Bagian 14

81 6 14
                                    

Zerina masih tak habis pikir dengan orang yang menerornya. Kenapa orang itu ingin menerornya? Dan kenapa Dira juga terlibat?

"Hah ... aku bisa gila kalau terus memikirkan ini."

"Kenapa Ze?" tanya Dira yang ternyata dari tadi memerhatikan tingkah Zerina

"Kamu tahu Dir?"

Dira menggeleng.

"Ada yang meneror aku."

Ekspresi Dira berubah seketika. Bukan kaget, namun seperti gelisah.

"Kamu kenapa Dir? Kan aku yang diteror, kok kayaknya kamu gelisah begitu."

"Iya memang, tapi kan aku juga cemas Ze. Iya kali kamu diteror aku bahagia. Itu baru aneh."

"Hehe iya sih. Menurut kamu aku salah apa ya?"

"Coba kamu ingat-ingat deh, mungkin saja kamu pernah melukai perasaan orang. Atau mungkin kamu merebut kebahagiaan orang?"

Skak.

"Masya Allah. Ih ngeri banget deh Dir, kamu ini."

"Lah kan aku memberikan pencerahan buat kamu," ucap Dira sambil menyentil dahi Zerina

Zerina tampak berpikir. "Apa iya aku merusak kebahagiaan orang?" tanya Zerina lebih kepada dirinya sendiri

"Aku berangkat dulu ya Ze."

"Lah sudah mau ke restoran Dir?"

"Iyalah Ze. Memangnya kamu mau dimarahi sama Fandy gara-gara aku telat masuk kerja?"

"Lah kok aku?"

"Iya kan kamu yang mengajak aku cerita."

"Ih jahat banget sih Dir."

"Haha. Ya sudah, aku pergi ya."

"Oke. Hati-hati."

--000--

"Jadi ada yang meneror kamu Ze?" tanya Rio sambil mengelus kepala Zerina yang tertutup jilbab

"Iya yah. Zeze jadi takut."

"Kok takut? Takut itu sama Allah Ze."

"Hehe. Zeze serius yah, kalau dia berbuat sesuatu yang buruk kan takut yah."

"Makanya jangan berpikiran yang jauh dulu! Kamu sih kebiasaan."

"Ayah ..." Zerina memasang tampang kesal dan cemberutnya

"Anak ayah merajuk ya? Jadi musuhan nih?"

"Ayo kita makan malam dulu!" ucap Hilda menyela pembicaraan Rio dan Zerina

"Zeze enggak mau makan katanya, lagi merajuk." goda Rio sambil melirik Zerina, namun Zerina masih diam tak berkutik

"Ya sudah bun, ayo kita makan berdua saja. Jarang kan kita makan berdua, sesekali menikmati masa muda." Rio bangkit dari duduknya dan sesekali melirik Zerina, saat Rio mulai mendekati meja makan Zerina pun langsung bangkit

"Ayah bohong bun, Zeze mau makan kok. Bunda masak apa?" tanya Zerina pura-pura sibuk dengan makanan sementara Rio dan Hilda senyum-senyum melihat tingkahnya

Mereka pun melahap makanan yang tersedia. Selesai makan, Zerina membantu Hilda membereskan meja makan.

"Bun, Zeze ke kamar ya!"

"Enggak pamit sama ayah?" tanya Hilda

"Enggak." jawab Zerina cuek

"Masih marah Ze?" tanya Rio

Rasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang