Bagian 20

69 3 0
                                    

"Zerina!"

Zerina menoleh, ada Rani yang sedang berlari mengejarnya.

"Kenapa Ran?"

"Enggak apa hehe."

Zerina mengerutkan dahinya.

"Aneh."

"Hehe. Eh Bang Arga apa kabar?"

Pletakk!
Zerina menepuk pelan dahinya.
"Kabar baik."

"Alhamdulillah, sampaikan sama Bang Arga ya kalau gue juga baik-baik saja."

"Kan dia enggak tanya kabar lo."

Rani menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari berkata, "Buat jaga-jaga mana tau ayang Arga khawatir."

Zerina menatap geli Rani, ia tak menyangka bahwa Rani bisa sealay itu.

"Terserah deh Ran, gue mau bimbingan dulu. Nanti gue ditinggal sama dosen pembimbing gue lagi, gara-gara meladeni lo."

"Tunggu Ze, kan kita satu dosen pembimbing,"

Zerina tersenyum kecut. Mungkinkah akan ada drama pagi lagi?

--000--

Zerina mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Sejak tadi, ia memilih untuk menonaktifkan ponselnya karena takut terganggu saat bimbingan. Banyak notifikasi yang bermunculan apalagi saat ia mengaktifkan data seluler.

"Notif dari siapa sih? Makin lelet deh ponsel gue," cerocos Zerina

Ponsel Zerina berdering menandakan ada satu panggilan masuk.

"Bang Arga?"

Tanpa berpikir panjang, Zerina langsung mengangkat panggilan dari Arga.

"Wa'alaikumussalam, kenapa Bang?"

"Cepat pulang dek!"

Zerina terkejut. Arga kenapa?

"Abang baik-baik saja kan? Di rumah enggak ada apa-apa kan?"

"Enggak usah banyak tanya, makanya cepat pulang! Sekarang!"

"Lah. Iya bentar dong Bang, ini baru siap bimbingan."

"Oke Abang tunggu."

"Iya--"

Tut. Tut. Tut.
Belum selesai Zerina menjawab, Arga langsung mematikan sambungan telepon. Bahkan tanpa mengakhirinya dengan salam.

"Bang Arga kenapa sih? Heboh banget."

"Bang Arga kenapa Ze? Gue dengar lo dari tadi nyebut nama ayang Arga."

"Dih, gue juga enggak tahu. Ya sudah, gue pulang duluan ya Ran. Bye, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Eh kok gue ditinggal sih Ze?"

Dengan cepat, Zerina berjalan menuju gerbang kampus dan langsung menaiki angkot yang berada di depannya.

"Masih lama jalannya Bang?" tanya Zerina memastikan

"Bentar neng," sahut tukang angkot sambil memanggil orang-orang yang lewat di sekitarnya

Zerina mulai gelisah dan sesekali mengecek ponselnya. Barangkali Arga meneleponnya kembali.

"Yok neng, langsung jalan yok!"

Zerina memelototi dari belakang tukang angkot yang masih belum puas dengan muatan angkotnya. Padahal sudah sempit, tapi masih saja berharap ada yang naik.

Rasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang