Gadis Itu Bernama Fatimah

14 15 0
                                    

Pukul 10:00

Kala itu, jarum jam di kantor pondok telah menunjukkan pukul 10:00. Sudah sedikit siang rupanya. Pantas saja sinar matahari telah terasa lebih panas, ketimbang tadi saat pagi barulah menyapa. Suhu udara pun sudah mulai meninggi, tidak sesejuk shubuh tadi. Cericitan burung-burung yang semula menggiring angan menjadi ingin. Kini, telah berubah menjadi deru suara kendaraan, yang mengubah butuh melenceng sedikit menjadi nafsu. Tak banyak santri yang terlihat lalu lalang di sekitar pesantren. Hanya terlihat satu atau dua santri saja yang sesekali tertangkap tengah berjalan menuju warung terdekat sebab sudah tak tahan lagi menanggung beban kehausan.

Dari arah utara, nampak sebuah mobil bermerek honda jazz warna putih sedang melaju ke arah selatan. Debu-debu jalanan nampak beterbangan tak karu-karuan mengiringi laju roda-roda mobil tersebut yang berputar lumayan cepat. Apakah mobil tersebut akan menuju pondok pesantren itu? Sepertinya begitu. Sebab beberapa saat kemudian, "ciiiit...," mobil tersebut nampak berhenti dan terparkir di pinggir jalan di sebelah utara gerbang.

Sayup-sayup terdengar sebuah percakapan singkat dari dalam mobil tersebut.

"Kamu mau ikut turun sekalian sama mas?" ujar seorang pria yang duduk di bangku kemudi dengan nada bertanya kepada seorang gadis yang duduk di sampingnya.

"Mas, pergi saja duluan. Nanti aku menyusul," ujar gadis itu seketika menjawab dengan tetap fokus pada sebuah ponsel yang sedang ia genggam.

Tak berselang lama, pintu depan mobil tersebut pun nampak terbuka perlahan. Dan keluarlah pria itu sendirian. Tampilannya sangatlah rapih, berpeci hitam, berkemeja batik, bersarung hitam, serta memakai kacamata. Ia nampak melangkah santai memasuki gerbang pesantren.

Beberapa saat kemudian, langkahnya terlihat terhenti tepat di depan kantor pondok. Ia segera melepas alas kaki yang ia pakai, kemudian berjalan memasuki kantor tersebut. Di dalam, nampak kang Ihsan tengah sibuk dengan sebuah laptop di hadapannya.

"Assalamualaikum...," ucap si pria tersebut sebelum masuk ke dalam ruangan kantor seraya mengetuk daun pintu perlahan.

"Waalaikumsalam...," sahut kang Ihsan segera seraya mengalihkan pandangannya ke arah pria tersebut.

"Silahkan masuk, mas," ujar kang Ihsan selanjutnya mempersilahkan si pria tersebut untuk masuk.

Pria itu pun segera masuk ke dalam ruangan begitu dipersiapkan oleh kang Ihsan. Ia kemudian nampak duduk di sebuah kursi yang berada tepat di seberang kang Ihsan.

"Ada keperluan apa, mas?" tanya kang Ihsan pada pria itu setelah ia benar-benar telah duduk.

"Saya mencari Abdur, kang. Abdur ada?" jawab lelaki itu seketika.

*****

"Qih, yang bagian itu kurang sedikit tebal kayanya," ucap Abdur tiba-tiba kepada Faqih yang nampak sedang sibuk mengecat salah satu sisi dinding sebuah kelas.

"Yang mana?" tanya Faqih seketika menghentikan sejenak pekerjaannya. Ia kemudian nampak segera mencari-cari bagian yang dimaksud Abdur tersebut.

"Itu lho pas pojokan," jawab Abdur kemudian seraya menunjuk ke arah pojok sebelah timur atas sebuah dinding yang sedang dicat oleh Faqih.

Faqih pun segera mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk Abdur. Sejenak ia nampak mengamati bagian tersebut dengan menyipitkan kedua matanya.

Shubuh Itu Terbit dari Sepasang MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang