Bab 1 : Hari Minggu

1.2K 47 61
                                    

WARNING!!!
1. 100% MURNI IDE SENDIRI! MOHON MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, LATAR, DAN ALUR. ITU SEMUA DILUAR KEHENDAK AUTHOR!
2. NO TUDUH PLAGIAT!
3. BERANI TUDUH? BERANI MENGHADAP TUHAN DI AKHIRAT KELAK!
4. SEKIAN TERIMA KASIH!
======
Hari Minggu di kediaman Hilal. Ia menyapu halaman rumah dan mengepel lantai. Setelah selesai dengan urusan lantai, Hilal pergi menuju dapur untuk memasak omelette, menu favorit adiknya.

Sebelum memasak, tak lupa Hilal mencuci tangannya dan memakai celemek agar bajunya tidak kotor. Barulah Hilal mulai memasak dan menghidangkannya dengan hati-hati ke meja makan.

Netra coklatnya mengarah kepada kamar Taufan. Sempat ia memejamkan mata dan menghembuskan napas panjang. Ia tahu, Taufan pasti masih tidur. Mentang-mentang hari ini hari Minggu.

"Huh, selalu saja begini."

Hilal melangkahkan kakinya menuju lantai atas dan mulai mengetuk pintu kamar Taufan yang tertutup.

"Fan? Lo udah bangun belum?" tanya Hilal dengan nada pelan.

Hening. Tidak ada jawaban dari pemilik kamar. Hilal sudah tahu jawabannya. Taufan masih tidur. Sekarang, ia harus bagaimana? Perlukah ia mendobrak pintu kamar Taufan?

"Fan? Dalam hitungan ketiga, pintu lo jebol. Satu... Dua..."

"Tiga!"

BRUK!

Hilal mendobrak pintu kamar Taufan. Suara yang dihasilkan dari dobrakan pintunya lumayan nyaring terdengar, tetapi lihatlah pemuda yang masih tertidur pulas itu. Mendengar dobrakan pintu saja, ia tidak terganggu atau merasa terkejut sedikitpun.

"Fan, bangun. Makan dulu," ucap Hilal menepuk pipi Taufan.

Sementara yang berada di atas kasur, menggeram lembut karena merasa tidurnya terganggu.

Menggaruk pipinya sejenak, Taufan membalikkan posisinya, kembali memeluk guling berwarna birunya. "Lima... menit..." gumamnya di sela sela dengkurannya.

"Gue udah buat sarapan. Bangun," tegur Hilal, kembali menggoyang-goyangkan tubuh Taufan.

Nihil, anak ini memang susah sekali untuk bangun pagi.

Mendapatkan hasil yang tak memuaskan, Hilal terdiam sejenak. "Lo yang minta," ucapnya, beranjak pergi dari sana ke sebuah tempat.

Begitu kembali ke tempat, Hilal sudah siap dengan sebuah benda berbentuk wadah dengan air di dalamnya.

"Gue peringatkan, bangun, Fan."

Lagi lagi Taufan enggan untuk terbangun. Dengan satu tarikan napas, Hilal mengguyur Taufan dengan air yang telah ia bawa hingga habis tak tersisa.

BYUR!

"BANJIR! KAK, AYO KITA ME_"

Hilal menatapnya datar dan juga tajam, dengan kaki yang menyilang. Sementara Taufan sedang berusaha mencerna apa yang terjadi.

"... Kak!!! Baju gue basah!!" rengek Taufan menggembungkan pipinya. "Ini juga kasur jadi basah gara-gara Kakak!"

"Salah gue apa? Udah dibangunkan, tapi masih tetap tidur. Cepatlah ganti bajumu, gue tunggu di ruang makan," ucap Hilal menutup pintu kamar.

"Huh! Untung kakak!" gerutunya mengambil handuk dan menutup pintu kamar mandi.

Begitu Taufan selesai mencuci muka dan mengganti bajunya, ia menuruni anak tangga dan melihat Hilal yang berkutat dengan ponselnya. Selain melihat Hilal yang berkutat dengan ponselnya, ia juga melihat omelette milik Hilal yang tidak dimakan.

Last DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang