Pete menatap Vegas dalam diam, tatapan yang ia berikan kepada kekasihnya itu begitu dalam. Sambil sesekali menyesap winenya dan memeluk kakinya yang ia tekuk, ia pandangi sang kekasih yang duduk didepannya sambil melipat kakinya dan juga memandanginya dalam diam.
Mereka kini tengah bersantai di kediaman Wichapas, memiliki obrolan random dan menikmati wine yang tidak terlalu kuat ditambah dengan beberapa rasa manis cake dan aroma lilin yang membuat suasana disekitar terasa romantic.
Layaknya pasangan pada biasanya, menghabiskan waktu berdua dan menikmatinya.
Vegas sesekali memperbaiki poni Pete yang tampaknya sudah mulai memanjang dan menutupi wajah tampan kesukaan Vegas.
"Bulannya cantik hari ini." Ucap Pete sambil melihat terangnya bulan yang dapat terlihat dari tempatnya duduk.
"Hm cantik." Balas Vegas yang menatap Pete dengan senyuman.
"Bulannya?" Tanya Pete lalu melihat sang kekasih yang tampaknya enggan melepaskan pandangannya dari Pete.
"Seseorang yang memandangi bulannya." Balas Vegas yang dibalas dengan senyuman malu-malu Pete.
"Kamu tau kan bahwa aku sangat mencintaimu?" Tanya Vegas tiba-tiba sambil mengelus lembut pipi Pete.
Pete yang mendengar pertanyaan kekasihnya itu seketika merona, ia memilih tidak menjawab dengan balasan kata dan memilih untuk menganggukkan kepalanya pelan lalu tersenyum.
"Vegas.." Panggil Pete dengan lembut.
"Hmm.."
"I love u." Ucap Pete yang langsung membuat Vegas tersipu.
Dua orang yang tengah di mabuk cinta itu tampak tengah hanyut akan suasana romantis yang mereka ciptakan.
Tidak ada gangguan apapun, hanya mereka. Menikmati malam ini dengan senyuman jatuh cinta.
"Apakah itu sakit?" Tanya Pete sambil mengelus pelan pipi Vegas yang merona.
"Hm?"
"Apakah tamparna itu menyakitkan?" Ulang Pete dengan tatapan dalamnya.
Vegas menggenggam tangan kekasihnya yang kini masih setia memberika elusan-elusan lembut di pipinya. Jika ia bisa mengatakannya pada saat tamparan itu mendarat di pipinya tentu saja rasa perih dapat ia rasakan, hanya saja kini ia sudah lupa akan perihnya.
Vegas mengecup lembut punggung tangan Pete dan tersenyum lembut kepada sang kekasih, tak lupa dengan gelengan singkat untuk menjawab pertanyaan Pete.
"Maafkan aku." Ucap Pete pelan.
"Untuk apa?" Tanya Vegas cepat.
"Karena membiarkanmu mendapatkan tamparan yang tidak seharusnya kamu dapatkan." Jawab Pete dengan rasa bersalah.
"Aku mendapatkannya karena perkataanku Pete, tidak perlu merasa bersalah akan hal itu. Itu tidak salahmu dan tidak akan pernah menjadi salahmu." Balas Vegas tegas sambil mengelus lembut punggung tangan Pete.
"Apa kamu tidak lelah Vegas?" Tanya Pete lagi.
"Kenapa?" Tanya Vegas balik tidak tergalu mengerti arah pembicaraan Pete.
"Tidakkah kamu lelah karena aku?" Ulang Pete.
Vegas menatap mata sayu Pete baik-baik. Menelusuri tujuan sang kekasih akan pertanyaannya itu. Pete tidak buta, ia juga punya feeling yang kuat. Vegas yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Pete paham bagaimana perasaannya kepada Pete.
Vegas menundukkan kepalanya dan tersenyum simpul, menghembuskan nafasnya pelan dan menatap sang kekasih lagi dengan lembut.
"Kamu tidak pernah membuatku lelah Pete." Ucap Vegas dengan yakin.
"Aku bahkan selalu merepotkanmu Vegas...setiap hari.." Lanjut Pete.
"Hei, kamu tidak bisa menyebutnya seperti itu Pete. Karena sejak awal, kamu tidak pernah merepotkanku." Balas Vegas cepat.
"Apakah itu tidak membuatmu sesak Vegas?" Tanya Pete setelah mendengarkan penuturan Vegas.
"..."
"Apakah cinta kita ini tidak terasa menyesakkan Vegas?" Tanya Pete lagi memperjelas pertanyaannya.
Sekali lagi Vegas menatap Pete dengan lekat. Entah karena efek wine yang mereka minum atau karena efek suasana yang semakin larut, pertanyaannya semakin terasa berat.
"Kamu tau Pete, Vegas tanpa seorang Pete adalah Vegas tanpa rumahnya. Kamu adalah rumah Pete, rumah yang selalu aku idam-idamkan. Aku tidak tau apa yang memberatkan pikiranmu kini tapi jika pertanyaan kamu apakah cinta kita terasa begitu menyesakkan, jawabanku adalah aku tidak pernah bernafas lega seperti ini sebelum aku mencintaimu Pete." Jelas Vegas dengan lembut.
"Vegas.."
"Hm.."
"Jika suatu saat nanti perasaanku terlalu menyesakkanmu katakan padaku agar aku berhenti tanpa membuatmu kesakitan."
"Pete.."
"Vegas.."
"..."
"Jika suatu saat nanti semua ini terasa berat, tolong katakan padaku alih-alih menyakiti dirimu sendiri.."
"..."
"Dan jika suatu hari nanti kita berada di titik semuanya terlalu melelahkan tolong katakan padaku, jangan menyembunyikannya, karena aku tau saat kamu menyembunyikanhal itu kamu akan merasa lebih kesakitan daripada aku.."
"..."
"Berjanjilah Vegas.."
"....Aku berjanji.."
Pete mendekatkan wajahnya pada wajah Vegas, pelan namun pasti ia berikan ciuman yang dalam dan penuh akan perasaan yang tidak terungkap kepada vegas.
Tautan bibir dua manusia yang tengah jatuh cinta itu tampaknya penuh akan berbagai perasaan.
"Mau menjadi kekasihku? Tapi aku takut apakah suatu saat nanti akan melukaimu atau tidak." Ucap Vegas saat tautan bibirnya dan Pete terlepas.
Permintaan resmi Vegas yang sebenarnya sudah ditunggu oleh hati kecil Pete.
"Aku tidak ingin menjadi kekasihmu. Aku ingin menjadi suamimu, bawa dan jadikan aku pendamping seorang Vegas Wichapas Sumettikul.." Balas Pete dengen senyuman penuh arti.
"Kau tidak akan bisa pergi Pete, kau akan terkunci bersamaku selamanya. Apa kau tidak takut? Aku ancaman setiap saat dan kau tidak akan aman." - Vegas
"Aku punya Vegas, aku tidak takut." -Pete
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect You [END]
RomantikIa dibesarkan oleh luka.. Ia tidak pernah merasakan rumah yang hangat.. Jangankan rumah, sekedar semangkuk nasi hangat pun ia tidak pernah merasakannya... Ia dikenal sebagai si MAFIA KELAS ATAS BERDARAH DINGIN yang tidak mengenal ampunan.. Lalu pria...