WARNING!!!
1. 100% MURNI IDE SENDIRI! MOHON MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, LATAR, DAN ALUR. ITU SEMUA DILUAR KEHENDAK AUTHOR!
2. NO TUDUH PLAGIAT!
3. BERANI TUDUH? BERANI MENGHADAP TUHAN DI AKHIRAT KELAK!
4. SEKIAN TERIMA KASIH!
======
Kini, Hilal sedang ditemani oleh Theo untuk mencari Taufan. Semenjak Taufan disuruh guru untuk pergi ke perpustakaan, Taufan tak kunjung kembali ke kelas. Hal itu membuat Hilal mengkhawatirkan kondisi adiknya."Ck! Dia ke mana sih? Buat orang khawatir aja," gumam Hilal berusaha menepis segala pikiran buruknya.
Theo yang berjalan di samping kanannya terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Zhao pun tidak ada di kelas saat dirinya mampir ke kelas adiknya.
"Ada kemungkinan Taufan bersama adik gue. Dia juga hilang dari kelas," ucap Theo setelah lama diam.
Menoleh sesaat, Hilal mengangguk. Ia harap seperti itu. Tapi pertanyaannya, mereka berada di mana?
"Tapi mereka di mana?" tanya Hilal.
Theo tak menjawab pertanyaan yang Hilal lontarkan padanya. Sebaliknya, ia menatap koridor yang diisi siswi. "Hai. Boleh tanya gak? Apa kalian melihat dua pemuda yang satu berambut acak-acakan, dan yang satunya lagi mirip dengan temanku?" tanya Theo pada salah satu siswi dengan seulas senyuman.
"A-ada. S-saya melihat mereka. Tadinya mereka ada di kamar mandi, terus seperti ada obat-obatan yang tergeletak di lantai yang kotor. Sekarang mereka ada di UKS," jawab siswi tersebut.
DEG!
Obat-obatan berserakan di lantai yang kotor? Pikirannya benar-benar tidak bisa diajak kerja sama.
"Terima kasih!" Hilal menepuk bahu siswi berjilbab panjang tersebut dan memutar arah ke ruang kesehatan.
"Fan!"
Berlari ke arah ruang UKS, tanpa sadar Hilal menubruk beberapa siswa yang sedang berlalu lalang pada koridor yang ia lewati.
Bahkan sampai tak sadar ia sudah meninggalkan jauh sosok Theo untuk sampai ke UKS.
Dan begitu Hilal sampai di sana, tanpa basa-basi ia membuka pintu UKS dengan paniknya.
"Fan, tarik nafas lo pelan-pelan." Hal itu yang pertama kali menyambut pendengaran Hilal, membuat tubuhnya kaku beberapa saat.
"Taufan!" pekik Hilal masuk ke dalam UKS. Mengejutkan Zhao yang berada di samping brankar dan refleks menoleh pada kakak dari sahabatnya itu, tak terkecuali untuk Taufan.
Dirinya tengah berbaring ke arah Zhao dengan tubuh yang meringkuk gemetaran, tampak jelas jika tangannya memegang erat dadanya.
Zhao yang melihat Hilal mendekat refleks menjauh dari Taufan, hendak memerikan ruang antar kakak beradik itu. Namun Taufan menggenggam tangannya semakin erat, membuatnya diam di tempat.
"Fan?! Lo kenapa?!" panik Hilal begitu tiba di samping Taufan.
DEG!
Tambah berpaculah jantung Hilal melihat keadaan Taufan dengan jelas.
Mulutnya tampak terbuka lebar dengan meraup oksigen yang terasa sulit di hirup.
Wajahnya pucat bagai mayat dengan keringat dingin yang terus mengucur.
Belum lagi Hilal baru pertama kalinya melihat penampakan adiknya yang menitikkan air matanya. Dengan deras.
Dan semua lamunan Hilal pecah begitu saja begitu ia mendengar lirihan sang adik.
"Hiks, Kakak ..." Taufan tampak memejamkan matanya, menahan rasa sesak di dadanya. "Hiks, sesak ..."
Pupil mata Hilal mengecil, semakin merasakan rasa sesak di dadanya ketika air mata sang adik semakin turun mengalir semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Day
Ficção AdolescenteKehidupan dan kematian silih bergantian setiap harinya. Ketika lahir, kau menangis. Namun orang-orang tersenyum bahagia. Dan ketika meninggal, orang-orang menangis, namun kau tersenyum bahagia. Kematian memang akan menjemput setiap umat manusia. Nam...