Bagian 22

36 3 2
                                    

Langit mulai mendung. Sepertinya akan turun hujan. Zerina bergegas memasuki pelataran rumah sakit.

"Assalamu'alaikum," ucap Zerina saat memasuki ruangan Dira

Dira menoleh pelan. "Wa'alaikumussalam. Sendiri, Ze?"

"Iya nih. Bunda lagi sibuk soalnya, jadi aku disuruh jemput."

Dira mengangguk pelan. Zerina memperhatikan raut wajah Dira yang terlihat tidak seperti biasanya.

"Enggak apa kan, Dir?" tanya Zerina memastikan. Bukannya menjawab, Dira malah melamun.

"Dira, hei!" panggil Zerina lagi

"Ah iya, kenapa Ze?"

"Kamu kok melamun? Ada yang dipikirkan?"

"Enggak kok. Enggak apa."

Meski Zerina yakin ada yang Dira sembunyikan, tapi ia coba mengabaikannya.

"Ze, tolong ambilkan lipstik aku dong."

"Di mana?"

"Itu di atas meja."

"Yang ini?"

Tanpa menjawab, Dira langsung mengambil lipstik yang Zerina pegang. Tapi Zerina seperti tidak asing dengan benda itu.

Merasa diperhatikan, Dira menoleh ke arah Zerina.

"Kenapa Ze? Ada yang salah?"

"Aku kayak pernah lihat lipstik itu deh."

Dira memperhatikan lipstik yang ia pegang. "Ini? Ya iyalah, harga murah. Di pasaran juga banyak."

"Bukan, bukan itu."

Zerina mencoba mengulang kembali ingatan pada masa lalunya. Samar-samar Zerina seperti pernah melihat lipstik merah muda itu, dan Zerina yakin bahwa lipstik yang Dira pegang adalah lipstik yang sama.

"Kenapa sih Ze? Ini lipstik murah lo, mahalan punya kamu juga. Jadi wajar kamu sering lihat."

"Bukan Dir. Kayaknya ini lipstik yang sama kayak di cermin waktu itu."

Tatapan Dira berubah. Entahlah, Zerina tak paham maksud tatapan itu.

"Aku yakin sekali Dir. Ini lihat, ada goresan kecil. Lipstik itu juga ada goresannya, karena terjatuh di lantai."

"Maksud kamu?"

"Iya ini lipstik orang yang meneror itu Dir."

Dira tertawa sinis. "Kamu menuduh aku?"

Zerina baru sadar bahwa ia salah bicara.

"Enggak, maksud aku bukan begitu Dir."

"Kalau kamu enggak menuduh aku, kenapa kamu enggak kepikiran bahwa orang itu justru menggunakan lipstik aku untuk meneror kamu. Bisa jadikan?"

"Hah? Aku tahu kamu enggak pernah pakai lipstik Dir. Aku pernah simpan lipstik itu sebagai barang bukti, tapi kemudian hilang."

Dira jadi salah tingkah.

"Aku makin bingung Ze, jadi kamu bilang aku yang ambil lipstik itu?"

"Dir aku cuma tanya, dan ingin memastikan."

"Oke, dan kenyataannya aku enggak ambil."

Aneh, Dira justru marah. Padahal jika tidak benar ia mengambilnya, mengapa ia harus tersulut emosi. Atau justru Zerina yang terlalu kasar?

--000--

Suara jangkrik bersahutan kala hujan mulai berhenti dan membuat bulu kuduk berdiri karena silir angin.

Rasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang