03.

682 40 17
                                    

Aruna mengakhiri praktikum pada hari itu dengan penuh rasa malu dan sesal. Kenapa dirinya bisa berbuat begitu ceroboh pada orang yang baru saja dia kenal? Oh tidak, bukan kenal. Bahkan Aruna tidak tau nama mereka saat itu, kecuali Hedar karena tertera pada minumannya.

"Aruna! Woy ayok keluar kita ada kelas lagi habis ini. Eh masih lama sih tapi gue laper. Ayok ke kantin!" tegur Lea pada Aruna yang masih diam melamun seperti orang kehilangan semangat hidup.

"Lea, cuti kuliah kalau diambil tengah semester gini bisa ga sih?" ucap Aruna sambil menghampiri sahabatnya itu.

"Kesambet apa lo? Praktikum juga belom mulai udah pengen cuti aja dah. Biasanya sesulit apapun praktikumnya lo gas terus."

Mereka berdua lalu berjalan keluar ruang praktikum dan menuju kantin yang berada di lantai 1 gedung itu.

"Hmmm feeling gue buruk sama praktikum ini." Kemudian menyodorkan hpnya kepada Lea.

"Hah? Hahahahaha selamat Arunaaa lo jadi perempuan paling bahagia di fakultas ini. Yaa gue kalau dapet Kak Aksa juga bakal kehilangan semangat kayak lo sekarang deh hahaha."

Tapi bukan itu yang dipermasalahkan Aruna.

Belum sempat menjawab pertanyaan Lea, dari arah berlawanan terlihat Aksa berjalan ke arah mereka dengan membawa beberapa dokumen ditangannya.

Anjir kenapa lo harus lewat sekarang sih kak gue masih belum punya muka buat nyapa lo.

"Run, runn! Kak Aksa tuh sapa gih asdos lo."

Di jurusan tempat Aruna kuliah sekarang, budaya tegur sapa masih sangat dijunjung tinggi seluruh civitas akademika yang ada entah itu dosen, cleaning service, karyawan tata usaha, atau antar mahasiswanya. Jadi mau tidak mau Aruna harus menyapa asdosnya yang cuek itu.

"Siang Kak Aksa." Sapa Aruna kepada Aksa.

Seperti mendapatkan pembuktian dari rumor yang telah beredar, Aksa tidak membalas sapaan dari Aruna. Ia hanya melihat sekilas perempuan yang menyapanya itu kemudian pergi melewatinya.

Nice Aruna. Dia bahkan ga senyum ke lo.

"Wahh ternyata rumor soal dinginnya Kak Aksa itu beneran ya run." Kata Lea setelah melihat pemandangan yang baru saja dia lihat.

Aruna masih diam menatap Aksa pergi setelah melewatinya.

"Yah run! Bengong lagi bengong lagi. Gue tau Kak Aksa seganteng itu tapi gausah sampe bengong lah"

"Lea, kalau gue setelah praktikum besok menghilang, bilang ke ortu gue kalau gue sayang mereka."

"Ngomong apa sih lu elah dapet Kak Aksa doang kek udah mau kiamat aja."

"The problem isn't there, Lea."

"Oh jadi ada yang lebih buruk lagi selain jadi praktikannya kak Aksa? Wait simpan itu. Sekarang kita pesen makanan dulu."

Setelah memesan makanan, mereka berdua duduk dan Aruna mulai menceritakan kejadian apa yang telah ia perbuat tadi malam kepada sahabatnya itu.

"Woahh... woahhh... keren banget lu Run. Gue kalau jadi lo udah pasti resign jadi mahasiswa sih. Lagian bisa bisanya lo kagak tau kalau Kak Hedar itu asdos di kampus. Lah dia kan ngasdos juga di praktikum semester 2 kemarin.

"Umm i don't know"

"Lo gatau? Kemana aja sih lo astaga Aruna Faleesha."

"Gue mah orangnya kalau ga ada sangkut pautnya sama gue, gue gabakal kepo atau hafalin dia. Buang-buang waktu aja." Sebuah pembelaan dari Aruna.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang