4) Hubungan

583 120 11
                                    

oOoOo

Setelah merasa apa yang teman-teman kakak cari sudah didapat, mereka satu-persatu keluar dari kantor polisi. Semuanya berjalan dengan benar-benar rapi, tanpa meninggalkan jejak apa pun, seakan tidak terjadi apa-apa pada malam itu. Tak lama, ponsel lipat kakak mendapatkan notifikasi dari salah satu temannya.

Pesan itu berbunyi :
"Apa yang kau inginkan, sudah kami dapatkan."

Kakak tersenyum puas dengan pesan yang tertera di layar ponselnya itu. Bergegas, ia mengambil jaketnya dan berjalan keluar dari rumah tanpa sepengetahuan aku dan bibi. Dirinya berjalan menyusuri trotoar yang sepi, menyebrangi jalan dan memasuki lorong-lorong gelap yang sempit. Tak lama, kakak melihat beberapa pria yang sudah menunggunya.

"Apa aku terlalu lama?" tanya kakak pada segerombolan orang di hadapannya.

Pria dengan kacamata hitam itu merogoh kantong celananya. "Tidak, kau datang tepat pada waktunya." Rekan kakak itu, kemudian memberikan sebuah flashdisk hitam kepadanya.

Kakak menerimanya. "Aku berhutang pada kalian semua."

Sekumpulan pria itu tersenyum dan menyenggol lengan satu sama lain. "Tak apa, kami juga banyak berhutang padamu, Rizwan." Pria yang menggunakan topi itu, sepertinya adalah pemimpin di antara kawanan pria jalanan ini.

Kakak mengangguk. "Jadi, ada apa saja di dalamnya?"

"Semua yang kau butuhkan," jawab pria itu, "kantor polisi ini tidak sebagus di kota lain, kamera CCTV yang terpasang tidaklah sebanyak yang kami kira. Dua buah kamera dipasang di bagian depan dan belakang gedung, tentu saja untuk mengawasi siapa saja yang masuk ke dalam kantor. Satu buah dipasang di ruangan depan, ruang pekerja, ruang kepala juga lorong. Dan masing-masing satu di setiap tangga menuju lantai atas." Ia menjelaskan.

Kakak menaikan satu alisnya. "Hanya itu?"

"Hanya itu."

"Keamanannya payah sekali." Kakak kecewa. "Aku harap aku bisa mendapatkan sesuatu dari sini." Dirinya memandangi sebatang flashdisk di tangannya.

Pria itu menepuk pundak kakak dengan yakin. "Yakinlah pada dirimu, dan percayalah pada kami. Kami akan selalu mendukungmu." Setelah mendapatkan semangat dari rekan-rekannya itu, kakak merasa semuanya akan baik-baik saja.

Itulah kisah perjalanannya mendapatkan rekaman CCTV yang kakak ceritakan kepadaku. Rekan, itulah yang kakak katakan padaku. Segerombolan pria jalanan yang sebenarnya memiliki berbagai macam bakat terpendam. Ia mengenalnya, saat kakak bernyanyi di jalanan dan berbincang-bincang dengan mereka.

Hal itu membentuk suatu hubungan, rekan, sahabat, dan mungkin akan menjadi keluarga. Untuk sekarang, kakak memiliki banyak koneksi dan informan yang setia akan mengikutinya dari belakang.

oOoOo

05 Mei

Kemarin memang terjadi drama di rumah ini. Meskipun hanya aku dan kakak yang tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang, kami berdua tengah menikmati sarapan kami. Rasanya, sudah lama sekali aku tidak sarapan bersama dengan kakak.

Ia nampak menikmati makanannya, sementara aku kehilangan selera makanku karena apa yang terjadi kemarin. Semua ucapan dan teori kakak memenuhi isi kepalaku, dan membuatku tidak bernafsu untuk makan. Apalagi, fakta kalau ayah tidak melakukan tindakan bunuh diri membuatku tidak bisa tenang. Rasanya, aku ingin segera menuntaskan semua ini dan tidur sepanjang minggu.

Kakak nampak heran melihatku yang sama sekali tidak menyentuh nasi goreng di piringku. "Kenapa?" Ia bertanya seadanya.

Aku meliriknya. "Tidak apa."

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang