Bagian 10

105 9 54
                                    

Zerina memarkirkan motornya di parkiran khusus restoran. Saat Zerina turun dari motornya, Zerina terkejut melihat Fandy sudah di belakangnya.

"Di tunggu Arga di dalam."

Singkat, padat dan jelas. Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Fandy lantas berbalik dan masuk ke dalam restoran.

"Apa dia tadi menyambutku ya?" tanya Zerina keheranan

Zerina berjalan masuk ke dalam restoran.

"Mana bang Arga ya? Eh itu Dira. Dir... Diraa..."

Dira pun menoleh.

"Sibuk Dir?" tanya Zerina

"Iya Ze, lagi banyak pesanan."

Zerina manggut-manggut.

"Aku ke sana dulu ya Ze." pamit Dira

"Oke."

Sesaat setelah Dira pamit, Fandy pun menghampiri Zerina.

"Kenapa?" tanya Zerina langsung

"Biarpun kamu adeknya Arga, tapi saya mau kamu mengerti aturan di sini."

"Hah?" Zerina melongo."Aturan apa?"

"Dilarang mengajak berbicara pelayan yang sedang bekerja. Kecuali ada masalah yang penting atau darurat."

Lagi, Zerina pun melongo.

"Tadi kan aku cuma menyapa Dira doang, enggak bicara apa-apa. Cuma sebentar."

"Apapun alasannya, yang pasti saya lihat kamu mengajak berbicara pelayan yang sedang bekerja." jelas Fandy dengan ekspresi datarnya

"Makanya hidup itu jangan lurus-lurus saja, jangan datar juga. Ya begini jadinya."

"Maksudnya?"

Zerina mengepalkan tangannya, seakan siap meninju laki-laki di depannya ini. Tapi Zerina memaksakan memberikan seulas senyum.

"Iya deh iya. Saya menurut."

Zerina langsung meninggalkan Fandy. Tak ingin menimbulkan masalah lagi.

"Bang Arga..." panggil Zerina saat melihat Arga yang sedang berbicara dengan seorang pelayan

"Ya sudah kalau begitu, nanti kasi tahu saya bagaimana perubahannya." ucap Arga mengakhiri pembicaraannya dengan pelayan tersebut

"Baik pak." jawab pelayan tersebut dan meninggalkan Arga dan Zerina

"Serius banget sih bang."

"Iya harus serius dong, kalau tidak serius bagaimana restoran ini bisa berjalan?"

Zerina manggut-manggut. "Sama restoran bang Arga serius, kalau sama Dira?" goda Zerina

Arga geleng-geleng. "Mau makan enggak?" tanya Arga mengalihkan pembicaraan

"Mau. Eh abang kok ganti topik sih?"

"Sudahlah. Kalau mau makan ayo." Arga meninggalkan Zerina

"Abang tunggu..."

--000--

"Ruangannya bagus bang. Wah, Zeze enggak sangka kalau abang bakalan punya restoran seapik ini."

Arga cuma tersenyum.

"Kok cuma senyum? Sok kalem banget sih."

"Biarin."

"Mau makan?"

Zerina terpukau melihat sikap Arga yang berubah jadi lembut.

"Abang enggak sakit kan? Atau abang lagi merasa bersalah dengan Zeze?" tanya Zerina dengan ekspresi kebingungan

Rasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang