25

191 52 0
                                    

"Apa maksudnya? Kalian akan pergi?" Tanyamu..

Wonu menganggukkan kepalanya sambil terus meneteskan air mata dengan netra yang masih menatapmu dan paman Yoon secara bergantian...

"Sejak awal kami berdua tidak nyata di sini.. hiks... kami tercipta karena suatu keadaan yang terjadi sama kak Wonwoo saat itu. Tadinya Wonu juga merasa.. hiks... jika lebih baik kalo kak Wonwoo tidak bisa mengingat apapun lagi untuk selamanya,  maka dari itu kami akan selalu ada.. hiks... tapi Wonu sadar kalo kami terus menyembunyikan hal ini semua, itu justru akan membuat kak Wonwoo semakin menderita lebih lama.. hiks"

Entah kenapa ada perasaan sedih dan sesak saat membayangkan mereka akan menghilang seperti yang baru saja Wonu ucapkan..

"Hiks.. Wonu sayang kak Wonwoo.. hiks... Wonu tidak mau pergi, Wonu mau sama kak Wonwoo dan kakak cantik di sini.. hiks.. tapi Wonu gak bisa melakukan apa-apa.. hiks.. Wonu bingung.. hiks..." Lirih Wonu sambil menangis...

Kamu kembali memeluk wonwoo sambil mengusap kepala Wonu dengan pelan...

"Wonu"

Dengan ekspresi penuh rasa bersalah sambil menangis Paman Yoon mengambil tangan Wonu dan menggenggamnya. "Maafkan kami Wonu, kami yang telah membuat kalian seperti ini. Maafkan kami, Wonu"

Wonu menangis sambil mengosongkan pergelangan tangannya yang lain pada ke-2 matanya, sementara kamu hanya bisa menangis dalam diam saat ini. Hingga beberapa saat kemudian tangisan Wonu juga berangsur memelan meski tarikan kasar nafasnya masih sesekali terdengar, Wonu juga perlahan-lahan kembali menutup matanya...

Setelah membantu menyamakan posisi tidur Wonwoo di ranjang rawatnya, Paman Yoon berpamitan untuk kembali ke ruangan bibi yoon juga menitipkan permintaan maaf pada Wonwoo jika nanti dia sudah bangun...

Hingga beberapa menit kemudian mata bak rubah yang masih terlihat sembab itu kembali terbuka dengan netra berwarna kecoklatan milik sang pemilik tubuh asli, kamu tersenyum saat Wonwoo menatap kearahmu sebelum menatap kosong kearah jendela yang tengah menampilkan langit senja hari ini..

"Aku sudah mengingat semuanya, semua yang aku lupakan sejak hari itu.. aku sudah mengingatnya. Rasanya masih sangat membingungkan.. Satu sisi aku merasa sangat lega seakan-akan beban berat yang selama ini terasa menyesakkan sudah hilang, namun di satu sisi lain aku merasa sangat bersalah pada orangtuaku karena sudah melupakan apa yang seharusnya tidak pernah aku lupakan tentang mereka selama ini" Ujarnya...

"Kau melakukan hal tersebut juga karena dalam situasi dan keadaan yang belum bisa kau mengerti pada usiamu saat itu, Wonwoo"

Wonwoo menatap kembali kearahmu dengan netra yang sudah memerah juga air mata yang siap kapan saja jatuh di sana..

Kamu beralih melihat kearah jendela, "Saat kau berbicara dengan bibi juga paman Yoon tadi, aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian dari luar ruangan ini. Paman yoon juga sudah menceritakan apa yang membuatmu melakukan hal itu, awalnya aku juga terkejut karena saat kita ke rumah mereka saat itu bibi Yoon memberitahuku soal penyebab orang tuamu tiada karena perampok yang masuk ke rumah kalian saat itu hingga menyebabkan mu memiliki kepribadian Alex karena melihat bagaimana orangtuamu di bunuh di depanmu. Tapi mendengar penjelasan dari dokter Yoon padaku saat mengambil obatmu yang tertinggal satu minggu yang lalu terasa ganjal dan berbanding terbalik dengan apa yang bibi yoon katakan padaku"

Kamu menatap kembali kearah Wonwoo yang masih menatapmu, "Tapi setelah mendengar penjelasan dari Paman Yoon menurutku orangtuamu lah yang patut di salahkan atas semuanya, Wonwoo. Karena jika mereka melakukan tugas mereka sebagai orang tua yang baik juga tidak mementingkan ego mereka sendiri, kau tidak mungkin berakhir seperti sekarang ini"

Wonwoo terdiam mendengar ucapanmu, kamu menghela nafas lalu berdiri dari dudukmu. "Beristirahatlah, kata dokter jika keadaanmu terus membaik beberapa hari ke depan kau sudah boleh pulang. Aku ada di luar jika kau butuh sesuatu"

"Tunggu" Ujar Wonwoo sambil menahan tanganmu, kamu menatap Wonwoo yang juga tengah menatapmu..

Dedeg...dedeg..

"Ke-kenapa?"

"Temani aku di sini sampai aku tidur"

Kamu berusaha untuk menyembunyikan detak jatungmu yang saat ini tengah berdetak lebih cepat, kamu pun kembali duduk di kursi samping ranjang rawat Wonwoo..

"Ba-baiklah, aku akan ada di sini sampai kau tertidur"

Wonwoo menghela nafas lalu kembali memejamkan matanya, sementara kamu menatap kearah Wonwoo hingga beberapa menit kemudian langit menggelap juga nafas pemuda itu terlihat sudah teratur artinya Wonwoo sudah terlihat benar-benar kembali terlelap di sana..

Kau salah Alex, aku tidak merasa menyesal karena menaruh hati padanya setelah aku mengetahui yang sebenarnya tentang Wonwoo. Perasaanku masih sama untuknya Pikirmu...

"Benar, aku wanita bodoh karena sudah menyukaimu. Bahkan mungkin saking bodohnya aku bahkan tidak merasa menyesal sudah menaruh hati padamu setelah mengetahui semuanya seperti yang Alex kira. Aku sendiri sampai sekarang masih bingung kapan tepatnya aku memiliki perasaan ini padamu dan kenapa harus dirimu di antara banyak laki-laki lain di luar sana. Ck, Apa yang harus ku lakukan? Ya ampun ini membuatku gila" lirihmu..

Ggrr~~

Kamu mengusap perutmu yang terasa lapar, kamu baru ingat kamu bahkan belum makan siang bahkan hanya sebungkus roti dan kopi dari mesin penjual otomatis yang mengisi perutmu untuk sarapan..

"Hah.. dia sepertinya sudah pulas, sebaiknya aku membeli makanan dulu sebelum dia kembali bangun nanti"

Kamu pun beranjak dari sana dan keluar dari ruang rawat Wonwoo hingga tidak menyadari jika sebenarnya wonwoo belum tidur sejak tadi, dia hanya mencoba untuk menutup matanya..

"Dia menyukaiku?" Ujar Wonwoo setelah membuka matanya karena memang kenyataannya dia mendengar semua yang kamu katakan..

***

~ 251O22 ~

Tbc

My Personality✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang