7) Pria Jalanan Itu Beraksi Lagi

447 93 10
                                    

oOoOo

Sekelompok pria aneh itu mulai melancarkan aksinya. Rizwan yang sudah lengkap menggunakan seragam perawat, berlari ke arah belakang gedung rumah sakit. Entah apa yang mereka rencanakan, tetapi semuanya nampak akan berjalan dengan baik.

Pria lain yang berperan sebagai seorang reporter dan kameraman palsu, berjalan ke arah Polisi yang sedang berjaga di depan halaman rumah sakit. Dengan segala sesuatu yang telah lengkap, kedua pria itu berjalan dengan tergesa-gesa, berusaha menerobos garis kuning polisi.

Melihat keduanya yang tiba-tiba saja menerobos tanpa permisi, Polisi itu kemudian merentangkan tangannya, menegur mereka. "Hei apa yang kalian lakukan? Berdirilah di luar garis ini."

"Maaf, Pak. Kami hanya ingin mengambil beberapa gambar dan keterangan," ucap si reporter dengan topi hitamnya itu.

"Gambar apa yang ingin kalian ambil? Bahkan jenazah pun sudah tidak ada di sini."

"Apa salahnya mengambil gambar tempat kejadian perkara? Kami hanya ingin mengambil gambar lebih dekat dari peliput yang lain." Si reporter nampak ngotot.

"Kalian tidak saya beri izin. Ambil saja gambar dari situ dan pergilah. Pemakaman juga sudah selesai dilaksanakan." Si Polisi juga sama kekeuhnya.

Reporter itu nampak meninggikan nada suaranya. "Apa masalahnya? Kami sedang bekerja. Anda tidak tahu betapa sulitnya menjalani pekerjaan saya ini. Anda sebagai pegawai negeri sipil, tidak tahu apa-apa mengenai pekerjaan kami yang dibayar hanya dengan beberapa uang lembar, dalam satu berita yang kami dapatkan!"

Merasa sudah mencapai batasnya, Polisi dengan perawakan tinggi itu menarik tangan si reporter dengan kuat. "Hei, hei, apa yang Bapak lakukan? Kami akan merekam dan melaporkannya!" teriak si kameraman, sambil menunjuk dengan tangan kirinya.

Polisi itu mencoba tetap sabar dan menenangkan. "Saya juga sedang menjalankan tugas saya, tolong jangan membuat masalah," ucapnya dengan sedikit penekanan. Tak lama, adu mulut pun terjadi di antara mereka. Beberapa orang yang tidak sengaja lewat menyaksikan pertikaian mereka, dan menimbulkan kerumunan yang tidak berarti.

Rizwan dengan seragam perawatnya mulai memasuki rumah sakit dan menaiki tangga. Sepertinya tujuan akhirnya adalah sebuah lantai paling atas gedung ini. Menaiki lift, membuka pintu, kemudian menaiki tangga secara alami, seakan semua baik-baik saja.

Setelah sampai di lantai enam, memang benar lift menuju lantai tujuh sedang diperbaiki dengan sebuah kertas yang menempel dengan keterangan, "Lift Sedang Rusak." Namun, pintu tangga darurat menuju lantai tujuh sepertinya sudah diperbaiki.

Dengan cepat, Rizwan menaiki tangga tersebut dan menaiki tangga menuju atap. Tidak ada polisi yang nampak berjaga di depan pintu. Perlahan, ia menarik pintu tersebut. Sinar matahari dari barat tiba-tiba menusuk dan menyilaukan pandangannya. Hari memang sudah menjelang sore, sehingga matahari memang sudah berada di tempat yang seharusnya.

Di sana, ada garis dan seorang Polisi yang tengah berjaga. Dirinya tidak begitu yakin dengan apa yang akan ia dapatkan dari sana, tapi perasaan Rizwan mengatakan setidaknya ia harus berada di tempat di mana kejadian itu terjadi.

Mengalihkan perhatian Polisi itu sedikit sulit jika hanya dilakukan seorang diri. Oleh karena itu, rekannya bernama Joey sudah siap dengan motor kesayangannya di seberang jalan sana. Dengan sengaja, pria itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan menabrak seorang pejalan kaki tidak berdosa yang sedang menyeberang di zebra cross.

Pria tidak berdosa itu tergeletak seketika di jalanan dan menimbulkan kepanikan. Polisi yang sedang berjaga di bawah langsung saja meminta bantuan kepada rekannya yang berjaga di atap.

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang