"Lu lagi ngawasin siapa Ta!"
Bruk
Gista yang ingin mengambil foto Fajri dan Moni, Ponselnya tiba-tiba terjatuh sebab ada seseorang yang menegurnya. Dengan cepat ia ambil kembali ponselnya, dan membalikkan badannya ternyata dia adalah Juna.
"Lu bikin kaget gue aj sih." Seru Gista.
"Ya Lu sendiri Ngapain di sini, terus nih." Tunjuk Juna kepada ponsel yang di pegang oleh Gista, "lu mau fotoin siapa Ta?" Tanya Juna
"Enggak ada kok, gue tadi mau ngaca malah kepencet kamera." Ucapnya berbohong
Juna hanya manggut-manggut saja, perlahan Juna mengintip sedikit ke arah jendela yang baru saja Gista liat. Ternyata di sana ada Fajri dan Moni. Juna bertanya-tanya dalam hati, mengapa Moni yang bersama Fajri dan bukan Citra
"Ta, kok Fajri makan siang sama Moni sih? Kenapa bukan Citra?" Tanya Juna
"Kagak tau gue, lu tanya aja sendiri sama Fajri." Ucap Gista yang bergegas pergi dari sana
Sejujurnya gista bukan bermaksud untuk menghindari pertanyaan Juna, ia hanya tak ingin Juna merasa curiga terhadap Gista yang secara diam-diam mengikuti Fajri.
Juna yang sedang asik terus melirik Fajri yang seakan-akan melupakan Citra, Disya yang baru saja keluar dari toilet, melihat tunangan yang sedari tadi seperti ada yang sedang ia lihat.
"Junaa, lu lagi nyari siapa?" Tanya Disya.
"Sya, coba lu liat deh, itu Fajri Ngapain sama Moni." Seru Juna
Disya akhirnya melihat tunjuk arah Juna, ternyata benar saja Fajri sedang makan siang bersama Moni. Ingin sekali rasa nya Disya memukul wajah Moni yang merasa tak berdosa.
"Kita ga usah makan di sini deh, Jun." Tegur Disya.
"Lahh kenapa, gue kan mau makan seblak yang ada di sini." Seru Juna
"Seblak ga cuman ada di sini aj Jun. Gue males harus ketemu sama Moni. Gue cuman takut keblalasan aj." Ucap Disya yang menarik baju Juna
^^^^^^^^^^^^^^^^^
Sudah 2 Minggu ini Citra nampak tak bersemangat, ia juga merasa dirinya seperti mati rasa. Citra yang sedang duduk di balkon kamar nya, tiba-tiba saja ada bunyi pecahan piring yang begitu keras hingga membuat Citra terkejut dan bergegas turun ke bawah.
Citra menuruni anak tangga satu persatu, secara tiba-tiba ia melihat sang mama sedang duduk di lantai sembari memegang kaki sang papa. Tidak hanya nyokap dan bokap nya saja yang berada di sana, Fajar ikut serta berada di sana.
Tak mau menunggu lebih lama citra berlari sembari memeluk sang mama, tangis yang sudah keluar begitu hebat nya. Citra yang tak tau apa yang membuat bokap nya marah besar.
"Mama." Seru Citra.
"Rara sayang kenapa kamu keluar dari kamar nak, sekarang kamu masuk lagi ya." Tegur sang mama
"Ma, Rara ga bisa ninggalin mama gitu aj." Ucap Citra
"Tapi Ra, kamu ga terlibat sama masalah ini." Ucap mama
Bugh
Bugh
Citra yang saat ini sedang memeluk tubuh mama nya, ia mendengar pukulan yang begitu keras hingga ia membelalakkan matanya. Dengan cepat Citra berdiri dan memegang tangan sang papa. Karena tak ada respon akhirnya ia pun memeluk tubuh sang papa.
"Pa, Rara minta maaf karena udah ga sopan meluk papa kaya gini, Rara memang ga tau masalah papa sama kak fajar apa. Tapi Citra mohon jangan pukul kak fajar kaya gini." Ucap Citra sembari menangis di pelukan papanya.
"Rara, mending lu masuk kamar deh, ga usah ikut campur." Tegur Fajar.
"Rara bakal masuk kamar, kalo papa ga mukul kakak lagi." Ucap Citra
"Aarrggg, jangan peluk saya. Kamu ga perlu tau Sekarang masuk kamar, atau saya seret paksa." Bentak sang papa
Fajar mau pun sang mama mendengar ucapan yang begitu kamar terhadap Citra, ada apa ini mengapa Gilang memanggil nama anak nya sendiri dengan kata-kata kasar.
Fajar melangkah kan kakinya dan memegang kasar tangan Gilang, tatapan matanya begitu penuh dengan emosi. Citra yang tak ingin di antara kedua harus berkelahi, ia pun bergegas memeluk tubuh sang kakak dari belakang.
"Kak, jangan pukul papa, sejahat dan sebenci apa pun papa ke Rara, Rara tetap sayang sama papa. Jadi Rara mohon udah ya kak." Seru Citra sembari Menangis di pelukan sang kakak.
Fajar yah tak kuasa mendengar tangisan sang adik ia melepaskan pegangan tangan itu dengan begitu kasar, perlahan Fajar membalikkan badannya dan memegang kedua bahu Citra.
"Dek, mending lu masuk kamar gih, masalah ini biar kakak aja yang menyelesaikan nya." Tegur Fajar
"Heh! Anak gadis yang tak tau berterimakasih, mending kamu pergi aj dari rumah ini. Saya sama sekali tidak mengharap kan ke hadiran mu." Seru Gilang
Deg
Ucapan begitu menusuk di hati Citra, baru kali ini ia mendengar sang papa mengucapkan kata-kata yang begitu menyakitkan. Tangan fajar mulai terkepal kuat, karena sudah di kuasai amarah fajar kembali memegang kerah baju sang papa.
"Papa, ga sepantasnya ngomong gitu ke Rara, dia anak papa." Teriak Fajar
"Ciuhh, dia bukan anak saya." Ucap nya sembari tertawa kecil
"Ba*sat, lebih baik papa tinggal di penjara aja ga usah balik ke rumah." Bentak Fajar.
"Kakak, udah yaa kamu ga boleh bicara kaya gitu sama papa kamu nak." Tegur Dita
Sedangkan Citra ia tak memperdulikan lagi keributan yang ada di sana, ia terus berjalan menaiki anak tangga satu demi satu. Air mata nya yang terus menetes di pipi mulus nya. Sesampainya di kamar ia Langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur sembari menutupi kedua telinga nya dengan menggunakan bantal.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Cit, mata Lu kok bengkak, lu habis nangis ya?" Tanya Juna
Citra hanya tersenyum dan tak menjawab pertanyaan Juna, entah mengapa ucapan tadi malam masih menghantui pikiran nya. Keyla yang merasa kan bahwa ada yang terjadi dengan dirinya, ia menepuk pundak Citra dan menatap kedua mata miliknya.
"Juna nanyain lu Cit, lu lagi ada masalah!" Tegur Keyla
"Maaf ya, mungkin hari ini gue ga bisa cerita. Gue permisi ke kelas duluan."seru Citra yang bergegas pergi dari sana
"Hhmm, menurut kalian ini ada kaitannya ga sih sama Fajri!" Tegur Disya.
"Entah sih, tapi menurut gue kaya nya citra lagi mengalami masalah keluarga deh." Ucap Keyla
Citra yang terus melangkah kan kakinya menuju ke kelas, tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik tangan nya, ia terkejut dan menengok siapa di balik semua nya. Terlihat jelas wajah tampan seorang Fajri, ia memberikan senyuman manis terhadapnya.
Jujur saja Citra sangat merindukan senyuman itu, hingga ia tersadar kan oleh teriakan Moni yang terus memanggil nama Fajri. Dengan cepat Citra melepaskan pegangan itu.
"Ka Fajri, aku dari tadi manggil nama kakak. Tapi kak malah jalan terus, aku cape nih!" Keluh Moni
"Rara, kamu masih marah sama aku?" Tanya Fajri
"Faj gue lagi ga mau bicara sama lu, Mending Lu temenin Moni aj." Seru Citra
"Enggak Ra, aku mau nemanin kamu aj. Aku rindu kamu." Sahut Fajri
"Tapi gue lagi pengen sendiri." Ucap Citra.
Moni yang merasa tak di perduli kan, ia dengan sengajanya memeluk tubuh Fajri dari belakang. Melihat reaksi itu membuat Citra tak bisa menahan rasa cemburu nya.
"Heh! Lo apa-apaan sih, lepasin ga." Tegur Fajri
"Kak Fajri ga dengar ya, ka Citra kan udah bilang katanya lebih baik kakak nemanin aku aj."
************************************
💞 NAYSILA_KIM💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Break
Ficção AdolescentePercintaan atau persahabatan? Mampukah seorang gadis mempertahankan persahabatan nya? Yang hampir hancur hanya karena kesalahpahaman. Dan. . . Mampukah ia juga mempertahankan Cinta nya? Yang di ambang oleh kematian. Mau tau gimana ceritanya? Yuk ma...