Divergent

5.7K 712 23
                                    

Nyonya Jakapan kini tengah memandang pemandangan didepannya dengan pandangan kosong. Ini sudah hari kesekian ia berlaku seperti ini. 

Rasa sakit yang menghampirinya saat mengetahui isi hati putranya membuatnya cukup terluka. Tuan Jakapan pun sama sepertinya, penyesalan akan bungkam dari perasaan sang anak membuatnya sadar bahwa anaknya terluka sangat banyak akan hal itu.

Meskipun begitu, Tuan Jakapan tidak bisa lengah akan perasaannya. Ia tetap harus pada kesadaraannya membantu istri yang amat sangat ia cintai untuk bangkit dari rasa sakitnya. 

Vegas mengatakan padanya untuk tidak menemui Pete sampai putranya itu benar-benar tenang dan bisa membicarakan semuanya dengan baik sekali lagi. Hal itu bukan keinginan Vegas, Pete lah yang meminta suaminya itu untuk mengatakan kepada Tuan dan Nyonya Jakapan bahwa ia enggan untuk bertemu dengan mereka.

Tuan Jakapan setuju akan hal itu, mungkin kelak suatu saat nanti mereka dapat duduk bersama dan membicarakan semua yang tersembunyi secara baik-baik. Semoga saja.

🖤🖤🖤

"Apa Nyonya masih tidak ingin makan Arm?" Tanya Tuan Jakapan kepada Arm yang berdiri di belakangnya.

"Masih belum tuan, nyonya kini tengah beristirahat di kamarnya dan menolak untuk makan malam bersama tuan." Balas Arm dengan sigap.

"Terimakasih Arm." Balas Tuan Jakapan setelah mendengarkan jawaban Arm akan pertanyaannya.

"Baik tuan, kalau begitu saya permisi." Ucap Arm undur diri meninggalkan Tuan Jakapan sendirian.

Selepas kepergian Arm, Tuan Jakapan hanya bisa menghela nafasnya. Ia tidak tau harus berbuat apa lagi, semenjak hari itu, istrinya selalu menolak untuk makan malam.

Tuan Jakapan memandangi ruangan kosong itu dengan raut kesedihan. Ia kini berada di kamar Pete, satu hal yang hanya di ketahui oleh Arm seorang. 

Semenjak kepindahan sang anak dari mansion Jakapan ke mansion Wichapas, Tuan Jakapan sering menghampiri kamar sang putra. Entah karena kebiasaan atau karena ia merasa kehilangan. 

Tuan Jakapan percaya kepada Vegas dan itulah yang membuatnya dengan mudah untuk melepaskan sang anak kedalam pelukan seorang Vegas. Tapi saat awal-awal Tuan Jakapan masih belum bisa melepaskan Pete sepenuhnya. Ia menyuruh Arm untuk mengikuti anaknya itu saat ia keluar dari mansion Wichapas.

Arm selalu rutin melaporkan kegiatan Pete kepadanya ditambah dengan foto-foto sang anak. Entah itu karena insting seorang ayah atau karena mereka sama-sama seorang pria yang membuatnya memahami setiap ekspresi kebahagiaan yang terpancarikan dengan indah di setiap lembar foto Pete.

Tuan Jakapan paham betul akan hal itu saat ia melihat foto-foto Pete dengan penuh senyuman. Putranya itu terlihat penuh akan aura kebahagiaan yang tidak pernah ia temukan sebelumnya. 

Foto terakhir yang ia lihat adalah foto dimana Pete dengan tawanya mengobrol bersama teman-teman kuliahnya, disana Pete tampak mengenakan pakaian kasual berlengan pendek. Foto itu menjadi foto terakhir karena setelahnya Tuan Jakapan menyuruh Arm berhenti mengikuti sang anak.

Tuan dan Nyonya Jakapan sebenarnya sangat mencintai Pete. Mereka melakukan semuanya untuk Pete, tapi tidak tau bahwa sang anak ternyata tidak menginginkan apa yang mereka lakukan. Tuan dan Nyonya Jakapan memiliki caranya masing-masing untuk mengekspresikan cinta mereka kepada Pete, meskipun Tuan Jakapan tidak sekentara itu memperlihatkan kasih sayangnya. Hanya orang-orang terdekatnyalah yang paham bagaimana ia mencintai anaknya.

🖤🖤🖤

"Panggilkan Arm!" Perintah Nyonya Jakapan kepada ARTnya yang baru saja masuk dan mengantarkan segelas teh hangat untuknya.

The Perfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang