Vegas mengelus pelan kepala Pete yang kini tengah bersandar pada dadanya. Kini mereka tengah bersiap untuk tidur, benar-benar tidur. P
osisi yang biasanya saling bersebelahan kini saling berdekapan. Hal itu karena Pete yang langsung memeluk Vegas tanpa ingin melepaskan setelah pergelutan cinta mereka yang cukup melelahkan.
Pete menyandarkan kepalanya dengan nyaman di dada polos Vegas dan perlahan masuk kedalam mimpi karena elusan lembut dari tangan Vegas di kepalanya.
Vegas bahagia, raut wajah bahagianya tidak menghilang sejak tadi.
Flashback
"Kamu milikku, Pete Jakapan Puttha kau adalah milik Vegas Wichapas Sumettikul. Tidak boleh ada yang menyakitimu bahkan dirimu sendiri. Aku akan membunuh mereka dengan tanganku sendiri jika mereka berani menyentuhmu Pete. Dan jika mereka berani menyakitimu akan kupastikan mereka mendapat kematian yang bahkan enggan untuk dibawa oleh dewa kematian." Ucap Vegas penuh penekanan dan mata yang penuh akan emosi menandakan bahwa ucapannya bukan sekedar bualan semata.
Vegas tidak bermaksud untuk mengatakan hal cukup kasar itu kapada Pete, tapi ia adalah Vegas, seseorang yang biasanya mengeluarkan kata-kata kasar dengan mudahnya dan jika bisa dikatakan semua yang baru saja keluar dari mulutnya sebenarnya tidak terlalu kasar, tapi mungkin saja bisa menyakiti pria didepannya itu.
Untuk Pertama kali dalam hidupnya setelah banyaknya hal pertama kali yang ia rasakan karena kehadiran Pete..
Vegas merasa panik.
Panik akan ucapannya..
Panik akan respon orang didepannya..
dan panik akan hal buruk yang mungkin saja terjadi..
Ia tau bahwa kata-kata yang baru saja ia ucapkan tidak seharusnya ia ucapkan kepada Pete, melihat Pete yang sepertinya kecewa akan perbuatannya tidak seharusnya ia kembali menyulut api dan menambah kekecewaan Pete terhadap dirinya.
Vegas tidak tau harus mengatakan apa lagi, ia takut bercampur khawatir bahwa Pete akan menatapnya penuh kebencian dan pada akhirnya meninggalkannya.
Paniknya mengantarkannya pada sebuah ketakutan yang berhasil Pete bawa padanya. Ketakutan yang semakin menjadi karena laki-laki didepannya itu melangkah menjauhinya.
Ia benar-benar mengira bahwa Pete sangat muak dengannya saat pria itu memutuskan untuk berlalu dari hadapannya.
Tapi...
semua itu terbantahkan saat Pete tiba-tiba langsung berlari memeluknya dengan hangat.
Tidak ada amarah yang dirasakan Vegas dalam pelukan itu.
"Terimakasih Vegas."
Ucapan yang berhasil dengan gamblangnya mengusir rasa ketakutan dan juga kekhawatiran seorang Vegas.
Vegas yang membeku, terdiam dan hanya bisa mendengarkan, berusaha mencerna apa yang kini sedang terjadi, namun sebelum itu tubuhnya seolah menjadi lebih cepat darinya.
Pelukan Pete itu ia balas dengan erat.
Vegas lega..
amat sangat lega..
Pete menenggelamkan wajahnya ke dada Vegas.
"Apa kamu terluka Vegas?" Tanya Pete yang langsung melihat Vegas dengan tatapan lembut yang selalu Vegas dapatkan darinya.
Vegas hanya membalas dengan senyuman lembutnya dan menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak tau mengapa Pete tidak lagi marah padanya, tidak tau alasan Pete memeluknya dan mengucapkan terimakasih, dan juga tidak tau bagaimana Pete bisa bertanya apakah dia terluka atau tidak yang sangat jelas bahwa orang yang seharusnya terluka adalah dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect You [END]
RomanceIa dibesarkan oleh luka.. Ia tidak pernah merasakan rumah yang hangat.. Jangankan rumah, sekedar semangkuk nasi hangat pun ia tidak pernah merasakannya... Ia dikenal sebagai si MAFIA KELAS ATAS BERDARAH DINGIN yang tidak mengenal ampunan.. Lalu pria...