuma sebentar."

Entah mengapa Zerina ikut merasakan kesedihan yang Hilda rasakan. Meski begitu ia tetap melancarkan aksinya.

"Rasanya tiap tahun tidak pernah lengkap lagi. Kalau Arga di sini kamu yang di kota orang, begitu sebaliknya," tambah Hilda lagi

"Hmm mewek nihh," sahut Zerina mendramatisir

"Dramanya disambung nanti saja, ayo siap-siap. Kita sholat dulu, Ze cepat mandi!" ucap Rio yang datang tiba-tiba

"Tapi ini makannya belum selesai," rengek Zerina

"Kan bisa dilanjutkan selesai sholat Ied Ze."

Tak ingin terkena semburan amarah Hilda, dengan cepat Zerina menghabiskan makanannya dan bersiap-siap.

Rasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang