Bagian 23

33 4 0
                                    

Brukkk!
Zerina mencoba mendekat, memastikan bahwa suara gebrakan itu memang berasal dari dalam ruangan Arga.

"Berengsek! Beraninya kamu!"

"Bang Arga!"

Zerina tidak bisa mendengar dengan jelas, pikirannya berkecamuk. Selama ini ia tidak pernah melihat Arga dan Fandy bersitegang seperti ini. Dan ditambah juga ia mendengar suara perempuan yang ia duga adalah Dira?

"Ga, kamu salah paham," bela Fandy

"Jelas-jelas aku lihat kamu dan Dira berpelukan, di ruangan ini pula. Apa lagi maksudnya?"

Deg!
Zerina mendengar dengan jelas. Mungkinkah semua ini benar?

"Dira hampir pingsan dan saya hanya ingin menolongnya!" teriak Fandy

"Betul itu Dira?"

Diluar dugaan. Dira diam di tempat, tak bersuara sedikit pun.

"Dir?" tanya Arga sekali lagi.

"Tadi kepala aku memang pusing, tapi aku enggak tahu kenapa Bang Fandy meluk aku."

Arga menggeleng tak percaya. Ternyata selama ini Fandy memakai topeng untuk menutupi kelakuan buruknya.

"Ga, enggak seperti itu Ga," bela Fandy. Masih berusaha meyakinkan Arga.

"Ck. Rumit lo Fan. Soal khitbah? Apa kamu cuma mempermainkan Zerina?"

"Ini sama sekali enggak ada hubungannya dengan masalah Zerina."

"Kamu salah udah dekatin Zerina! Kamu--"

Hiks hiks hiks.
Arga menghentikan ucapannya saat tahu ada Zerina di depan sana.

"Zeze?"

"Hai, Zeze cuma memastikan abang baik-baik aja karena tadi pergi buru-buru. Zeze balik ya," ucap Zerina pelan

Arga menyusul Zerina yang sedang menatapnya dengan tatapan pilu.

"Zeze balik ya Bang, assalamu'alaikum."

"Ze--"

Membiarkan Zerina sendiri untuk sementara waktu, mungkin pilihan yang tepat.

"Wa'alaikumussalam."

--000--

"Putus cinta bukanlah sesuatu yang patut untuk ditangisi. Bersedih boleh, tapi jangan meratapi. Mungkin dia bukan jodohmu, dan ini adalah jalan terbaik untuk kalian--"

"Ck." Zerina memerhatikan Hilda yang sedang asyik memasak sambil mendengarkan podcast dari ponselnya. Kenapa bisa sesuai dengan yang Zerina rasakan saat ini?

"Podcast-nya siapa Bun?"

"Enggak tahu, asal putar aja tadi."

"Hm, Bun?"

"Iya sayang?"

Zerina meremas pelan ujung jilbabnya, seolah kekuatannya berasal dari sana.

"Zerina sudah punya jawabannya, Bun," ucap Zerina akhirnya

Sontak, Hilda langsung menghentikan aktivitasnya dan menghampiri Zerina.

"Ya Allah nak, Bunda bakal punya menantu?" tanya Hilda dengan tatapan bahagianya.

Hilda menyentuh pelan bahu Zerina, memastikan jawaban sebenarnya. "Betul sayang?"

Rasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang