30. Fixing

12.1K 1.1K 57
                                    

"Dalam hidup, harus berani mengambil keputusan tentang apa yang pantas diperjuangkan dan apa yang tak pantas diperbaiki."
Anonim
.
.
.
****

Andro mengangkat wajahnya. Dalam buram matanya ia melihat wanita yang dicintainya itu masih berdiri disana, tapi...

Andro mengerjabkan matanya, menghalau air mata yang seolah tak bisa berhenti.

Ia melihat Aya berdiri dengan menautkan dua tangannya, gestur khas Aya jika ia sedang gugup. 

Aya mengenakan dress warna kuning lembut, dan rambutnya melambai ditiup angin. Sempurna!

Tapi Andro juga harus melihat ada seseorang yang berdiri menjulang dibelakang Aya, dengan tangan besar yang melingkar dipundak wanita pujaannya itu.

Tubuh Andro kelu.

Waktu seolah berhenti.

Andro mengerjabkan matanya kembali, memastikan jika ia tak bermimpi.

Dipaksanya bola matanya hanya fokus pada sosok yang memenuhi mimpi dan fikirannya selama ini.

Tari Gayatri

Aya nya...

Aya..

Wanita yang ternyata sudah mengambil alih seluruh hidupnya. Dan ketika ia pergi, ia juga membawa seluruh hidupnya.

Meninggalkan Andro dengan raga tak berjiwa, yang masih bisa bertahan hanya karena satu harapan. Berharap semesta bisa mempertemukan nya kembali dengan Aya nya.

Wanita yang ternyata sangat dicintainya.

Pandangan mata mereka bertemu. Ada banyak kata tanpa suara yang terpancar dari mata mereka. Andro bisa merasakannya

Terkejut?, marah?, kecewa?, rindu?, putus asa?, bahagia?, entahlah....

"Papa bisa berdiri?" Suara Tama menyadarkan Andro yang masih tertegun menatap Aya.

Andro menoleh ke arah putranya itu, lalu ia tersenyum mengangguk.

"Papa..jangan nangis...." Seru Lian sambil mengusap pipi Andro dengan kedua tangannya yang mungil.

Bukannya kering, pipi Andro kembali basah. Air matanya kembali jatuh, masih tak percaya jika ada yang memanggil nya Papa.

Kembali ia rengkuh kedua anaknya  itu.
"Anak papa...anak papa....
Papa..Papa senang sekali nak...
Ya Tuhan...
papa senang nak...". Andro tak malu terisak-isak memeluk putra dan putrinya.

Dikecupnya pipi Lian dengan sayang, begitu juga dengan Tama.

Lian dan Tama juga menangis. Hanya saja Tama berusaha keras untuk menahan tangisnya. Sementara Lian sebaliknya, Ia  terus mengekspresikan suasana hatinya dengan menangis.

Hingga Andro mengurai pelukannya.

Gadis kecil itu kembali mengusap air mata di pipi Andro.

"Papa jangan nangis lagi...Lian jadi ikutan nangis..." Isak gadis kecil itu dengan mata berbinar menatap sang Papa yang sudah lama ia nantikan.

"Papa ngga bisa tahan sayang...Papa senang banget.." Jawab Andro membiarkan tangan kecil itu menangkup pipinya

"Senang kok nangis? harusnya tertawa dong...".Seperti biasa Lian tetap memuaskan rasa ingin tahu meskipun masih terisak-isak.

"Ini Namanya tangis bahagia sayang...Papa bahagia ketemu Lian dan Kak Tama".

Andro masih berusaha menerbitkan senyumnya, ia suka Lian, putrinya yang ceriwis.

Yang Terbaik  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang