15

336 83 4
                                    

"Apa jika si pemilik asli yang melakukannya kau akan bersikap seperti ini?" Ujar Alex dengan nada dingin..

"Apa?"

Alex melangkah mendekat sementara kamu memundurkan langkahmu, kamu baru sadar jika mungkin perkataanmu sedikit banyak sudah menyinggung dirinya...

Punggungmu sudah menempel pada dinding dan dengan segera Alex meletakkan tanganya kirinya di samping kepalamu. Wajah Alex mendekat beberapa senti dari wajahmu, kamu secara refleks langsung menahan dada Alex agar tidak semakin mendekat...

"Apa yang kau sukai dari laki-laki bodoh pemilik tubuh ini, hm? Bahkan dia terlalu kaku dan terlihat seperti idot saat berhadapan dengan seorang wanita" Ujar Alex..

"Setidaknya dia tahu cara memperlakukan seorang wanita sebagaimana mestinya. Tidak seperti dirimu yang memperlakukan wanita layaknya barang tak berharga yang akan langsung kau buang setelah bosan memainkannya"

Alex menatap tajam dirimu, tak lama bibirnya terbentuk seringaian sambil menegakkan tubuhnya yang mana membuatmu bernafas lega setelahnya..

Alex berdesis sambil menaruh tangannya di dagu seolah-olah tengah berpikir dengan tatapan tertuju pada lampu kristal yang tergantung di area ruang tamu...

"Benar, wanita-wanita yang aku mainkan itu memang seperti barang tak berharga setelah aku mainkan. Itu karena mereka menempatkan diri mereka seperti itu, jadi bukan salahku jika aku memperlakukan mereka sebagaimana mestinya kan?"

Alex kemudian beralih kembali menatapmu sambil tersenyum tipis, "Bukankah setiap barang yang murah dan tak lagi berguna harus di buang agar tidak menumpuk di sekitarku dan menjadi seonggok sampah? Benarkan?"

"Kau benar-benar bajingan, Alex"

"Hey.. aku rasa mulutmu harus segera di perbaiki. Aku bukan laki-laki bajingan yang seperti kau pikirkan, sayang. Jadi perhatian ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut manismu"

Kamu menepis tangan Alex saat dia mengusap bibirmu..

"Kau mempermainkan mereka sesuka hatimu tanpa kau pikirkan jika kau juga hadir Karena seorang wanita" Ujarmu..

Alex terdiam sejenak hingga hanya suara dentingan jarum jam saking heningnya suasana di antara kalian. Hingga tak lama suara tawa alex terdengar memecah keheningan tersebut..

"Kau.. hahah.. kau ini kenapa lucu sekali? Bukankah kau yang bilang sendiri jika aku hanya sebuah ilusi tanpa raga? Jadi kenapa aku harus memikirkan hal-hal konyol seperti itu?"

Kamu mendegus kesal mendengar ucapan bernada mengejek dari Alex dan memilih untuk berjalan menuju kamarmu..

Sementara Alex yang tadinya tertawa perlahan-lahan tawanya berhenti seiring dengan hilangnya tubuhmu dari pandangannya, ekspresinya juga menjadi datar dan dingin..

"Kau pasti akan berpikir ribuan kali setelah tau semua kebenarannya" Gumam Alex

Alex memilih untuk berjalan menuju ruangan yang mana sering di gunakan oleh kepribadian bocah tubuh tersebut. Meskipun Wonu sering mengatakan jika tidak ada yang boleh memasuki ruangan itu selain dirinya, tapi tetap saja Alex tak akan pernah mau mendengarkan..

Alex tersenyum sinis saat melihat beberapa karya lukisan khas seorang bocah, juga mengambil permen dari dalam kaleng yang selalu tersedia di sana...

Memakan permen lollipop tersebut sambil terus mengamati seisi ruangan itu hingga matanya tertuju pada satu lukisan yang sepertinya belum sepenuhnya bahkan mungkin baru selesai setengahnya..

"Ibu.. Ayah..."

Di sana ada lukisan seorang wanita dan seorang pria yang tengah menggandeng tangan seorang anak laki-laki yang bahkan baru di gambar hingga pinggangnya di sebelah kanan gambar laki-laki tersebut. Alex membaca kalimat yang tertera di atas wanita dan pria tersebut...

"Hey bocah.. mau ku bantu selesaikan lukisanmu? Setelahnya ku harap kau berterima kasih padaku nanti setelah ku beri nama gambar bocah yang ada di gambar ini" Tanya Alex

Tangannya lalu mengambil kuas dan cat lalu menyelesaikan gambar anak laki-laki tersebut hingga memberikan nama pada bocah tersebut sambil tersenyum miring namun dengan sorot mata yang terlihat menahan rasa marah..

Hingga di bawah gambar bayangan bocah laki-laki itu Alex menuliskan satu kalimat lagi sebelum menatap datar lukisannya..

Alex pun berdiri dan membuang sisa lollipop yang masih bulat itu ke tempat sampah lalu keluar dari sana..

".. Ibu Ayah Dan Seorang pembunuh..."

Alex menuliskan kalimat seorang pembunuh dengan menggunakan cat merah hingga terlihat tetesan dari setiap huruf yang dia rangkai..

***

Besoknya...

Di ruang lukisan tersebut berdiri Wonu yang menatap kesal pada lukisan setengah jadi miliknya...

"Issh! Sudah Wonu bilang jangan menyentuh lukisan Wonu atau masuk ke ruangan ini kan? Dasar Kak Alex menyebalkan! Ugh! Wonu benci kak Alex!"

Namun matanya kini tertuju pada kalimat bertinta merah yang ada di lukisan tersebut..

"Ish! Apa-apaan itu? Tangan usil kak Akex belum pernah Wonu gigit ya? Nakal sekali!"

Tangannya lalu mengambil lukisan tersebut, melipatnya sedemikian rupa lalu memasukkannya kedalam saku celana..

"Ish! Kan bahaya kalo kak Wonwoo atau kakak cantik liat.. untung saja Wonu pintar! Dasar kak Alex Jelek!"

Tok tok..

"Won-Eh! Wonu.. apa wonu ada di dalam? Sarapannya sudah jadi"

"Iya kak!"

Wonu langsung berjalan keluar setelah pintu ruangannya di ketuk olehmu..

Ceklek...

Kamu terperanjat saat tengah menempelkan telinganya namun pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan wajah bingung Wonu...

"Kakak cantik sedang apa?"

"Hah? Eh.. ah tidak, ayo sarapan"

Keduanya pun pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk memulai sarapan..

***

Tbc

~ 18O722 ~

My Personality✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang