Bertemu

53 9 24
                                    

Happy reading 💚

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT.

Typo kasih tanda ya.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Maaf kami telat." ucap ayah Aeri dengan nada yang tidak enak

"Ah tidak apa-apa tuan Lee, anak kami juga belum datang."

"Oh kenapa tuan Sanza apa ada masalah?" ucap ayah Aeri dengan nada yang khawatir.

"Ah tidak, anak saya tadi bilang ada meeting mendadak tapi sebentar lagi datang. Tidak apa-apa kan tuan Lee?"

"Tentu saja tidak apa-apa." ucap ayah Aeri diiringi tawa khas bapak-bapak.

Aeri yang duduk di sebelah Gara memusatkan pandangannya ke segala arah, bukan masalah mengagumi interior rumah makannya tapi lebih tepatnya terlalu muak melihat ayahnya. Jika terus Aeri lihat takutnya Aeri muntah dan membuat masalah baru nantinya.

"Ini yang namanya Aeri? cantik sekali, iya kan pah?" ucap wanita setengah tua yang masih terlihat cantik, bisa Aeri tebak itu adalah nyonya Sanza. Karena tadi sesekali ayahnya memangilnya begitu.

"Berapa usia kamu?"

"19 tahun tante."

"Waah pah seumuran sama anak kita ya."

Aeri yang mendengarnya sedikit kaget, maksud seumuran? Apa orang yang akan dijodohkan seumuran denganya? Aeri sedikit menghela napas lega karena pikiran buruknya tentang siapa yang akan dijodohkan denganya sirna, setidaknya nanti Aeri bisa ajak bicara dan bernegosiasi mungkin.

"Kamu sekolah dimana?"

"Zayn Culture School."

Zayn Culture School merupakan sekolah yang sangat digilai banyak kalangan anak, bahkan tidak jarang dari mereka menabung dan belajar dengan rajin agar bisa masuk sekolah itu. Tidak jarang banyak anak yang masuk dari berbagai NeGara, karena tidak sembarang orang bisa masuk. Uji cobanya bisa dibilang sangat sulit.

"Jangan tante, mama aja ya."

Aeri hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.

"Ngomong-ngomong kamu satu sekolah dengan anak kami, wah pah bisa pas banget ya. Aeri juga kayanya sama, gak banyak omong orangnya cuek dingin kaya anak kita. Duh gak tau deh jadinya gimana." ucap nyonya Sanza dengan senyumnya sesekali terkekeh, dia seperti sudah terbiasa dengan sikap seseorang yang seperti Aeri.

Aeri lagi-lagi hanya terdiam memperhatikan, jujur bukan masalah perjodohan yang muncul dikepalanya tapi masalah bundanya yang terlibat. Aeri masih bertanya-tanya dengan keadaan saat ini.

"Maaf saya telat." ucap seseorang menunduk memberi salam, serempak ayahnya dan Gara berdiri lalu memberi salam juga.

Aeri yang melihatnya ikut berdiri dan memberi salam, saat akan duduk netra Aeri bertemu dengan netra orang itu. Mata yang tajam, hidung yang mancung, bibir yang tipis, rambut yang tersingkab memperlihatkan dahinya, jangan lupakan jas kantor yang melekat pada tangannya.

LEERAERIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang