Pagi-pagi sekali mereka berdua sudah bangun dan bersiap untuk kepergian aksara untuk melakukan tugasnya sebagai dokter. Aksara yang sudah siap memakai kemeja berwarna hitam dengan celana hitam pun terlihat santai sembari menyeruput secangkir teh herbal yang dibuatkan oleh ayyara.
"Kak aksa abisin ya tehnya, kata mamah itu bagus banget buat kesehatan apa lagi mau berkegiatan" ucap ayyara.
"Tapi agak pahit sih ra-" ucap aksara.
"Ya gapapa minum aja walaupun pahit" ucap ayyara.
"Setengahnya aja ya?" Ucap aksara.
Ayyara menggeleng "ngga boleh kak aksa, harus di abisin" ucap ayyara.
"Tapi pahit nya lekat sampe ke lidah" ucap aksara.
Entah seberapa besar keberanian yang ayyara punya membuat dirinya mengecup sekilas bibir aksara.
"Masih pahit?" Tanya ayyara dengan senyuman.
"Sedikit berkurang sih, tapi satu kecupan mana cukup" jawab aksara.
"Kok minta nambah" ucap ayyara.
Aksara berdiri dan merengkuh ayyara masuk kedalam pelukannya. Aksara memegang pinggang milik perempuannya erat dan menautkan bibirnya dengan bibir milik ayyara. Aksara menyelami perempuannya dengan lembut, awalnya ayyara terkejut namun lama-kelamaan ayyara pun luluh dan membalas ciuman lembut aksara.
Cukup lama mereka berada di dalam posisi ini, sampai keduanya merasa sesak langsung melepas ciumannya. Ayyara menarik nafas dalam-dalam sebelum aksara kembali menautkan bibirnya. Tak lama ayyara pun melepaskan ciumannya dengan aksara dan aksara menatap ayyara lekat. Jujur, rasanya ia tak mau meninggalkan ayyara sendiri di sini namun ada tugas yang harus ia jalani. Cantiknya senyuman ayyara saat dirinya menatap kembali manik yang bersinar itu.
"Manis" ucap aksara.
"Hah? A-apa sih kak. Udah ah aku mau mandi, teh nya abisin ya" Ucap ayyara sembari melepaskan dirinya dari pelukkan hangat itu.
Aksara hanya tersenyum melihat ayyara berlari menjauh dengan wajah yang memerah.
.
.
.
Aksara menghentikan mobilnya di depan gerbang kampus karena ia ingin mengantarkan ayyara namun ayyara masih enggan melepaskan genggaman tangannya."Kenapa?" Tanya aksara.
Ayyara menatap lekat wajah aksara, ia tak bisa menyangkal bahwa rasa takut akan kehilangan aksara terus saja menyelimuti hatinya terlebih aksara akan bersama dengan ivana disana. Walau mereka disana dengan tujuan untuk membantu tetap saja ia merasa takut.
"Kak aksa jangan lupa ya kalo udah sampe kabarin aku, terus kalo ada apa-apa bilang ya. Hati-hati juga disana kan lagi ada bencana, jangan sampe terluka" ucap ayyara dengan air mata yang menerobos keluar.
Walau ia sudah menahan tangisnya tetap saja air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi. Aksara mengusap lembut kedua pipi ayyara yang basah karena menangis itu.
"Jangan nangis, nanti aku ga jadi berangkatnya" ucap aksara.
"Kak aksa.." panggil ayyara.
"Hmm? Kenapa?" Jawab aksara.
Ayyara menghela nafas berat dan aksara dapat mengerti kecemasan yang sedang ayyara rasakan.
"Jangan khawatir ya, aku ga akan kecewain kamu. Dia masa lalu aku dan aku udah menutup rapat-rapat cerita itu, sekarang aku udah mulai lagi dengan cerita yang baru dan akan berakhir ketika maut memisahkan. Aku janji kamu akan jadi perempuan terakhir yang ada di dalam hidup aku." Ucap aksara sungguh-sungguh.
Ayyara memeluk aksara erat dan menumpahkan semua air matanya. Aksara mengelus punggung ayyara dengan lembut dan membiarkan ayyara menenangkan dirinya. Setelah cukup lama ayyara melepaskan pelukkannya dan tersenyum hangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
selaras [END]
Teen FictionPerjodohan adalah sebuah kata yang bisa membuat seorang aksara wilantara berada di dalam dilema besar. Aksara di haruskan untuk memilih antara kekasihnya atau pilihan ayahnya. Tetapi bagaimana bisa aksara meninggalkan ivana, gadis yang sudah ia paca...