Bagian 25

38 4 0
                                    

Tiga tahun hidup diperantauan bukanlah hal yang baru untuk Zerina. Sejak Zerina memutuskan pergi ke kota orang,keluarganya tak pernah datang berkunjung. Hanya Arga yang berkunjung selang beberapa hari ia pergi. Karena Hilda dan Rio percaya pada anaknya itu.
Selain itu juga, Zerina pikir dengan menjauh sementara akan menyembuhkan lukanya. Entahlah, masih ada rasa sakit ketika Zerina mengingat kejadian yang lalu.

Zerina menatap kedua kakinya yang lelah setelah hampir seharian berkeliling mall.

"Nih!" Rani datang membawa satu cup ice cream.

"Makasi."

Rani mengangguk.

"Masih capek?"

"Udah mendingan."

"Lanjut besok aja deh," tutur Rani

"Iss jangan dong, kan belum ketemu."

Rani berdecak. Sudah hampir seharian mereka mengelili mall, tapi barang yang dicari tak kunjung ditemukan. Bagaimana bisa ditemukan, Zerina pun tak tahu apa yang ia cari.

"Lah lo sendiri enggak jelas mau beli apa," gerutu Rani

"Hehe, ya gimana Ran aku bingung. Karena ini kan buat hari spesialnya Bang Arga, masa aku enggak kasi kado berharga."

"Harusnya lo pikirin dulu, baru kita cari."

"Aku semangat banget nih hehe."

Rani menggeleng tak percaya. Padahal acaranya kurang dari sebulan lagi, tapi Zerina memaksakan untuk mencari kado hari ini.

"Kado terindah Bang Arga itu ya gue Ze," ucap Rani dengan nada penuh percaya diri.

"Dih apaan sih. Move on sana!" ejek Zerina

"Gue sedih Ze, masa Bang Arga enggak mau tungguin gue."

Zerina menatap Rani. Apa benar, Rani menyukai Arga?

"Biasa aja dong lihatnya."

"Kamu serius suka sama Bang Arga?"

"Ya suka lah, orang manis gitu."

Zerina terkekeh. Ia memang tidak bisa memungkiri itu. Sejak dulu, teman-temannya selalu terpesona pada Arga.

"Ya udah, pulang yuk!" ajak Zerina

"Serius?"

"Hooh, aku capek. Nanti aku searching aja," tutur Zerina

Rani mengangguk. Inilah yang ia tunggu sejak tadi.

--000--

Zerina memoles wajahnya dengan make up tipis, meski begitu ia tetap terlihat menawan. Begitu selesai, ia mematut dirinya di depan cermin. Seperti ada yang kurang.

"Ah ini dia." Zerina memberikan sentuhan terakhir pada bibirnya dengan lip matte berwarna nude.

"Cantik," pujinya. Setelah memastikan semuanya pas, Zerina meraih tasnya dan keluar kamar menemui Rani.

"Lama ya Neng," canda Rani

Zerina tersenyum kecil menanggapi candaan Rani.

"Yaudah yuk!"

"Bentar." Zerina mencari flat shoes -nya yang tersimpan di rak sepatu.

"Kok sempit ya?" gumamnya

Rani mengernyit. "Lo gendutan, Ze."

Zerina menatap tajam ke arah Rani.
"Enak aja, timbangan aku masih sama kok."

Rasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang