"Hahaha. Aduhhh ampun!!"
Zerina tersentak ketika sebuah suara berhasil mengusik indra pendengarannya. Tenggorokannya terasa kering dan kepala pusing. Selalu saja seperti ini ketika Zerina tertidur setelah sholat subuh. Padahal ia sudah tahu risikonya, tapi masih saja melakukannya. Inilah kenikmatan dunia yang terasa sulit Zerina lepaskan.
"Kenapa sih?"
Zerina melihat Rani bersembunyi dibalik rak sepatu yang sudah pasti bisa dilihat siapapun. Sementara disebelah kiri, ada Shireen dengan kemoceng ditangannya.
"Ini Ze, Rani bercandanya enggak asyik."
"Kenapa Kak?"
"Masa semua baju yang udah dicuci, dia letak ke tempat kotor. Kan jadi kerja dua kali," protes Shireen
Zerina memijit pelipisnya, mengapa Rani se ceroboh itu?
"Abis Ze, kalo bersih kenapa enggak dilipat di lemari. Malah ditumpukin, gengges tau," dalih Rani
"Marahin aja Kak, emang ya Ran."
"Dih kok enggak belain Ze?"
"Kalo kamu merasa benar, kenapa butuh pembelaan?"
Rani memang kelewatan, mungkin seharusnya ia bertanya terlebih dahulu. Jangan langsung bertindak. Kalau begini sudah pasti Shireen kerepotan.
Ini salah satu tingkah konyol bin usil Rani. Kalau sudah dekat dengan seseorang, ia mulai bertingkah konyol. Tapi sepertinya tidak kali ini. Awal jumpa, Rani tidak mau berbicara sama sekali dengan Shireen. Berbicara hanya seperlunya, tapi sekarang?
"Ya enggak gitu Ze," elak Rani
"Au ah, mau mandi."
Zerina masuk kembali ke kamar dan mencari peralatan mandinya. Sesaat sebelum memasuki kamar mandi, Zerina bisa melihat masih terjadi ketegangan serta adu mulut antara Shireen dan Rani.
Tanpa basa-basi, Zerina langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi meski Rani mencoba meminta pertolongan padanya. Butuh waktu sekitar empat puluh lima menit bagi Zerina untuk mandi. Begitu keluar, ia pun disuguhkan dengan pemandangan aneh. Tak ada lagi percekcokan, justru yang Zerina lihat keduanya tampak akur seolah tak ada masalah yang terjadi.
"Masak bareng nih," ucap Zerina
"Iya, yuk gabung!" ajak Shireen
"Bentar, masih belum pake baju," bisik Zerina dan sontak membuat Shireen tertawa kecil.
"Buruan!"
"Aman," jawab Zerina sambil berlari menuju kamarnya
Zerina mencari baju yang kira-kira aman digunakan. Setelah dirasa pas, ia mematut dirinya di depan cermin.
Tak sengaja, pandangan Zerina beralih ke dinding di mana tersampir kalender di sana. Minggu depan waktunya Zerina cuti, karena Arga akan segera melangsungkan pernikahan.
Sebenarnya acara dilaksanakan hari Jumat, tetapi hari Rabu Zerina sudah cuti dikarenakan ia ingin turut andil diacara penting Arga. Walau sebenarnya itu sudah telat, akan tetapi ia baru diberi izin cuti dihari itu.
Zerina mengingat-ngingat kembali bagaimana ia bergabung di indekos ini. Yang dulunya kaku, kini menjadi berbaur. Ah, ia akan merindukan momen itu. Zerina hanya pergi beberapa hari, tapi terasa seolah bertahun-tahun.
"Ze," panggil Susi dan kemudian lamunan Zerina terhenti.
"Iya Kak?"
"Pinjam hanger dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Hati
Spiritual📌 Wajib follow sebelum baca:') biar tau kapan UPDATE! Bagi Alfandy, Zerina adalah perempuan yang harus dijauhinya. Zerina tidak boleh berada didekatnya, meskipun ia adalah adik dari temannya. Hal itu tentu mengusik Zerina. Zerina pun sangat memben...