Bab 10 : Kebenaran

198 24 10
                                    

WARNING!!!
1. 100% MURNI IDE SENDIRI! MOHON MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, LATAR, DAN ALUR. ITU SEMUA DILUAR KEHENDAK AUTHOR!
2. NO TUDUH PLAGIAT!
3. BERANI TUDUH? BERANI MENGHADAP TUHAN DI AKHIRAT KELAK!
4. SEKIAN TERIMA KASIH!
======
Drap! Drap! Drap!_

Suara langkah kaki yang begitu cepat dan keras terdengar di sepanjang jalan trotoar. Bahkan hampir sesekali terjatuh karena tersandung batu dari jalan trotoar yang tidak mulus.

Hilal, dengan wajah panik dan keringat dingin yang mengucur di seluruh wajahnya, berlari menuju ke arah rumah sakit terdekat.

Ia melirik sedikit ke arah belakang, tepat ke arah punggungnya yang sedang mengendong adiknya dengan wajah yang pucat.

"Bertahan, Fan," batin Hilal kembali fokus pada jalanan.

Saat Taufan tumbang tadi, Hilal terkejut bukan main dan mendekati Taufan lebih dulu daripada orang-orang yang berada di sekitar sana.

Mengecek adiknya yang pucat dan panas, kemudian membawanya di atas punggungnya dan mencari rumah sakit terdekat melalui ponselnya.

Dan kekhawatiran itu kian mereda ketika Hilal melihat penampakan gedung putih yang semakin dekat dengan keberadaannya.

Rumah sakit Cinta Kasih.

Pandangan Hilal kian tajam, semakin mempercepat langkahnya untuk memasuki kawasan rumah sakit tersebut.

"Harusnya gue gak izinin dia pergi ..."

***

Mondar-mandir di depan pintu berwarna putih, Hilal terus-terusan menggigit kukunya dan mengacak-acak rambutnya.

Stres.

Takut.

Sesak.

Perasaan Hilal bercampur aduk sekarang, bahkan pikirannya jadi tidak jernih dan logis seperti ini. Otaknya serasa di hantam oleh ribuan pertanyaan tentang adiknya ini.

Ada apa dengan Taufan? Dia bilang dia hanya terbentur kemarin, tapi kenapa jadi drop dan parah begini? Apa Taufan lagi-lagi berbohong padanya?

Tepat di saat Hilal membutuhkan seseorang untuk menjawab pertanyaannya yang menumpuk, dua orang yang sangat familiar di mata Hilal datang ke arahnya.

Zhao dan Theo. Kedua kakak beradik itu datang beriringan, dengan wajah Zhao yang pucat pasi sepertinya.

"Gue membutuhkan penjelasan kalian." Hilal menatap Theo dan Zhao secara bergantian dengan penuh keseriusan.

Manakala mereka saling bertukar pandang, merasa ragu untuk menjelaskan. Terlebih, mereka sudah berjanji pada Taufan untuk merahasiakan ini dari Hilal.

"Ka_"

"Dengan keluarga pasien?" Dokter keluar dan membuka masker, menatap ketiga pemuda yang tengah menunggu.

"Gua kakaknya."

"Ikut ke ruangan saya."

Mengapa perasaan Hilal tidak enak?

Langkahnya berat.

Hatinya seakan dihujam beribu anak panah.

Pikiran Hilal melayang kemana-mana di setiap langkahnya mengikuti seorang dokter. Dipenuhi tanda tanya besar dengan rasa takut yang mendidih di dalam hatinya.

Dokter itu membuka sebuah pintu ruangan. "Tunggu di saya, biar saya ambilkan hasil rontgennya," pamit dokter itu kemudian memasuki ruangan tersebut.

Pupil mata Hilal mengecil mendengar penuturan dokter tersebut. Apa maksudnya tadi? Rontgen? Apa yang dokter periksa sampai harus melakukan rontgen pada adiknya?

Last DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang