Bagian 8

100 9 50
                                    

Sebenarnya jarak antara rumah Zerina dengan kampus bisa ditempuh dengan waktu sekitar 3 jam. Tetapi dikarenakan tidak ada kendaraan yang bisa mengantarkan Zerina dari rumah menuju kampus, Hilda pun mengindekoskan Zerina. Lagi pula lelah sekali rasanya bila harus menghabiskan waktu di perjalanan selama 6 jam setiap hari. Awalnya Hilda nenyuruh Zerina tinggal di rumah adiknya, yang kebetulan tinggal tak jauh dari kampus Zerina. Tapi Zerina menolak, dengan alasan bibinya itu cerewet.

"Kalau nanti pas Zeze belajar, terus bibi mengomel kan Zeze jadi enggak fokus bun." begitulah kira-kira kata yang Zerina ucapkan untuk merayu Hilda, dan akhirnya Hilda pun setuju.

"Bun... " Hilda masih melamun, mengingat awal mula ia mengindekoskan Zerina. "Bundaaaa..." teriak Zerina karena Hilda masih bergeming

"Eh iya, kenapa Ze?" tanya Hilda dengan ekspresi panik

"Zeze mau berangkat nih, bunda malah melamun. Melamunkan apa sih bun?"

"Ih kamu kepo deh."

"Yah bunda, sok tahu arti kepo." ucap Zerina dengan ekpresi yang pura-pura meremehkan

"Ya tahu lah." balas Hilda

"Apa coba?"

"Kamu kan tahu, kok tanya sama bunda? Jangan-jangan kamu yang enggak tahu artinya. Terus sengaja tanya bunda, biar kamu tahu artinya."

Zerina menepuk pelan jidatnya. "Ampun deh. Iya bun iya, bunda menang deh."

"Gitu dong, jadi anak yang penurut. Haha." Hilda tertawa puas melihat ekspresi bosan Zerina. "Ya sudah, katanya kamu mau berangkat. Arga mana?"

"Kayaknya sih sudah di mobil bun."

"Oh, barang yang mau kamu bawa mana Ze?"

"Sudah diangkat bang Arga ke mobil bun, sekalian sama punyanya Dira tadi."

Hilda mengangguk. "Dira mana?"

"Masih di... Nah itu dia." Dira turun dari tangga sambil membetulkan jilbabnya. "Sudah siap Dir?"

"Sudah Ze."

"Ya sudah, ayo kita berangkat."

Hilda melambaikan tangannya saat Zerina dan Dira sudah masuk ke mobil. Zerina dan Dira pergi hanya diantar oleh Arga, karena ini bukan lagi yang pertama Zerina pergi jauh dari rumah jadi Rio dan Hilda tak perlu ikut mengantar.

"Abang langsung pulang ya Ze." pamit Arga

"Iya deh, enggak ada yang suruh abang masuk juga sih." celetuk Zerina

"Dasar kamu ya Ze."

"Haha. Ya sudah la, pulang sana. Atau kalau masih mau lirik sana-sini ya silakan." Zerina menyindir Arga yang diam-diam memperhatikan Dira

"Iya Ze, iya. Untung adek, kalau enggak..."

"Kalau enggak?"

Arga geleng-geleng melihat Zerina yang tak habis-habisnya mengerjainya.

"Abang pulang. Assalamualaikum. "

"Wa'alaikumussalam." jawab Zerina dan Dira bersamaan

Zerina dan Dira masuk ke dalam indekos, dan merapikan barang-barang yang dibawa.

"Kamu kenapa Ze? Kok senyum-senyum?" tanya Dira yang terkejut melihat Zerina yang merapikan baju sambil senyum-senyum

"Enggak apa-apa Dir, cuman membayangkan sesuatu saja."

"Membayangkan apa? Bukan hal yang aneh kan?"

"Membayangkan bagaimana ya kalau kamu jadi kakak ipar aku. Haha."

Rasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang