Bagian 17

82 9 9
                                    

Pagi ini terlihat cerah. Sama seperti hati Zerina. Entahlah, ia merasa bahagia. Mungkin karena guyonan konyol Husein kemarin.

Kling.
Satu notifikasi Facebook dari ponsel Zerina.

Alfandy Rizky menerima permintaan pertemaan Anda.

"Hah?"

Zerina kaget dan tak percaya jika akun palsu itu akan diterima.

"Kalau aku add pakai akun aku bakalan diterima juga enggak ya?"

Zerina penasaran, dan jari-jarinya tak sabar untuk menyentuh layar ponselnya.

"Terkirim. Enggak apa-apa kali ya aku add dia? Kelihatan genit enggak ya? Ah enggak apa-apa deh, kan sekadar menjalin pertemanan?"

Dengan senyum gembira Zerina memasukkan ponselnya ke dalam tas dan siap untuk berangkat ke sekolah.

"Sarapan dulu Ze!" titah Hilda saat melihat Zerina menuruni tangga

"Tapi Zerina sudah telat bun," rengek Zerina

Hilda menunjukkan ekspresi datarnya.

"Semenjak kamu PPL, kamu selalu saja melewatkan sarapan. Padahal bunda Alma selalu bilang sama bunda kalau kamu selalu datang awal dan enggak pernah telat," jelas Hilda yang membuat Zerina melongo. "Sudah, ayo sarapan dulu!" titah Hilda dan tidak ingin dibantah

"Baik bun," jawab Zerina pasrah

"Dira mana?"

"Sudah pergi duluan bun,"

"Kok cepat banget?" tanya Hilda heran

Zerina mengangkat bahu.

"Dira juga sudah jarang sarapan. Dia sarapan di sekolah ya?"

"Enggak tahu bun. Dari awal masuk, Zeze cuma jumpa sekali sama Dira,"

"Kok begitu? Memangnya tugas kalian banyak ya? Nanti tolong bawakan bekal buat Dira ya!"

"Iya bun,"

Pletak!

"Aduh sakit bun," keluh Zerina

"Kan bunda minta sarapan bareng. Terus kenapa kamu makan duluan? Enggak lihat ayah sama bang Arga belum datang?"

Zerina cemberut.

"Ayah sama bang Arga datangnya kelamaan bun, nanti Zeze telat," elak Zerina

"Makanya kamu panggil sana!"

Zerina berjalan dengan malas-malasan.

"Jalannya yang benar. Ikhlas enggak sih?" sindir Hilda. Seketika Zerina pun berjalan dengan baik dan Hilda tertawa kecil

--000--

Tak terasa sebentar lagi masa PPL akan segera berakhir. Zerina dan teman-temannya sibuk mempersiapkan hari perpisahan bersama guru-guru.

"Bunda pasti bakalan rindu momen-momen bersama kalian," ungkap Alma

"Kalau Zerina mah gampang bun, masih satu kompleks," timpal Rani

"Iya betul," sahut Lela

"Kalian bisa kok bertamu ke rumah bunda, nanti kasi tahu Zerina saja. Iyakan Ze?"

"Ah iya bun, betul tuh. Nanti kita chattingan saja,"

"Sip!" sahut Rani dan Lela bersamaan

"Dira mana Ze?" tanya Alma

Zerina celingak-celinguk.

"Kayaknya ada kelas bun,"

Alma mengangguk. "Dira itu rajin sekali lo, bunda lihat dia selalu datang cepat. Terus nanti dia membereskan ruang guru dan taman depan, padahal sudah ada petugasnya."

Rasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang