Berkuda

29 11 26
                                    

Happy reading!💚

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT.

Typo kasih tanda. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









"Menangis hanya membuang waktu, selesaikan masalahmu. Menghindar bukan jalan yang baik."

Aeri menoleh ke samping, Jeffrey berbicara tanpa menatapnya. Gadis itu memang menangis sedari tadi, mendengar suara Rey membuat hatinya terenyuh. Aeri masih mencintai lelaki itu, teramat.

Sudah berapa kali Aeri menangis dihadapan Jeffrey? Gadis itu selalu sulit menahan tangisnya akhir-akhir ini.

Aeri terdiam dalam tangisnya, sampai gadis itu tidak menyadari mobil yang ditumpanginya sudah berhenti di depan mansion Jeffrey. Bahkan lelaki itu sudah keluar mobil meninggalkan Aeri dan supirnya.

"Nona gapapa kan?"

Aeri terkesiap kaget disana, gadis itu tersenyum kecil sebagai balasan.

"Kenalkan nama saya Heri suami Asih, saya sering dengar tentang anda dari istri saya. Nona katanya orang yang ceria dan penuh kebahagiaan, jadi tersenyumlah jangan terlalu larut dalam kesedihan ya. cantiknya hilang lho nanti."

Aeri merasakan hatinya menghangat, bi Asih memperlakukan Aeri seperti anaknya sendiri dan sekarang suaminya. Aeri belum pernah mendapatkan semangat dan pujian dari pria paru baya seperti ini, rasanya Aeri sepertii disemangati seorang ayah.

"Makasih pak Heri, saya masuk ya."

Aeri menghembuskan napasnya kasar, hari ini benar-benar melelahkan. Pantas saja malam kemarin Aeri sulit tidur, ternyata hari yang akan dilewatinya memang berat. Aeri belum sempat bercerita banyak pada kelima sahabatnya, mereka kehabisan waktu jadi tidak sempat mengobrol banyak. Aeri harus menentukan waktu yang tepat agar bisa bercerita lebih lama.

Aeri menaiki tangga dengan lesu, tasnya bahkan dia geret di lantai. Baru dipertengahan tangga gadis itu terdiam saat berpapasan dengan Jeffrey.

Pria itu belum mandi sepertinya, Jeffrey masih menggunakan kemeja putih dengan kancing atas yang terbuka dua. Pria itu memasukan kedua tangannya pada saku celana, menatap Aeri lamat.

"Ikut saya."

"Kemana?"

Jeffrey menghembuskan napas pelan disana, menurut Jeffrey Aeri terlalu banyak bertanya jika bersamanya.

"Main."

Pria itu pergi begitu saja meninggalkan Aeri membuat gadis itu mengernyit heran, dengan cepat Aeri mengikuti langkah besar Jeffrey. Pria itu berjalan ke arah belakang mansion, entah apa yang akan di lakukan.

Bermain? Di belakang mansion, main apa? Bercocok tanam?

Aeri lihat Jeffrey masuk ke dalam salah satu ruangan dengan pintu besar, Aeri menunggunya diluar entah kenapa perasaanya sedikit tidak tenang untuk masuk ke dalam.

LEERAERIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang