WARNING!!!
1. 100% MURNI IDE SENDIRI! MOHON MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, LATAR, DAN ALUR. ITU SEMUA DILUAR KEHENDAK AUTHOR!
2. NO TUDUH PLAGIAT!
3. BERANI TUDUH? BERANI MENGHADAP TUHAN DI AKHIRAT KELAK!
4. SEKIAN TERIMA KASIH!
======
"Zhao! Dengarkan Ibu! Kenapa kau menjadi anak pembangkangan seperti ini?!"Kericuhan terjadi di apartemen. Zhao dan Theo syok, karena saat pulang mengantar Taufan ke rumah, mereka sudah disambut dengan kedua orang tua mereka yang sudah ada di apartemen.
Tentu hal itu membuat luka batin Zhao semakin melebar. Kenangan buruknya kembali terputar begitu saja. Terutama saat ia merasa tidak dianggap sebagai seorang anak oleh kedua orang tuanya hanya karena urusan finansial.
"Zhao!"
Nadhira, ibu dua anak itu mencegat Zhao untuk pergi dari apartemen. Apa-apaan ini? Pagi-pagi sudah pergi begitu saja.
"Lepaskan Zhao, Ibu! Zhao mau menonton pertandingan skateboard! Dia menungguku, Bu! Tolong lepaskan!"
Sebenarnya Zhao tidak bermaksud untuk durhaka, tetapi semakin lama ia tinggal dengan orang tuanya, hatinya semakin terasa sakit.
"Apakah menonton pertandingan skateboard temanmu menjadi alasan kau durha_"
"Cukup! Zhao pergi!"
BLAM!
Zhao menutup pintu sekuat mungkin hingga menghasilkan suara yang keras.
Tes...
Tes...
"Maaf, Bu... Zhao kangen..."
Zhao mengusap air matanya sekilas, kemudian menuruni tangga dan keluar dari kawasan apartemen.
Untuk kali ini, ia berjalan kaki tanpa memakai mobil pribadinya.
***
"Akhirnya selesai juga!" seru Taufan begitu ia mengeluarkan sebuah loyang kue terakhir dari pemanggang yang masih panas.
Meletakkan kedua sarung tangannya di atas meja, Taufan menyusan rapi kue tersebut di dalam sebuah toples kaca yang tembus pandang. Menyusunnya dengan hati-hati menggunakan penjepit.
"Kira-kira kak Hilal suka gak, ya?" tanya Taufan pada dirinya sendiri. Cekikikan kecil ketika ia membayangkan wajah Hilal yang terkejut akan kue buatannya.
Yup, kue manis berlapis coklat choco chips itu untuk Hilal, kakaknya yang akan pulang hari ini.
Dari pagi, bahkan sesudah Taufan melaksanakan sholat subuhnya, ia langsung melanjutkan aktivitasnya di dapur. Membuat sebuah kue cokelat yang biasa ia buat untuk Hilal.
Jujur kue ini tak begitu manis, karena Taufan tahu jika Hilal tidak begitu suka dengan makanan manis.
Makanya ia mencoba-coba sendiri membuat kue cokelat yang tak begitu manis khusus untuk Hilal.
Ah, Taufan jadi tidak sabar menyambut kakaknya itu. Apalagi dia bilang tadi berjanji untuk menonton pertandingan skateboard karena ia sudah mulai berangkat di pagi hari.
Taufan hanya berharap Hilal ingin memakan kue buatannya ini selama pertandingan berlangsung.
Kemudian saat ia menang, ia akan berlari ke arah kakaknya dan berharap jika dirinya di puji habis-habisan dengan puncak kepala yang di elus-elus.
Mungkin ini akan menjadi pertandingan pertamanya yang di saksikan oleh Hilal.
"Siap!" pekik Taufan senang, mengusap dahinya yang berkeringat. Tersenyum dengan hasil jeri payahnya untuk membuat kue tersebut, di tambah sebuah pita manis berwarna merah pada tutup toplesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Day
Teen FictionKehidupan dan kematian silih bergantian setiap harinya. Ketika lahir, kau menangis. Namun orang-orang tersenyum bahagia. Dan ketika meninggal, orang-orang menangis, namun kau tersenyum bahagia. Kematian memang akan menjemput setiap umat manusia. Nam...