Bab 8 : Pulang

171 26 30
                                    

WARNING!!!
1. 100% MURNI IDE SENDIRI! MOHON MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, LATAR, DAN ALUR. ITU SEMUA DILUAR KEHENDAK AUTHOR!
2. NO TUDUH PLAGIAT!
3. BERANI TUDUH? BERANI MENGHADAP TUHAN DI AKHIRAT KELAK!
4. SEKIAN TERIMA KASIH!
======
"Bilang sekali lagi!" kesal Zhao mengangkat tangannya tinggi-tinggi, siap menampar pipi orang yang berada di hadapannya ini, Taufan.

Sementara sang lawan bicara, menangkap tangan Zhao, kemudian menurunkan tangan itu. "Sellow, Bro. Gue kan cum_"

"Apa, hah?! Cuman apa?! Lo mau ikut lomba skateboard padahal lo lagi sakit, gila lo?! Apanya yang cuman?!" sembur Zhao marah.

Sebenarnya perdebatan mereka sudah di mulai sejak 5 menit yang lalu. Bermula dari Taufan dengan muka polosnya berusaha membujuk Zhao untuk membiarkannya keluar dari rumah sakit.

Besok perlombaan skateboard akan dimulai, dan dia hanya punya waktu hari ini untuk membujuk Zhao dan Theo untuk membawanya keluar dari ruangan putih ini.

"Ya ampun, Zhao. Iler lo muncrat, hujan," canda Taufan berusaha meringankan suasana—tidak juga sih, karena saliva Zhao benar-benar menyembur ke wajahnya.

Hendak melayangkan sebuah pukulan kasih sayang pada sahabatnya ini, namun Zhao kembali mengingat penyakit yang di deritanya.

Gantinya, Zhao mencubit lengan Taufan.

"Gue gak lagi bercanda!" gertak Zhao gemas, semakin mencubit dalam lengan Taufan.

"Akh!! Ih, galak amat kayak emak-emak. Jangan-jangan lo emak jadi-jadi_"

Belum sempat Taufan menyelesaikan ucapannya, Zhao sudah lebih dulu memperlihatkan tangannya yang sudah terkepal, siap memukulnya kapan saja.

"H-hehe, canda aja napa! Ayolah, sia-sia gue latihan," rengek Taufan.

"Tidak ya tidak." Zhao masih tetap pada pendiriannya. Ia melakukan itu karena tidak mau Taufan semakin menderita karena penyakit yang dideritanya.

"Kak Theo .... Ya? Pulang. Gue gak suka ada di sini. Bau obat."

Taufan rela menggunakan jurus puppy eye agar Zhao dan Theo luluh dengan permintaannya.

Terlihat jika Theo tidak kuasa dengan wajah imutnya. Ayolah, Taufan berharap rencana ini berhasil.

"Tidak. Nanti ujung-ujungnya gue juga yang kena semprot kakak lo," tolak Theo mentah-mentah.

Ia sudah pernah berdebat dengan Hilal sebelumnya. Karena itu ia malas berdebat dengan es batu. Sudah es batu, kepala batu pula.

"Itu sih risiko," gumam Taufan pelan.

"Katakan sekali lagi."

DEG!

Entah mengapa hawa di kamar inapnya terasa dingin. Padahal malam ini begitu hangat.

"Hehe, peace. Tapi ayolah, gue udah janji ke kak Hilal," bujuknya masih berusaha.

"Hhh. Jangan me_"

Drtt

Dering ponsel Theo, membuat Zhao dan Taufan menoleh bersamaan.

"Dari siapa, Kak? Mereka?" tanya Zhao.

Theo menatap sekilas adiknya dan menggeleng. "Bukan. Ini dari Hilal."

Mendengar nama kakaknya disebut, Taufan menajamkan indra pendengarannya.

Es batu a.k.a kepala batu : Gimana keadaan adik gue?

Theo memutarkan kedua bola matanya dan memberikan ponselnya pada Taufan.

Tuh adik lo. Maksa banget minta pulang.

Last DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang